Ariana menatap bosan makanan di depannya, bukan menu makanan yang membuat wanita itu bosan tapi sekitarnya hanya ada dirinya dan Duke yang makan malam saat itu
Jika sebelumnya ada Bastian yang akan mengajak nya untuk mengobrol, suaminya malah bersikap cuek seakan tidak ada orang di hadapannya
Apakah hidup ku membosankan seperti ini sebelumnya, aku tidak bisa membayangkan jika aku hidup dengan pria itu selamanya pasti akan tersiksa. Ariana berguman ambil menguyah makanannya dia mengutuki Aldrich yang berada di sana
“Tuan dan Nyonya, seseorang menyampaikan sebuah surat pada kalian berdua”. Seorang pelayan meletakkan surat tersebut di antara kedua orang itu, Ariana meliriknya sedikit dia sama sekali tidak terarik
Sampai Aldrich turun tangan untuk mengambil benda itu, mata Aldrich melirik pada istrinya yang bergegas meninggalkan meja makan “Surat ini di tujukan untuk mu Nyonya Duchess”
Ariana melirik pria itu lalu mendekat melihat isi surat itu, yang ternyata di kirim oleh Bastian dan adiknya Calvin Clark
“Ibu sudah pulih, jadi kita akan berkunjung ke sana besok jadi aku harap kau menyelesaikan segala urusan mu malam ini”. Aldrich bersikap lebih dingin dari pada sebelumnya
Ariana sudah tahu apa yang dia sembunyikan sebelumnya jadi pria itu berpikir akan bersikap biasa pada wanita itu, dan menjaga hubungannya dengan sang kekasih.
Ariana mengangguk “Syukurlah jika Ibu ku sudah pulih…”.
“Ya itu bagus”. Aldrich menatap wanita itu, wajah nya masih sama seperti yang dia lihat sewaktu di danau bersikap tanpa dosa.
...******...
Ariana menatap takjub kampung halamannya sejak pertama mereka sampai di perbatasan kota yang menjadi tempat tinggal Ariana wanita itu tidak berhenti kagum
Mulutnya senantiasa menganga menunjukan kekagumannya, Aldrich melirik wanita itu dan tertawa kecil wanita itu bukan kehilangan ingatannya tapi kehilangan wibawa dan keanggunan yang dia punya
Dia terlihat seperti anak kecil yang melihat hal baru, seakan dirinya belum pernah tinggal di sana
“Rafael…”. Panggil Ariana pada pria yang menjadi salah satu pengawal mereka, Rafael melirik pada Ariana serta menghindari tatapan Aldrich dia bersikap seolah orang itu tidak peduli pada hal Rafael jelas tahu jika pria itu sedang menatapnya tajam “Kau lihat mereka, mereka bahkan belajar cara nya memanah, padahal mereka masih kecil”
“Anda benar Nyonya, kota anda di kenal dengan para tentara yang ahli memanah di luar dari situ mereka juga pintar dalam membidik menggunakan senapang”. Rafael menjelaskannya dengan santai, wanita itu mengangguk senang
“Aku tidak sabar bertemu dengan Ibu ku, dan juga Adik ku”. Ariana mencoba mengingat wajah orang-orang itu tapi nihil kepalanya malah berdentum dan terasa sakit “Ahk…”
Aldrich memegangi wanita itu agar tidak terjatuh “Apa yang kau lakukan?”
“Nyonya sebaiknya jangan memaksa, ingatan anda tidak membaik sedikitpun”. Rafael memberi nasehat, dia sedikit merinding mendapatkan tatapan menyeramkan dari Aldrich “Maksud saya Leo, sudah mengatkannya bukan anda tidak boleh berpikir tentang masa lalu terlalu keras”
“Ah baiklah, aku hanya tida sabaran”. Ariana menegakan badannya dia menatap sinis pada Aldrich yang mencoba membantunya “Terimakasih tuan Duke, tapi anda tidak perlu membantu saya”
Beberapa suara sambutan terdengar jelas saat rombongan mereka sampai di gerbang sebuah Mansion mewah Ariana melirik ke arah tempat itu di penuhi oleh pohon rindang dan bunga mawar yang sedang mekar
Kedua orang itu turun dengan Aldrich yang menggandeng tangan Istrinya dengan erat, dan yang pertama mereka jumpai adalah seorang pemuda tampan
“Selamat datang tuan Duke dan Nyonya Duchess, kakak…”. Mata pemuda itu berembun melihat Ariana dia memeluk wanita itu dengan erat “Aku adalah adik mu, maaf aku tidak bisa menjenguk saat kau sedang sakit”
“Calvin Cartier?”. Wanita itu mengingat perkataan Bastian mengenai keluarganya, Ariana membalas pelukan pemuda itu dengan erat
Ariana melirik pada orang-orang yang menunggu mereka di belakang Calvin mereka semua terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya, padangan Ariana tertuju pada seorang pria dan dari pakain pria itu dia tahu jika dia bukanlah bagian dari para pelayan yang menyambut mereka.
“Kakak benar, Ayah dan Ibu tidak bisa menyambut kalian mereka berada di dalam”.Calvin menggandeng tangan Ariana membawa wanita itu masuk ke dalam “Ibu sangat merindukan kakak”
“Bagaimana keadaannya?”. Tanya Ariana dengan khawatir
“Dia sudah membaik di bandingkan sebelumnya”. Calvin membawa wanita itu beserta Aldrich memasuki sebuah kamar yang sangat luar dengan beberapa alat pengobatan yang bertebaran di sana “Dia tidak akan lama lagi tinggal di sini, keadaanya bahkan sudah pulih 85%”
“Nak…”. Panggil seorang wanita paruh baya yang menatap lembut pada putrinya “Ariana…”
“Ibu”. Ariana berjalan mendekat pada wanita paruh baya itu lalu memeluknya dengan lembut
“Kau mengingat Ibu”
Ariana menggeleng karena memang itu yang sebenarnya “Tapi jantung ku berdebar sama seperti saat bertemu dengan Ayah, dan bisakah Ibu tidak menangis”
Jeanne mengangguk “aku hanya terharu sayang,kau bisa pulih dengan cepat meski ingatan mu tidak kembali tapi Ibu sangat bersyukur kau berada di sini”. Tatapan Jeanne tertuju pada Aldrich yang senantiasa berdiri di belakang Arina
Wanita paruh baya itu terdiam namu bibirnya melengkung menunjukan senyum yang terpaksa “Aldrich, terimakasih sudah datang padahal kau sendiri sedang sibuk”.
“Tidak apa Ibu”.Aldrich mendekat pada dua wanita itu “Syukurlah keadaan Ibu sudah membaik”
“sayang…”. Bastian memanggil Ariana untuk mendekat “Kalian pasti sudah Lelah di perjalanan, istirahatlah di kamar tamu”
Ariana menggeleng dengan cepat, dan wajah nya sangat sumringah “Aku baru saja kembali ke kampung halaman ku akan lebih baik jika aku berkeliling di sekitar sini”
“Benarkah apa tuan Duke…”. Bastian melirik pada Aldrich yang terlihat sangat bugar dan tidak kelelahan sedikitpun dia menyarankan pria itu untuk ikut tapi Ariana memotong pembicaraan nya
“Tidak Ayah Tuan Duke sudah sangat Lelah, aku akan pergi dengan Calvin saja”. Ariana menatap pada Calvin pemuda itu tersenyum dan mengulurkan tangannya
“Bukankah kau sibuk Calvin?”. Bastian bertanya pada pemuda itu, beberapa saat lalu Calvin sedang mengerjakan beberapa cabang bisnis mereka tapi begitu mendengar sang kakak sudah kembali pria itu berlari keluar untuk menyambut keduanya
“Akan aku kerjakan nanti Ayah, menemani kakak itu lebih penting”. Calvin menarik wanita itu keluar meninggalkan orang-orang di sana termasuk Aldrich “Sebaiknya tuan Duke beristirahat, kami sudah menyediakan kamar tamu untuk anda”
Aldrich berpaling menatap kedua orang berusia paruh baya di samping nya “Baiklah Ayah, Ibu aku akan berkeliling sebentar, Ibu beristirahatlah saya tidak apa”
“Maaf mengenai putra ku tuan Duke, dia terlalu senang kakaknya kembali”. Bastian merasa tidak enak saat Aldrich di tinggal sendirian di sana
“Tidak apa Ayah aku mengerti”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments