Persediaan Bahan Makanan Habis

Brisella terhening sejenak seraya menatap tak percaya Nirana. Tadi dia sempat bertanya pada Corinne soal penyumbatan akar mana yang diderita Hestio. Berdasarkan penjelasan sang dokter, jelas belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Kini secercah harapan tiba-tiba dilontarkan Nirana. Hanya saja, Brisella belum bisa percaya sepenuhnya kepada Nirana tanpa penjelasan yang lebih lanjut.

“Maksudmu apa? Dengan masakanku, aku bisa menyembuhkan kakakku? Aku tidak bisa mencerna kata-katamu barusan.”

“Iya, kau tidak punya sihir, jadi kau tidak bisa merasakannya langsung. Kau bisa membuktikan kata-kataku mulai besok. Lihat saja, semua orang yang meminum kaffa buatanmu akan merasakan dampak luar biasa pada tubuhnya.”

Brisella tidak percaya. Pada akhirnya, dia menunggu sampai esok hari untuk membuktikan kebenaran dari perkataan Nirana.

Tepat di pergantian hari, tatkala Brisella baru saja memulai aktivitasnya, tiba-tiba Corinne, Duarte, dan Peter datang menemuinya. Mereka datang dengan ekspresi penuh semangat serta mata berbinar-binar.

“Yang Mulia, apa yang Anda tambahkan ke dalam kaffa itu? Setelah saya meminumnya kemarin, saya bisa begadang menyelesaikan semua tugas-tugas saya. Biasanya saya selalu lelah setiap kali selesai begadang, tetapi hingga pagi ini saya mata saya masih segar, badan saya juga tidak merasakan lesu.”

“Mana saya meningkat setelah meminum kaffa kemarin. Selain itu, saya selalu merasakan sesak di dada. Walaupun sudah meminum obat, rasa sesaknya tak kunjung mereda. Namun, sekarang rasa sesak di dada saya menghilang secara ajaib.”

“Yang Mulia, terima kasih! Saya tidak tahu bagaimana Anda melakukannya, tetapi yang jelas, rasa sakit yang bertahun-tahun mendera sendi tangan saya telah sembuh sepenuhnya.”

Brisella pusing. Gadis itu bingung mendengar mereka berbicara secara bersamaan. Dia sendiri tidak menyangka efeknya sangat luar biasa sampai punya efek penyembuh tersendiri.

“Tunggu dulu! Berbicaralah pelan-pelan, aku tidak mengerti apa yang kalian katakan,” kata Brisella.

Mereka bertiga serentak diam, mengatur irama napas sambil menata kata-kata. Mereka menjelaskan satu per satu perihal apa yang mereka rasakan seusai meminum kaffa kemarin. Bahkan, dia juga mendapat laporan dari Duarte tentang Razen mendapatkan indra perasanya kembali.

Kini Brisella percaya dengan perkataan Nirana bahwa mungkin dia memang punya kemampuan yang bisa menyembuhkan penyumbatan akar mana pada tubuh Hestio.

Sebelum terlambat, aku harus segera mencari bahan-bahan membuat makanan untuk putra mahkota.

Brisella bergegas menuju dapur. Dia berharap ada bahan makanan yang tersisa agar dia bisa langsung memasak untuk Hestio. Akan tetapi, setelah dicari, tidak ada satu pun bahan yang tersisa. Seisi dapur kosong, tampaknya persediaan bahan makanan di istana kediaman pangeran kedua sudah habis.

“Astaga, Yang Mulia, saya mencari Anda sedari tadi. Ternyata Anda ada di sini.” Portia seketika menghela napas lega begitu menemukan Brisella di dapur.

“Portia, ada apa?” tanya Brisella.

“Anda lupa? Hari ini Anda akan pindah ke istana utama. Saya sudah selesai mengemas barang-barang Anda. Jadi, ayo kemarilah! Sebentar lagi para kesatria datang menjemput Anda.”

Brisella menepuk pelan keningnya. Nyaris saja dia lupa hari ini akan pindah ke istana utama.

“Baiklah. Aku segera ke sana.”

Terpaksa ia mengurungkan rencananya sambil berharap di istana utama terdapat persediaan bahan makanan yang layak untuk dimasak. Setiba di istana utama, Brisella buru-buru menuju dapur. Ketika dia sampai di tujuan, suasana dapur diwarnai kesuraman dari wajah para koki.

“Apa yang terjadi di sini?”

Tatkala Brisella datang bertanya, para koki menunjukkan mimik tidak suka terhadap Brisella. Gadis itu mengerti bahwa ada banyak orang di istana ini yang membencinya. Mengingat sang ratu yang dicintai rakyat kehilangan nyawa setelah melahirkan Brisella, gadis tersebut dapat memaklumi kebencian yang datang bertubi-tubi padanya.

“Ada urusan apa Anda kemari, Yang Mulia?” Salah seorang koki muda bertanya seraya bertolak pinggang dan mata menyorot tajam Brisella.

Koki tersebut bahkan tidak memberi salam hormat. Dia benar-benar memperlakukan Brisella layaknya sampah yang harus disingkirkan.

“Di mana salam hormatmu? Aku adalah anak dari raja yang kau layani, jadi tunjukkan sopan santunmu,” balas Brisella menekan kata-katanya.

Koki muda itu sontak membatu di tempat. Aura Brisella di matanya mirip dengan Razen. Dia mampu mengintimidasi orang lain hanya melalui mata. Manik mata berwarna hijau emerald sejak dahulu terkenal sebagai mata penuh intimidasi. Warna mata inilah yang menjadi ciri khas keturunan langsung dari Kerajaan Sizilien.

“S-Saya—”

“Maaf atas kelancangan bawahan saya, Yang Mulia.” Seorang pria paruh baya datang dari ruang penyimpanan bahan makanan.

“Kau siapa?” Suasana hati Brisella memburuk.

“Salam hormat, Yang Mulia Putri. Perkenalkan, saya Bern, kepala koki dapur istana utama. Saya meminta maaf karena menyela pembicaraan Anda dan bawahan saya. Sekali lagi tolong maafkan kelancangan bawahan saya ini. Saya berjanji akan memberinya pelajaran nanti.”

Bern secara inisiatif meminta maaf untuk kesalahan bawahannya. Melihat bagaimana Bern menundukkan kepala atas kesalahan yang diperbuat bawahannya, membuat hati Brisella tersentuh. Kini dia tahu bahwa tidak semua orang di sini yang membenci kehadirannya.

“Lupakan saja. Aku kemari untuk meminta sedikit bahan makanan. Apa dapur istana utama masih punya persediaan?”

“Yang Mulia, sebenarnya saat ini persediaan bahan makanan di dapur istana sudah habis. Sekarang kami semua kebingungan harus menyediakan apa untuk makan malam nanti. Kami juga baru mendapat kabar kalau utusan kerajaan yang biasanya memasok persediaaan dapur terjebak badai hujan di tengah perjalanan. Jadi, kemungkinan persediaan bahan makanan akan datang dua hari lagi,” jelas Bern dengan wajah tertekuk lesu.

Bak tersambar petir di siang hari, Brisella syok berat. Apabila persediaan bahan makanan datang dua hari lagi, bagaimana semua orang di istana bisa bertahan selama ini tanpa makan?

“Kau sudah melaporkan masalah ini kepada ayah?” tanya Brisella berupaya menenangkan diri sendiri.

“Sudah, Yang Mulia. Raja sedang mencari solusi bersama tuan Duarte.”

Isi kepala Brisella mendadak kusut. Dia pun memasang ekspresi serius memikirkan masalah tersebut.

Nirana sedang pergi ke hutan peri. Aku tidak bisa bergantung pada Nirana menangani permasalahan yang menimpa istana saat ini. Kalau begitu, aku sendiri yang harus turun tangan. Mari pikirkan, apa kira-kira yang dapat aku manfaatkan di istana ini sebagai bahan makanan selama dua hari.

Brisella berbalik badan tanpa mengucap sepatah kata pun. Dia beranjak meninggalkan dapur seraya berpikir keras. Tanpa sadar, Brisella tiba di depan halaman istana utama. Kebiasaan buruknya ternyata tidak pernah hilang. Ketika memaksa dirinya berpikir, dia selalu berakhir di lokasi yang lumayan jauh dari tujuan awal.

“Selalu saja begini … padahal tadi aku berencana pergi ke ruangan—”

“Yang Mulia Putri! Menyingkirlah dari sana!”

Terpopuler

Comments

Ita Xiaomi

Ita Xiaomi

Saking fokus berpikir sambil jalan 😁

2024-09-10

3

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk

2024-08-15

1

Susilawati

Susilawati

siapa tuh yg teriak

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!