"Kau baik-baik saja?"
Brisella mengangkat kepala, seorang pria berambut merah menghampirinya. Pria itu tampak mengkhawatirkan Brisella yang ketakutan akibat serangan makhluk menakutkan tersebut.
"Ya, tetapi kau siapa?" tanya Brisella sembari bangkit dari lantai. Setidaknya saat ini dia merasa lebih aman.
"Aku? Kau sungguh tidak tahu siapa aku? Nanti aku akan memberi tahumu. Sekarang aku harus membereskan makhluk sialan ini terlebih dahulu."
Pria yang tidak diketahui namanya itu, tanpa berlama-lama langsung membabat habis makhluk yang nyaris membuat nyawa Brisella melayang. Sungguh mengesankan, hanya butuh satu serangan penghabisan untuk membunuh makhluk menyeramkan itu. Brisella merasa bahwa semua ini terlalu aneh dianggap sebagai kenyataan.
"Mereka semakin berani melakukan pengancaman dari hari ke hari," gumam pria itu berbalik badan ke arah Brisella.
Brisella segera membuang ekspresi terkejutnya. Wajahnya datar ketika pria itu berdiri di depan matanya.
"Paman, kau siapa?" Sekali lagi Brisella bertanya hal yang sama.
"Kau tidak ingat aku? Ah, wajar saja kau tidak mengingatku. Aku ini pamanmu, Isaac Keyton."
Pria itu memang merupakan pamannya. Dia adalah adik kandung dari ayah Brisella. Sekarang dia mewarisi gelar pihak keluarga ibunya yakni Duke Keyton. Itulah mengapa nama belakanganya Keyton bukan Sizilien.
"Aku baru pertama kali melihatmu," ujar Brisella, tubuh yang dia tempati tidak mempunyai secuil pun ingatan soal Isaac.
Isaac sedikit terkejut, Brisella berbicara secara non formal terhadapnya. Terlebih gadis kecil itu menatapnya dengan sangat berani tanpa ada rasa takut. Berbeda dari anak kecil kebanyakan yang selalu menangis bila menatapnya.
"Hahaha." Suara tawa Isaac terdengar renyah. "Kita dulu pernah bertemu ketika kau baru lahir. Sekarang kau sudah sedikit besar ya."
Brisella menautkan kedua alis. Sesaat otaknya berbicara perihal kepribadian Isaac yang dianggap konyol. Tidak ada yang salah dari isi otak Brisella. Nyatanya Isaac memang terkenal konyol dan punya kepribadian berbanding terbalik dengan sang kakak.
"Begitu rupanya. Pantas saja aku tidak ingat punya paman yang bernama Isaac. Kalau begitu, terima kasih karena sudah menyelamatkanku, tetapi makhluk apa itu? Kenapa bentuknya aneh? Sekilas dia mirip seperti burung." Andressa bertanya seraya mengarahkan telunjuk ke arah makhluk yang tergeletak tak bernyawa.
"Makhluk ini griffin, dia termasuk salah satu jenis binatang sihir. Dia sangat berbahaya, jika tadi kakinya berhasil mengenai tubuhmu, dapat dipastikan tubuhmu langsung hancur berkeping-keping," jawab Isaac menjelaskan.
Seketika Brisella merinding membayangkan seandainya dia benar-benar berhasil diserang griffin, pasti dia sudah mati sedari tadi. Melihat raut muka Brisella yang merinding, Isaac sontak tertawa lagi.
Isaac pun berkata, "Hahaha, kau sangat lucu."
Sontak kedua mata Brisella melirik tajam Isaac.
"Ini tidak lucu," ucap Brisella dengan tatapan garang.
"Maafkan aku, kau sangat kecil, jadi memakanmu saja tidak bisa mengenyangkan perut griffin itu. Lagi pula apa yang kau lakukan sendirian di sini? Seharusnya tengah malam begini adalah waktu tidur. Lalu di mana pelayanmu?"
Brisella memalingkan wajah, entah bagaimana dia harus menjawabnya. Akan tetapi, ini adalah kesempatan untuknya mencari perhatian supaya dia bisa bertahan hidup di istana ini.
"Aku lapar, jadi aku pergi ke dapur mencari makanan yang bisa dimakan. Sayangnya semua bahan makanan di dapur sudah busuk, pelayanku juga tidak tahu ke mana, dia tidak memberiku makan dari tadi pagi."
Pengakuan Brisella membuat Isaac syok. Dia terdiam tanpa kata.
Apa yang dia katakan? Pelayannya tidak memberi dia makan? Melihat dari tubuhnya yang kurus dan tidak terurus, sepertinya itu benar. Brengs*k! Bagaimana cara kakak mengatur pelayan yang melayani Brisella?! batin Isaac terbakar amarah.
Isaac marah. Akan tetapi, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk sekarang. Terpaksa ia memendam kemarahannya itu sementara waktu sampai situasi membaik sepenuhnya.
"Nanti aku akan membicarakannya dengan Kepala Pelayan. Aku punya dua potong roti, bawa ini ke kamarmu dan makan di sana. Setelah itu, kau harus tidur."
Isaac mengeluarkan dua potong roti dari tas kecil yang terlilit di celananya. Brisella terperangah saat dua potong roti berukuran besar keluar dari tas berukuran jauh lebih kecil dari roti tersebut. Namun, mimik muka Brisella berubah begitu ia menyentuh roti pemberian Isaac.
Ini yang dia sebut sebagai roti? Bagaimana cara aku memakan roti sekeras ini?
Tekstur roti itu keras mirip batu, mungkin jika dia memukul kepala orang memakai rotinya, orang itu langsung pingsan.
"Iya, terima kasih, Paman." Brisella menggurat senyum paksa di bibir mungilnya.
Isaac mengusap puncak kepala Brisella sebelum dia benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan gadis kecil itu.
Pada keesokan hari, Brisella tengah sibuk membersihkan, ia terpaksa turun tangan sebab tidak ada pelayan yang mau membantunya membereskan kamar yang sangat berantakan ini.
"Sungguh melelahkan menggunakan tubuh kecil ini untuk bekerja," gerutu Brisella sesak napas karena lelah.
Tak berselang lama, Lolly tiba-tiba datang mendobrak pintu masuk. Dia datang bersama Martha — Kepala Pelayan istana. Hati Brisella berdetak bahwa akan ada masalah baru menghadangnya pagi ini.
"Yang Mulia, apa Anda mengadu kepada Duke Keyton?!" Lolly marah, ia melotot sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
"Mengadu apa maksudmu?" tanya Brisella berekspresi datar.
"Jangan pura-pura tidak tahu!" Lolly menarik kerah piyama Brisella dengan kasar. Tindakannya itu langsung dihentikan oleh Martha.
"Lolly, lepaskan tanganmu. Kau hanya akan memperkeruh situasi," ucap Martha.
Lolly menurunkan tangannya, Martha pun maju ke depan dengan sorot mata penuh intimidasi. Sekarang Brisella mengingat sesuatu. Pada kenyataan sesungguhnya, Martha ialah orang yang paling berperan dalam membuat pemilik tubuh frustrasi dan depresi. Tidak heran mengapa sekujur badannya gemetar. Hal itu menunjukkan bahwa trauma dari pemilik tubuh terdahulu melekat jelas di otaknya.
"Apa yang Anda bicarakan dengan Duke Keyton? Tadi pagi beliau menemui dan memarahi saya. Beliau bilang Anda berkeliaran tengah malam di luar kamar karena lapar. Benar begitu?" Martha menekan nada suaranya.
Brisella menatap balik Martha, tatapannya penuh keberanian. Tiada keraguan di diri Brisella, amat berbeda jauh dari dirinya dahulu.
"Benar, lalu kenapa? Memang kenyataannya begitu. Kau dan anak buahmu ini tidak becus bekerja. Kalian pikir aku tidak tahu kalau selama ini anggaran istana kediamanku kalian pakai untuk berfoya-foya?"
Terhening. Dari mana Brisella tahu masalah ini? Itulah yang ada di benak mereka kala itu. Apalagi mendengar Brisella berbicara dengan lancar tanpa terbata-bata, sorot matanya menantang, menambah tanda tanya di kepala mereka.
"Yang Mulia, bagaimana Anda tega menuduh kami mengambil anggaran istana? Selama ini—"
"Aaaa aku tidak mau mendengar suaramu." Brisella menutup kedua telinga, raut mukanya sangat menyebalkan. "Mungkin aku bisa menggunakan ini untuk mengadu ke ayahku."
Brisella menyunggingkan senyum angkuh. Dia merasa telah memegang kunci inti dari Martha dan Lolly.
"Kurang ajar!"
Plak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yandiitee
typo
2024-11-27
2
Batara Kresno
wanitanya lemah
2024-10-15
0
Susilawati
astaga para pelayan nya kurang ajar semua.
2024-03-14
2