Pada hari berikutnya, Razen mengadakan pembersihan besar-besaran di istana kediaman Brisella. Razen tanpa ampun mengirim semua orang yang bekerja di sana ke penjara. Dia juga sangat terkejut melihat penampakan istana yang dahulunya bersih, rapi, dan indah, sekarang malah seperti istana tak berpenghuni. Miris sekaligus merasa bersalah terhadap putrinya sebab dia tidak pernah mengunjungi atau sekedar memastikan kondisi Brisella secara langsung.
Istana kerajaan mendadak riuh seusai mendengar masalah yang menimpa Brisella. Sayangnya, tidak semua orang bersimpati terhadap Brisella. Kebencian mereka terus mengakar ke mana-mana sehingga rasa simpati pun lenyap dilahap rasa benci yang jauh lebih besar.
Sementara itu, Brisella sedang jalan-jalan di lorong istana. Di persimpangan koridor, dia bertemu dengan Peter. Dia menyampaikan bahwa Brisella sementara waktu disuruh tinggal di istana utama.
“Hah? Aku dipindahkan ke istana utama? Kenapa?” Brisella terlihat bingung. Tidak ada yang salah dari istana pangeran kedua. Lalu mengapa dia diminta pindah ke istana utama?
“Ini perintah dari raja. Beliau mengkhawatirkan Anda. Apabila Anda tinggal di istana utama, beliau jadi lebih mudah bertemu Anda,” jawab Peter.
“Oh, begitu? Baiklah.”
Seusai menerima pesan dari Peter, Brisella melanjutkan kembali jalan-jalannya. Di tengah jalan, dia berhenti. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
“Portia, ini tanaman apa?” tanya Brisella menunjuk sebuah tanaman yang tumbuh di tanah bekas taman bunga.
“Tanaman ini namanya kaffa. Mendiang raja terdahulu menanam tanaman ini untuk memperindah istana. Bukankah bijinya sangat cantik?”
Brisella terdiam cukup lama menatap tanaman tersebut. bijinya kecil-kecil berwarna merah seperti biji kopi, tetapi bedanya kaffa tidak berbatang besar, justru kaffa tumbuh di tanaman berbatang kecil layaknya tanaman hias.
Brisella memetik satu biji dan mengendus aroma biji kaffa untuk memastikan tebakannya.
Ternyata benar, ini biji kopi. Aku menemukan sesuatu yang bisa aku manfaatkan. Di dunia ini tidak ada yang namanya kopi, jadi aku bisa memperkenalkan minuman enak ini ke orang lain.
Senyum kecil terbit di bibir Brisella. Dia menemukan sesuatu yang baru.
“Rupanya kaffa bisa tumbuh di tanah yang tandus. Apa kaffa tumbuh di seluruh wilayah kerajaan?”
“Setahu saya begitu. Kaffa bisa Anda temukan di mana-mana karena tanaman kaffa terkenal lebih mudah tumbuh di tanah tandus.”
“Aku mengerti. Sekarang tolong bantu aku memetik biji kaffa. Ada sesuatu yang ingin aku buat dari biji kaffa,” ujar Brisella memberi perintah Portia.
Sorot mata Portia menatap heran Brisella. Seakan-akan bertanya, apa yang hendak dilakukan Brisella dengan biji kaffa tersebut.
“Apa yang ingin Anda buat dari biji kaffa?” Akhirnya Portia memberanikan diri untuk bertanya.
“Hehe, rahasia.” Brisella menjawab sembari melontar senyum lebar. “Nanti aku akan memberitahumu ketika sudah selesai aku buat.”
Kemudian mereka bersama-sama memetik biji kaffa yang tumbuh di sekitar istana. Biji yang hanya terkenal oleh keindahan warnanya, sebentar lagi akan berubah fungsi di tangan Brisella.
Selepas mengumpulkan biji kaffa, Brisella kembali ke dalam kamar. Kini ada hal lain yang mengganggu pikirannya.
“Aku harus mengeringkannya terlebih dahulu sampai kulitnya terkelupas. Apa sihir bisa digunakan untuk sekedar mengeringkan seluruh biji kaffa ini?” gumam Brisella bertanya-tanya.
Portia tanpa sengaja mendengar ocehan kecil Brisella. Dia pun memberi jawaban, “Tentu saja, Yang Mulia. Anda bisa menggunakan sihir untuk mengeringkannya.”
Brisella terperanjat kaget mendengar Portia tiba-tiba menjawab pertanyaannya.
“Sungguh?”
“Ya, mau saya bantu mengeringkan biji kaffanya?”
“Oh, kau bisa menggunakan sihir juga, Portia?” Kedua mata Brisella berbinar mengisyaratkan antusias terhadap sihir.
“Saya bisa menggunakan sedikit sihir. Bila untuk mengeringkan biji kaffa, maka saya bisa melakukannya.”
“Ya sudah, tolong bantu aku mengeringkannya.”
Brisella mempercayakan tugas ini ke Portia. Untung saja ada wanita itu yang bisa membantunya. Jadi, dia tidak perlu pusing-pusing memikirkan cara mengeringkannya selain dijemur di bawah sinar matahari.
Jika menjemurnya di bawah terik sinar matahari, maka akan butuh waktu lebih lama lagi untuk mengolah biji kaffa tersebut. Oleh sebab itulah, Brisella memilih jalan pintas demi mempersingkat waktu pengolahan.
Sesudah dikeringkan, Brisella lanjut mencuci biji kaffa untuk membersihkan sisa-sisa lendirnya. Lalu dikeringkan lagi sampai benar-benar kering.
“Wah, kalau memakai sihir, prosesnya menjadi jauh lebih cepat,” ucap Brisella, suasana hatinya tampak bagus.
“Setelah ini Anda apakan lagi?” Portia masih belum paham biji kaffa itu dipergunakan sebagai apa bagi Brisella.
“Aku mau menyangrainya. Temani aku ke dapur sekarang juga.”
Mereka berdua pun pergi ke dapur istana. Untung saja semua orang sedang beristirahat sehingga di dapur tidak ada orang selain mereka. Jadi, Brisella bisa dengan bebas menggunakan dapur.
Pelan-pelan Brisella menyangrai biji kaffa di sebuah wajan besar. Tidak butuh waktu lama sampai biji kaffa tersebut berhasil disangrai sempurna.
“Wah, aromanya wangi sekali.”
Aroma dari biji kaffa yang disangrai mulai menyeruak di ruangan. Portia sampai terlena oleh aroma yang dikeluarkan dari biji kaffa itu.
“Sudah selesai! Waktunya menggilingnya sampai halus. Bisakah sihirmu membantuku menghaluskan semua biji kaffa ini?” Brisella bertanya pada Portia.
“Saya bisa, Yang Mulia. Ini sesuatu yang mudah bagi saya.”
Dalam sekejap, Portia menyelesaikan permintaan Brisella. Kini semua biji kaffa berhasil dihaluskan secara sempurna. Akan tetapi, sekarang timbul masalah lain. Persediaan gula dan susu menipis. Brisella tidak bisa menyeduh kopi dengan rasa yang enak jika tidak ada tambahan pemanis.
“Apa yang ingin Anda lakukan dengan biji kaffa yang sudah dihaluskan ini?” Portia bertanya sebab ia kian tidak mengerti Brisella sedang membuat apa.
“Portia, harga gula dan susu sangat mahal kan?” Bukannya menjawab, Brisella justru melempar pertanyaan lain.
“Benar, Yang Mulia. Harganya sangat mahal, jadi istana tidak bisa menyetok banyak gula dan susu.”
“Kalau begitu, aku harus mencari alternatif lain. Simpan saja ini dulu, aku tidak bisa menyelesaikannya sekarang.”
“Baik, Yang Mulia.”
Portia menyimpan bubuk kaffanya ke dalam toples. Sedangkan Brisella, pergi lebih dulu meninggalkan Portia. Dia melangkah entah ke mana seraya berpikir keras mencari solusi lain. Tanpa disadari, Brisella tiba di depan sebuah pohon besar yang telah mati. Pohon itu berada di sudut terasingkan dari istana utama.
“Lagi-lagi aku tersesat. Di mana aku sekarang?”
Brisella mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tiada sesuatu yang mencolok selain pohon yang sangat besar di hadapannya. Pohon itu menarik atensi Brisella. Bagaimana tidak? Walaupun pohonnya sudah mati, tetapi masih memancarkan aura kehidupan. Entah mengapa, Brisella merasakan bahwa pohon itu sebenarnya belum benar-benar mati.
“Pohonnya terasa dingin di tengah cuaca panas Sizilien,” tutur Brisella menyentuh batang pohon.
Ketika dia tengah mengamati pohon tersebut, dari bagian bawah sisi lain akar yang menonjol ke permukaan tanah, berkelip sepintas cahaya berwarna hijau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Retno Palupi
semoga berhasil dan bisa menghasilkan uang
2024-12-23
0
Susilawati
kalo usaha Brisella utk membuat kopi berhasil, semoga bisa membantu ayahnya utk melunasi hutang2 kerajaan.
2024-08-13
4