T A9

Riza ingin segera meninggalkan tempat rehabilitasi yang selama satu bulan ini menjadi penjara baru baginya.

Dan dia berniat ingin menemui Velisha terlebih dulu sebelum dia pulang ke kediaman kakeknya, lalu menyusun rencana untuk memberi pelajaran kepada setiap orang yang sudah berhasil mempermainkan hidupnya.

Riza tau, meskipun dia pengidap autis saat kecil, sangat jarang pase itu akan muncul ke dua kali setelah dia sempat di nyatakan sembuh, terlebih usianya saat ini sudah cukup dewasa, jadi menurutnya itu adalah tindakan yang sangat-sangat merugikan dirinya secara psikologis.

.

.

Di halaman Pusat Rehabilitasi.

"Kakek membawa hadiah kecil untuk hari kebebasan mu ini, ya kamu pilih saja sendiri, yang mana yang ingin kamu gunakan" ucap Adiatama dengan suara beratnya.

"Dua duanya untuku kek?" tanya Riza yang melihat dua bentuk berbeda dari dua kendaraan mahal yang terparkir di hadapannya, dan dua duanya sama sama masih tertutupi oleh jasnya.

"Ya tentu saja, kakek hanya punya satu cucu laki laki kan, yaitu kamu, jadi keduanya memang milikmu" ucap Adiatama.

"Baiklah, terimakasih banyak kek" ucap Riza yang dengan penuh percaya diri melangkah dan menghampiri salah satu hadiah dari kakenya itu, dan dia segera membuka kain yang menutupinya.

"Ini sangat keren, kakek memang sangat tau seleraku" ucap Riza yang langsung mencoba menaikinya.

"Aku pergi dulu kek, sampai jumpa lagi nanti" ucap Riza yang memilih mengendarai sebuah moge klasik full black yang di siapkan Adiatama untuknya.

Dengan atribut helm dan Jaketnya yang juga berwarna gelap yang di siapkan asisten Adiatama untuknya, menjadikan kesan Riza yang nampak sangar dan elegan saat dia mengenakannya.

Riza memilih sepeda motor bukan tanpa alasan, dan kakeknya juga cukup paham kalau Riza mungkin akan sedikit trauma dengan sesuatu yang sifatnya tertutup atau terkurung, dan cara tepat untuk mengetahuinya adalah dengan memberinya dua opsi pilihan, yaitu mobil dan motor sekaligus.

Dan dugaan Adiatama cukup tepat karena cucunya memang memilih Sepeda Motor daripada mobil sport yang terkesan lebih mahal dan lebih mewah.

...***...

Sementara di sisi lain, Velisha juga menjalani rutinitasnya seperti biasa, dia merapikan semua bahan baku ke tempatnya masing masing, setelah sebelumnya berbelanja persediaan bahan bahan.

"Hhhhuuuuuuuhh,, Hari yang cukup melelahkan, coba saja kalau masih ada Ija, mungkin pekerjaan ku bisa lebih ringan" ucap Velisha sambil mengusap keringat di keningnya.

Dia terdiam sejenak, lalu tersenyum rumit "Harusnya aku tidak perlu mengeluh seperti ini kan, aku bukan anak manja, semangat Velisha, semangat" gumam Velisha menyemangati dirinya sendiri.

Setelah selesai merapikan semuanya, dia mengumpulkan sisa sampah pembungkus yang sudah tidak terpakai, dan kemudian keluar untuk membuangnya ke tempat sampah.

Tapi begitu dia keluar dari stand, dia mendapati sesosok laki laki jangkung berdiri tidak jauh dari stand, dan entah sedari kapan dia berdiri di sana, dan Velisha sekilas mengira kalau itu pelanggannya.

"Maaf, stand belum buka, tapi sebentar lagi mau bu........ " perkataan Velisha terhenti saat melihat lebih jelas sosok pria yang mengenakan kaos hitam berlogo hati putih yang basah kuyup , dan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya nampak sangat familiar di matanya.

"Ija?" lirih Velisha, dia segera melangkah pelan untuk menghampiri, dan berdiri tepat di hadapan Rija dengan tatapan yang tajam.

"Darimana saja kamu selama ini , hah?, untuk apa kamu datang kemari lagi?, mudah sekali kau datang dan pergi begitu saja ketempatku" ucap Velisha yang terlihat nampak emosional.

Riza hanya terdiam, dia berpikir kemarahan Velisha padanya mungkin karena dia merasa tidak mendapatkan balasan dari kebaikannya, seperti yang pernah Velisha ucapkan padanya kalau 'Tidak ada orang yang berbuat sesutu tanpa mengharap balasan.

"Aku minta maaf, aku akan mengganti...... " tapi sebelum ucapan Riza itu selesai, Velisha tiba tiba saja memeluk tubuhnya dengan sangat erat, dan sampai terdengar suara isak tangis darinya.

Riza pun dapat merasakan rembesan air yang hangat itu mengalir tepat di dadanya.

'Kenapa gadis ini menangis?, kenapa dia memeluku?, bukan kah dia marah?' pikir Riza dengan hatinya yang langsung berdebar cukup hebat.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau ingin pergi, setidaknya beri tau aku kemana kau pergi, supaya aku tidak khawatir, maaf kalau aku hanya bisa menyusahkanmu selama ini, maaf kalau aku hanya bisa merepotkanmu" ucap Velisha

Riza hanya bisa terdiam dan merespon dengan lambat, dia menepuk punggung Velisha karena dia tidak tau harus berkata apa dengan situasi yang di luar perkiraannya itu.

'Apa Velisha menyukaiku?, tapi mustahil jika gadis seperti dia menyukai orang aneh sepertiku kan?, apa ini hanya bentuk dari kepeduliannya saja? ' batin Riza hanya bisa bertanya tanya.

"Kenapa kau menangis?" tanya Riza penasaran.

Velisha sedikit mendongak untuk menatap wajah Riza yang lebih tinggi darinya.

"Kenapa??, entahlah, mungkin aku, aku hanya merasa sakit saat kamu tidak ada,, mungkin kamu mengingatkan ku pada sosok kakaku yang sudah lama meninggal, rasanya sama persis seperti saat dia meninggalkanku dulu, jadi, kamu jangan pergi lagi ya, karena itu rasanya sangat menyesakan" ucap Velisha dengan terisak isak, sebenarnya dia tidak terlalu paham perasaan aneh apa yang di rasa kan hatinya terhadap Riza, dan hanya memberi jawaban asal.

"Begitukah, baiklah" ucap Riza yang tidak tega juga menolak saat melihat air mata Velisha yang mengalir seperti itu di hadapan nya.

"Bajumu basah, cepat lepaskan, nanti kamu kedinginan" ucap Velisha yang baru menyadari kalau baju Riza ternyata basah kuyup karena baru selesai di cuci.

Velisha berbalik lalu mengambil baju dari stand yang sengaja dia beli sebelumnya untuk Riza lagi.

Riza hanya tersenyum, karena merasa kepedulian Velisha sama sekali tidak berubah padanya.

'Anggaplah aku seperti apapun yang kau inginkan gadis, tapi jangan salahkan aku jika aku mengharapkan lebih dari itu' Batin Riza yang memang mengagumi sosok Velisha sedari awal.

"Cepat lepaskan, apa kamu mau sakit?" tanya Velisha dengan sisa air mata yang masih ada di pipinya.

Riza menjulurkan jemarinya ke wajah Velisha, dan menghapusnya terlebih dulu, karena menurutnya itu sedikit mengganggu keindahan raut Velisha.

"Tersenyumlah, aku lebih sakit jika melihatmu menangis" ucap Riza.

Velisha langsung menyeringai manis. "Kau sudah mulai banyak bicara ya, sudahlah cepat lepaskan bajumu" ucap Velisha yang menganggap Riza masih seperti sebelumnya, tapi hatinya juga merasa senang mendengar ucapan dari Riza itu.

Riza dengan terpaksa menuruti untuk melepas bajunya dengan malu malu di depan Velisha, meski itu bukan yang pertama kalinya dia berganti pakaian di hadapanya, tapi jaringan otaknya sekarang sudah bisa berfungsi normal, jadi sangat wajar jika Riza merasa malu.

"Kau tau, aku sudah beli baju baru lagi untukmu, sekarang ini aku beli dengan uangku sendiri, ya meski harganya lebih murah dari yang itu, tapi ku harap kau suka" ucap Velisha menyerahkan baju barunya, dan mengambil baju basah Riza.

"Harusnya ini tidak perlu" ucap Riza yang merasa tidak enak hati terlalu di perhatikan oleh Velisha, karena notabenenya Velisha adalah milik orang lain, dan dia takut akan semakin berharap lebih jauh jika Velisha terus bersikap seperti itu padanya.

"Tidak apa, anggap saja aku menepati janjiku yang sebelumnya" ucap Velisha dengan tersenyum.

"O yah apa kamu lapar?,, Kamu mau apa? biar ku buatkan, makaroni, mie sepageti, atau.."

"Sosis" ucap Riza memotong pertanyaan Velisha dengan senyuman,

"Sudah kuduga, pasti itu lagi itu lagi, tapi tak apalah selama kamu masih belum bosan memakannya, aku akan tetap memasaknya untukmu" ucap Velisha yang sudah tau kesukaan Riza yang sebelum dia normal.

"Mungkin tidak" ucap Riza yang merasa masih di anggap penyandang disabilitas oleh Velisha, dan itu tidak terlalu buruk menurutnya.

Riza yang awalnya hanya ingin berterimakasih lalu pergi dari Velisha, malah merasa ragu untuk meninggalkannya, dia pikir Velisha tidak akan terpengaruh dengan ada atau tidaknya dia di sampingnya, tapi ternyata pikiranya itu salah.

Jadi Riza memutuskan untuk mencari waktu yang tepat untuk memberikan penjelasan pada Velisha, dan menunda perkara yang sebenarnya ingin segera dia selesaikan dengan keluarga besarnya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Kayaknya Riza apa mau pura² dhadapan Velisha

2024-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!