Terik sinar mentari masuk melalui celah jendela kamar. Samar-samar terasa biasan cahayanya mengenai mata. Brisella tersentak dalam kondisi napas tersengal-sengal. Keringat membanjiri sekujur tubuhnya. Lekas ia berusaha menstabilkan kembali pernapasannya seraya menenangkan detak jantung yang berpacu kencang.
“Aku yakin barusan aku mati ditikam oleh slime sialan itu,” gumam Brisella kebingungan akan situasi terkini.
Brisella mengedarkan bola mata ke sekeliling. Sejenak dia semakin bingung sebab pemandangan ruangan tempat ia berada amatlah berbeda.
Segalanya terlihat kuno, baik itu langit-langit ruangan hingga pajangan di sana. Lalu tempat tidur yang digunakan Brisella kini juga tampak usang. Tidak ada yang spesial selain ukiran-ukiran indah di permukaan dinding.
“Aku ada di mana? Eh? Aku baru sadar, suaraku berubah.” Brisella melirik tangannya. “Huh? Tanganku juga berubah. Mungkin badan ini juga bukan milikku.”
Buru-buru Brisella turun dari atas kasur. Dia pergi melihat dirinya di depan sebuah cermin rias. Alangkah terperangahnya Brisella tatkala mendapati pantulan bayangan sesosok gadis muda. Rambut panjang sepunggung berwarna merah muda, bibir tipis mempesona, hidung kecil nan mancung, kulit seputih porselen, tubuh ramping seksi, serta bola mata biru bercahaya. Sungguh tampilan seorang gadis bak malaikat.
“Wow … aku tidak bisa berkata-kata. Dia sangat cantik dan menawan. Di kehidupan laluku, aku bahkan tidak punya kecantikan seperti ini. Wajar saja bajing*n itu selingkuh dariku.”
Brisella tiada henti memuji keindahan tubuh yang dia tempati kala itu. Berapa kali pun dia menatap kaca, ia selalu terpana.
“Tunggu … siapa nama gadis ini?”
Di waktu bersamaan, tiba-tiba sekelebat bayangan ingatan dari pemilik tubuh melintas di kepala Brisella. Suara tawa, ejekan atau cemooh bergemuruh di memorinya. Mimik jahat dari orang-orang sekitar amat menyakiti hati.
“Sial! Kenapa aku harus mengurus Tuan Putri idiot ini?!”
“Dia bahkan tidak bisa bicara dengan benar. Wajahnya saja yang cantik, tetapi dia tidak lebih dari sekedar boneka kayu.”
“Yang Mulia, mengapa Anda tidak bisa memahami pelajaran sesimpel ini? Padahal saya sudah berulang kali menjelaskan kepada Anda.”
“Tuan Putri Brisella terlahir cacat. Kasihan sekali mendiang Ratu mengorbankan nyawanya hanya untuk gadis tidak berguna itu.”
“Astaga, Yang Mulia, tolong jangan menambahi beban Raja lagi. Kenapa Anda tidak mati saja?! Mungkin dengan kematian Anda kerajaan bisa berjaya seperti dahulu lagi.”
“Dasar pembawa sial! Semenjak kelahirannya kerajaan ini berada di ambang kehancuran. Pantas saja Raja, Pangeran, dan Putra Mahkota mengabaikan dia. Dengan begini kita tidak perlu bersikap hormat terhadapnya.”
Brisella terhening di bawah suara-suara tersebut. Air matanya berlinang menahan sesak di dada. Begitu banyak penderitaan yang dilalui tubuh itu untuk bertahan sejauh ini.
Namanya Brisella Sizilien, satu-satunya putri dari kerajaan Sizilien. Usianya baru menginjak 15 tahun. Walaupun dia seorang tuan putri, Brisella kerap kali menerima perlakuan tidak mengenakkan dari penghuni istana. Dia dianggap cacat, idiot, dan seseorang pembawa sial. Bahkan, tidak hanya penghuni istana yang membencinya, keluarganya juga ikut mengabaikannya.
Selama 15 tahun ia hidup, Brisella selalu terkurung di istana pengasingan. Sang Raja sengaja mengucilkannya semenjak kematian Ratu 13 tahun lalu. Di istana ini, Brisella hidup kesepian, sepanjang hari dia hanya berbaring dengan pandangan kosong yang kadang menatap ke arah jendela. Brisella sendiri tidak pernah keluar dari istana pengasingan sehingga dia tidak tahu bagaimana pemandangan di luar istana.
Hidup Brisella berakhir akibat demam berkepanjangan yang dia alami. Tak ada orang yang mau memanggilkan dokter untuk mengobati Brisella sehingga pada akhirnya dia meninggal tanpa ada yang menyadari.
“Menyedihkan … sangat tragis … malang sekali nasibmu. Meski kita punya nama yang sama, tampaknya penderitaanku tidak ada apa-apanya dibanding dirimu. Bagaimana kau bisa melalui segalanya seorang diri?”
Brisella menyeka air matanya, ia menegarkan hati dan menguatkan diri demi Brisella Sizilien.
“Kalau begitu, mulai sekarang biar aku yang menggantikanmu. Maafkan aku mengambil alih tubuhmu tanpa seizinmu,” lanjut Brisella bergumam pada dirinya sendiri.
“Keputusan yang bagus, Nona! Saya akan mendukung Anda.”
Brisella terperanjat kaget tatkala slime yang mengirimnya kemari mendadak muncul di depan mata. Brisella mengamati slime tersebut, lalu kedua tangannya meraih slime itu dengan raut muka jengkel.
“Hei, kau slime kurang ajar! Kau seenaknya menikamku dan tiba-tiba datang ke hadapanku tanpa merasa bersalah.” Brisella memelintir badan slime sekuat tenaga. Kedongkolan di hatinya tak tertahankan lagi.
“Maafkan saya, saya begitu karena dikejar waktu.” Sang slime melompat menjauh dari genggaman Brisella. “Biar saya perkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya Ziggy, seperti yang saya katakana sebelumnya, saya adalah slime agung. Jadi, bagaimana? Anda menyukai kehidupan yang saya beri ini kan?”
Brisella tersenyum kecut. Dia enggan menanyakan alasan mengapa Ziggy dapat mengirim jiwanya melintasi dimensi jauh dari kehidupan sebelumnya. Hal yang dia sesali ialah nasib dari tubuh yang menjadi wadah jiwanya.
“Ziggy, apa menurutmu aku terlihat senang? Apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula kenapa kau malah memilih tubuh ini untukku?! Dia sangat menyedihkan!” ujar Brisella menekan nada bicaranya.
“Maaf, hanya tubuh ini saja yang sedang kosong, makanya saya—”
“Berhenti! Kau tak perlu menjelaskan apa-apa. Aku cukup paham.” Brisella memotong pembicaraan Ziggy, segera ia beranjak membuka lebar daun-daun jendela.
Sebuah pemandangan gersang terpampang jelas di ujung pandang mata. Tiada tumbuhan hijau yang hidup di sana. Hanya ada batang-batang pohon mati beserta angin panas nan menerbangkan debu pasir.
“Ziggy, apa sungguh tempat ini sebuah kerajaan? Mengapa tidak sesuai dengan bayanganku?” lanjut Brisella bertanya.
“Iya, ini adalah kerajaan Sizilien, kerajaan miskin dan punya banyak utang. Kondisi Sizilien memang memperihatinkan sebab sudah 13 tahun hujan nyaris tidak pernah turun. Beginilah jadinya, semuanya berakhir menjadi kerajaan yang mengalami kekeringan jangka panjang.”
Brisella tercengang memandangi kondisi kerajaan tersebut. Tidak ada hal yang patut dibanggakan di sana. Di dalam ingatannya tertera gambaran berbagai macam permasalahan yang dihadapi Sizilien.
Kekeringan, kelaparan, serta utang nan menumpuk. Segala hal buruk bercampur menjadi satu. Sungguh, dia tak sanggup membayangkan penderitaan rakyat selama ini. Belum lagi konflik lain yang menyebabkan atmosfer kerajaan selalu berada dalam ketegangan.
“Lalu apa ada—”
“Yang Mulia Putri!”
Seorang pelayan menerobos pintu masuk sambil berteriak kencang memanggil Brisella. Gadis itu terperangah melihat ke arah sang pelayan. Sungguh tidak ada etika dan rasa hormat dari pelayan tersebut kepada Brisella.
“Baguslah Anda sudah bangun, saya pikir Anda sudah mati karena terlalu lama berbaring di tempat tidur,” ujar sang pelayan.
Tatapannya begitu angkuh, tiada rasa segan dia tunjukkan. Parah sekali, seorang pelayan saja berani bertingkah di luar batas, dia tidak mengingat siapa majikannya di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lala Kusumah
hajar saja pelayan yang kaya begitu ngelunjak 👊👊👊
2024-12-07
0
Hikam Sairi
mulai baca
2024-09-22
1
Dewi Ansyari
Astaga Brizella yg asli sangat menyedihkan 😭😭😭.
sekarang ini adalah jiwa dari Brizella ayo beri pelajaran sama pelayan itu karena tidak sopan dan arogan😡😡😡
2024-09-18
2