“Kakak baru pulang dari penaklukkan dungeon?”
Cassis mengangguk. “Iya, ayah menyuruhku segera pulang dan berlibur sementara waktu. Oh iya, bagaimana kalau sekarang kita minum teh? Kebetulan aku baru saja membeli kue di ibu kota kekaisaran.”
Cassis memamerkan kotak kemasan kue yang terlihat begitu mewah. Brisella tersenyum lebar, ia penasaran dengan rasa kue yang ada di dunia ini. Lekas saja Brisella mengajak Cassis meminum teh di ruang tamu sebelah kamarnya.
Brisella tidak sabar dan langsung menyipi kue cokelat tersebut begitu Portia menyajikan dua cangkir teh. Brisella berhenti mengunyah pada gigitan pertama. Tiada kenikmatan dirasakan dari kue itu. Rasanya aneh di lidah Brisella.
“Kenapa? Kau tidak suka?” tanya Cassis menyadari ekspresi Brisella menunjukkan ketidaksukaan.
“Tidak enak.” Brisella meneguk habis air teh untuk menetralkan indra perasanya. “Rasa manisnya tidak beraturan. Tekstur kuenya sulit ditelan, amis dari telur menyebar di mulutku, dan cokelatnya terasa seperti cokelat yang sudah kadaluwarsa.”
“Benarkah? Mungkinkah aku ditipu oleh toko itu? Padahal katanya ini adalah toko kue terbaik di ibukota kekaisaran. Setiap hari tokonya selalu ramai dikunjungi para bangsawan. Berani sekali mereka menipuku.”
Cassis naik pitam kala melihat sang adik tidak puas dengan kue yang dia beli. Amarah Cassis meluap-luap, bahkan dia juga berencana menghancurkan toko kue itu setelah nanti kembali ke ibukota kekaisaran.
“Kak, apa mungkin Kakak juga kehilangan indra perasa seperti ayah?” Pertanyaan itu dilontarkan tiba-tiba oleh Brisella seusai memperhatikan raut muka Cassis ketika sedang memakan kuenya.
“Benar, aku kehilangan indra perasa sebagai ganti dari besarnya anugerah mana yang diberikan padaku. Kenapa? Apa kau mengkhawatirkan kakakmu ini?”
Cassis tampak sudah terbiasa dengan hilangnya indra perasanya. Walaupun sesekali dia merindukan masa-masa tatkala ia dapat merasakan berbagai macam rasa di makanan.
“Ya, begitulah. Namun, aku tahu Kakak dapat dengan baik menangani masalah indra perasa ini.”
Brisella dan Cassis melanjutkan obrolannya selama lebih dua jam. Cassis tidak berhenti berbicara, dia menceritakan banyak hal yang ada di luar istana. Semenjak Brisella datang ke dunia ini, dia belum pernah menginjakkan kaki di luar istana. Maka tak heran Brisella menunjukkan ketertarikan ketika Cassis bercerita soal dunia luar.
***
Brisella baru saja menyelesaikan pembicaraan dengan Razen terkait rencananya ingin memulai bisnis kaffa instan. Sekarang dia harus memikirkan langkah berikutnya dan dibantu oleh Ziggy.
“Kau benar-benar pandai membuat kemasan botol dan kemasan plastik untuk kaffa instanku?”
Sebelumnya, Ziggy menawarkan bantuan berupa pembuatan kemasan kaffa instan. Brisella ingin menciptakan kemasan menarik seperti yang ada di kehidupan lalunya.
“Tentu saja. Anda bisa mempercayakan kepada saya, Nona!” Ziggy amat percaya diri.
“Kau tidak berbohong lagi seperti waktu itu kan?” Sayangnya, Brisella tak mudah percaya. Dia masih geram mengingat Ziggy telah membohonginya.
“Tidak, saya tidak berbohong. Jika Anda menyerahkan desain kemasannya saat ini juga, maka saya dapat langsung membuatkannya.”
Brisella terdiam sepersekian detik. Demi menghemat modal, maka Brisella mau tidak mau harus percaya terhadap Ziggy.
“Baiklah. Aku segera membuatkan desain kemasannya. Tunggu sebentar.”
Tidak butuh waktu lama bagi Brisella menyelesaikan sebuah desain produk kemasan nan menarik. Detik itu pula Ziggy langsung berhasil menciptakan kemasan kaffa sesuai desain yang diberi Brisella.
“Kau luar biasa! Mulai saat ini, kau akan bertanggung jawab mengenai kemasan produk kaffa instan. Aku mengandalkan kemampuanmu, Ziggy!”
Setelah menyelesaikan masalah kemasan, kini Brisella membongkar kotak perhiasan miliknya. Ada sejumlah emas, permata, serta berlian yang bila dijual harganya sangat mahal. Seluruh perhiasan tersebut merupakan hadiah yang dia dapatkan ketika baru lahir dari keluarganya dan dari beberapa orang bangsawan.
“Yang Mulia, Anda yakin ingin menjual ini semua?” tanya Portia, ia merasa sayang jika seluruh perhiasan Brisella dijual.
“Ya, aku harus menjualnya demi modal awal untuk bisnisku. Nanti semisalnya bisnisku lancar, aku bisa membeli perhiasan yang lebih mahal lagi,” jawab Brisella.
Portia hanya bisa mendoakan kesuksesan bisnis Brisella sebab dia sendiri tidak punya kemampuan dalam berbisnis. Kemudian sesudahnya, hari itu Brisella segera berangkat ke wilayah perkotaan terdekat dari Kerajaan Sizilien menjual perhiasannya sekaligus membeli beberapa bahan makanan. Rencananya, sepulang dari kota, Brisella mau memasakkan makanan untuk Hestio.
Brisella tidak dapat izin dari sang ayah ke ibukota kekaisaran. Padahal ada banyak yang mau dia lihat di ibukota. Untung saja wilayah perkotaan yang dituju Brisella sedang mengadakan pekan raya. Oleh sebab itu, ada banyak penjual dari berbagai daerah.
Ketika hendak masuk ke kereta kuda, Brisella menemukan Cassis sudah duduk di dalam kereta lebih dulu.
“Kakak yang akan mengawalku hari ini?” tanya Brisella sembari mendudukkan badan.
“Iya, terlalu bahaya bagimu pergi ke luar istana tanpa pengawasanku. Lagi pula kau tidak banyak tahu tentang dunia luar.”
“Syukurlah, setidaknya aku bisa tenang kalau ada Kakak.”
Sejujurnya, Brisella cukup cemas mengingat pihak kekaisaran sedang mengincarnya. Untung saja kali ini Cassis turun tangan mengawalnya secara langsung. Kecemasa Brisella pun langsung lenyap.
Perjalanan menuju Kota Yelind memakan waktu sekitar lima jam bila mereka menggunakan gerbang teleportasi. Apabila tidak menggunakan teleportasi, akan memakan waktu sekitar sepuluh jam. Mereka memutuskan menggunakan gerbang teleportasi walau harus membayar sekitar tiga belas koin silver. Biaya yang cukup mahal bagi Brisella dan Cassis.
Di tengah perjalanan melewati kerimbunan hutan, tiba-tiba saja kereta kuda berguncang hebat. Cassis menangkap tubuh Brisella yang nyaris terlempar keluar kereta.
“Hei, apa yang sedang terjadi?!”
“Mohon maaf, Yang Mulia, di depan ada sekelompok bandit,” ujar salah seorang kesatria.
“Bandit?! Mengapa mereka bisa ada di tempat ini? Sungguh mencurigakan. Cepat kalian bereskan mereka semua!” titah Cassis.
“Baik, Yang Mulia.”
Para kesatria bergegas membereskan para bandit yang menghadang jalan mereka. Sesaat para kesatria beraksi, kereta kuda kembali berguncang. Brisella merasakan ada aura pembunuh yang membidik dirinya.
“Kak, sebaiknya kita keluar dari kereta.” Brisella menarik pergelangan tangan Cassis ke luar kereta.
“Tunggu dulu, Brisella! Kenap—”
DUARR!
Tepat ketika Brisella dan Cassis menginjak permukaan tanah, kereta kuda yang mereka tunggangi meledak. Cassis dengan cepat mengaktifkan sihir pelindung demi melindungi Brisella dari ledakan tersebut.
Sekujur badan Brisella gemetar hebat. Ketakutan memuncak mengusik kewarasan serta ketenangan Brisella. Dia tidak mampu menjernihkan pikirannya. Sekelebat bayangan kematian membayangi diri Brisella.
“Brisella, sadarlah! Brisella!”
Cassis mendekap erat tubuh Brisella, berupaya menyadarkan sang adik yang tenggelam dalam rasa takut.
“Tidak apa-apa … tidak apa-apa … Kakak akan melindungimu. Jangan khawatir, aku takkan membiarkanmu terluka.”
Mendengar perkataan Cassis, perlahan-lahan kewarasan Brisella kembali.
Apa yang akan terjadi jika aku tidak menarik kakakku keluar dari kereta? Pasti kami berdua sudah mati bersama ledakan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Dewi Ansyari
Semoga saja Zella bisa punya Kekuatan Sihir dan bela diri agar bisa melindungi dirinya dan juga keluarganya
2024-09-18
3
Susilawati
untung lah Brisella dan kakaknya selamat, pasti ada orang istana yg jadi pengkhianat yg memberikan info tentang perjalanan Brisella dan kakaknya.
2024-08-23
1
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2024-08-22
1