Mengungkap Semuanya

Razen kala itu tengah berada di ruang pribadinya. Entah mengapa, semenjak bertemu Brisella hatinya sangat gelisah. Selama tiga belas tahun dia selalu berada di luar istana melakukan penaklukkan dungeon demi menghasilkan uang untuk membayar utang-utang kerajaan ke istana kekaisaran. Dalam waktu selama itu, Razen selalu memikirkan anak-anaknya, terutama Brisella. Namun, apa yang dia temukan kali ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

Duarte langsung menyadari perubahan suasana hati Razen, tetapi dia tidak tahu apa penyebab sang raja bersikap demikian.

“Apa ada yang mengusik pikiran Anda, Yang Mulia?” Duarte memberanikan diri bertanya.

“Duarte, aku rasa aku akan menetap di istana selama satu bulan.” Razen tak merespon pertanyaan Duarte, ia justru mengatakan hal lain yang tak kalah membuat Duarte terkejut.

“Kenapa Anda tiba-tiba mau menetap di istana selama satu bulan? Biasanya Anda hanya menetap selama tiga hari, tidak pernah lebih lama dari itu. Mungkinkah masalah tuan putri membuat Anda khawatir?”

Tebakan Duarte benar. Beban pikiran Razen bertambah seusai bertemu Brisella. Wajar saja dia begitu sebab mendiang ratu berpesan untuk menjaga Brisella. Akan tetapi, dia gagal melakukannya.

“Halo, Kak! Apa kabar? Aku membawa sesuatu untukmu.”

Isaac tiba-tiba saja masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu. Dia menyapa Razen yang pikirannya sedang kusut.

“Kenapa kau kemari? Bukankah aku sudah mengatakan berulang kali untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk menemuiku?” Razen marah. Suasana hatinya kian memburuk.

“Jangan marah, Kak. Aku kan bilang membawa sesuatu untukmu. Simpan amarahmu karena aku yakin kau akan semakin marah setelah kau mengetahui hal ini.”

Isaac mengisyaratkan bawahannya untuk membawa masuk Martha dan Lolly. Lalu diikuti Brisella dan Portia dari belakang. Razen terlihat bingung dengan situasi terkini. Terlebih lagi, putrinya juga berada di sana. Pikirannya kian semrawut tak terkendali.

“Jelaskan! Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kau membawa nyonya Martha dan pelayan pribadi Brisella?” tanya Razen bernada serius dan dingin.

Sejujurnya, Isaac paling malas berurusan dengan Razen sebab sang kakak selalu saja bersikap dingin terhadapnya. Namun, apa daya, saat ini ada urusan yang lebih penting yang harus dia selesaikan. Apalagi ini menyangkut keselamatan hidup Brisella.

“Bicaralah! Jelaskan semuanya kepada ayahmu,” bisik Isaac ke Brisella.

Brisella mengangguk, ia bergerak maju beberapa langkah ke hadapan Razen.

“Ayah, ada sesuatu yang mau aku bicarakan dengan Ayah,” ujar Brisella menatap serius Razen.

“Apa yang mau kau bicarakan?”

Brisella mengambil napas sejenak menjelang berbicara panjang lebar. Sesungguhnya aura yang dipancarkan Razen membuatnya tegang. Baru kali ini dia bertemu seseorang yang punya aura sangat kuat.

“Sebenarnya, selama ini Martha, Lolly, dan para pelayan istana kediamanku tidak pernah memperlakukanku dengan baik. Mereka selalu menyiksaku, jarang memberiku makanan layak, tidak pernah membantuku mandi, bahkan ketika aku sakit, mereka membiarkanku terbaring begitu saja di atas tempat tidur tanpa memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaanku. Lalu mereka juga menggunakan anggaran istana untuk berfoya-fo—”

“Tidak, Yang Mulia! Ada kesalahpahaman di sini! Jangan dengarkan tuan putri! Beliau sedang berbohong. Mana mungkin saya melakukan itu semua. Anda tahu sendiri saya pelayan yang paling disayang mendiang ratu. Jadi, mustahil rasanya saya bersikap kejam kepada tuan putri.”

Martha menyergah perkataan Brisella. Dia berusaha menutupi kebusukannya selama ini agar dia tetap bisa melakukan hal yang sama seperti lalu.

“Yang Mulia, tuan putri tidak berbohong. Saya baru saja ingin melaporkan hal ini kepada Anda. Saya melihat dengan mata kepala saya sekujur badan tuan putri dipenuhi bekas luka. Anda lihat ini!”

Portia masuk ke tengah percakapan mereka. Disertai kemarahan tidak terbendungkan, ia menyingsing lengan baju panjang Brisella. Terlihat jelas di mata Razen dan Duarte sejumlah bekas luka lama hingga luka baru tertoreh di kulit indah Brisella.

“Ini baru seberapa saja. Bahkan, saya menemukan luka bakar di sisi paha sebelah kanan tuan putri. Yang Mulia, tolong berikan keadilan untuk tuan putri,” lanjut Portia berkata dengan suara bergetar serta air mata berlinang menahan tangis.

“Itu tidak benar, Yang Mulia! Semua bekas luka itu karena tuan putri pernah terjatuh. Saya tidak mungkin berani menyiksa tuan putri.” Martha kembali memberi pembelaan terhadap dirinya sendiri.

“Terjatuh apanya? Tidak ada luka terjatuh seperti ini. Kau ingat? Saat aku terjatuh ke dalam danau, kau tidak menolongku. Kau membiarkanku bersusah payah berenang ke tepian. Untung saja aku berhasil selamat. Kemudian kau juga pernah sengaja memasukkan serigala ke istanaku. Kalian semua tertawa ketika aku hampir mati diterkam serigala. Masih banyak lagi yang hampir membuat nyawaku melayang. Sekarang kau bilang aku berbohong? Bukankah kau yang sedang berbohong?”

Brisella membeberkan segala hal yang terjadi di hidup si pemilik tubuh. Martha dan Lolly menggigil ketakutan kala melihat Brisella mengintimidasinya lewat sorot mata tajam penuh dendam.

“Dan kau, Lolly!” Brisella mengalihkan titik fokusnya ke Lolly. “Aku tahu selama ini ayahku selalu mengirimkan pakaian, sepatu, dan perhiasan untukku, tetapi kau merampas semuanya. Kau juga mengambil alih kamarku sehingga aku terpaksa tidur di kamar yang lebih kecil. Kau tidak pernah membersihkan kamarku, tidak pernah memberiku air bersih untuk membasuh muka, bahkan yang lebih parah kau sering memaksaku untuk melayanimu seperti pelayan.”

Lolly tertunduk diam, isi pikirannya saat ini kacau balau. Terbayang betapa sadisnya hukuman yang dia terima setelah ini. Seisi ruangan ikut terdiam karena syok. Udara sekitar semakin berat dan sesak. Mana di tubuh Razen keluar bak api membara membakar badan.

“Beberapa hari yang lalu aku singgah ke istana tuan putri. Istananya tidak terawat dan tidak ada pelayan maupun kesatria yang mendampingi tuan putri,” imbuh Isaac menambahkan kesaksian.

Seusai Isaac memberi kesaksian, mendadak permukaan lantai berguncang hebat, angin pun datang berembus kencang. Razen marah besar! Situasi semakin mencekam. Brisella merasakan sakit di dadanya akibat mana Razen meluap-luap keluar. Kedua kakinya menjadi lemah hingga nyaris tidak sanggup menopang badan. Semua orang merasakan hal yang sama sebagai imbas kemarahan Razen.

“Kalian … beraninya kalian menyakiti putriku!”

Sekelebat kabut hitam meliputi tubuh Martha dan Lolly. Kabut hitam itu perlahan-lahan menekan tubuh mereka dan mencekik leher. Mereka tidak dapat bersuara untuk meminta ampun kepada Razen.

“Kalian telah melakukan dosa besar. Apa kalian pikir aku akan berdiam diri saja sesudah mengetahui segalanya? Tidak! Aku akan menghukum kalian! Aku akan membalas rasa sakit yang dirasakan putriku!”

Razen tidak terkendalikan lagi. Jika ini terus berlangsung, maka tidak hanya Martha dan Lolly yang terbunuh, semua orang yang ada di sana juga pasti ikut mati.

“Kak, tahan dirimu. Kau menyakiti Brisella dengan sihirmu.” Isaac menepuk pundak Razen untuk menghentikan kakaknya.

Terpopuler

Comments

Retno Palupi

Retno Palupi

razen sebenarnya baik tp dikhianati orang orang nya

2024-12-23

0

Susilawati

Susilawati

jgn langsung di bikin mati tuh pelayan2 yg nggak tahu diri, bikin dia menderita bahkan lebih menderita dari putri Brisella . buat mereka yg memohon mohon utk mati.

2024-08-13

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!