Sang Koki Sihir

Sang Koki Sihir

Pengkhianatan

“Dasar rubah! Beraninya kau mencuri resepku! Padahal aku percaya padamu, kenapa kau malah mengkhianatiku?!”

Kegaduhan terjadi di sebuah restoran ternama bintang lima. Restoran ini baru saja mengeluarkan menu baru yang menjadi favorit banyak orang dalam sekejap. Seorang koki pria disebut sebagai pencipta resep menu tersebut. Namun, kenyataannya bukanlah seperti itu melainkan resepnya dicuri dari seorang wanita bernama Brisella.

“Kau terlalu bodoh mempercayaiku. Anggap saja ini sebagai hasil dari kebodohanmu.”

Brisella sangat marah. Selama ini pria itu bersikap baik padanya hingga mereka berdua menjadi teman baik, tetapi tidak disangka dia akan ditusuk dari belakang. Sekarang pria itu memperoleh jabatan tinggi dari perusahaan pengelola restoran. Sedangkan Brisella sendiri tidak mendapatkan apa pun dari resep yang susah payah ia ciptakan.

“Bajing*n!”

Brisella kehilangan ketenangan, dia melayangkan pukulan ke wajah pria yang telah dia anggap teman baik. Semua orang menyaksikan pertengkaran itu sembari menahan Brisella agar tidak bertindak lebih jauh lagi.

“Aku takkan pernah memaafkanmu! Walaupun aku mati hari ini, aku pastikan hidupmu akan dihantui oleh rasa bersalah! Dasar brengs*k! Pencuri!”

Kalimat hinaan dilontarkan dari mulut Brisella. Pria itu tak terima dan menampar balik Brisella.

“Kau … wanita jal*ng! Perhatikan posisimu! Aku adalah atasanmu sekarang. Aku bisa saja memecatmu kapan pun itu, tetapi karena aku menganggapmu temanku, jadi aku takkan memecatmu. Sebagai hukuman sebab kau sudah memukulku, kau harus menciptakan menu baru untuk restoran ini. Bagaimana? Aku cukup baik kan?”

Di saat bersamaan, Brisella menyadari sesuatu bahwasanya tidak ada satu pun orang yang berpihak padanya di tempat tersebut. Semua orang menertawakan Brisella, hal yang lebih menjengkelkan lagi ialah mereka tahu tentang pencurian resep ini. Mereka tahu Brisella lah yang menciptakan resep fenomenal itu. Tidak hanya satu orang mengkhianatinya, tetapi ada belasan orang.

Brisella geram. Dia sadar selama ini tidak ada yang menyukainya karena Brisella digadang-gadangkan sebagai koki yang sukses menghipnotis banyak orang melalui masakannya. Tidak hanya itu saja, Brisella seringkali diundang ke stasiun televisi beserta ke berbagai acara penting. Oleh sebab itulah, tak heran mengapa tidak sedikit koki menaruh iri terhadapnya.

“Aku pikir sudah saatnya aku keluar dari sini.” Brisella membuka seragam kokinya lalu menaruhnya di atas meja. “Nikmati saja hasil dari pengkhianatanmu itu. Tidak sudi aku berlama-lama bekerja di tempat kotor penuh kotoran hina. Semoga kalian memperoleh kegagalan sesegera mungkin. Aku berhenti, jangan harap aku akan kembali lagi ke sini.”

Brisella berjalan keluar dari restoran. Tiada satu pun orang yang mencoba menghentikan langkahnya. Suara tertawa rekan-rekannya masih bisa didengar meski ia telah menjauh dari lokasi restoran.

Manusia tak beradab! Setelah semua yang aku lakukan, tidak ada artinya sama sekali di mata mereka.

Brisella memasuki mobil, ia berkendara dalam kecepatan tinggi. Emosi nan meluap-luap di dada tak kunjung mereda. Hingga dia pun tiba di rumah dan lagi-lagi dia dikagetkan oleh hal yang tak disangka-sangka.

“Sepatu wanita?”

Brisella terdiam sepersekian detik di pintu masuk. Dia berharap sang suami menyambut kepulangannya beserta membantu memadamkan amarah membakar hati. Namun, pemandangan sepasang sepatu wanita membuat segala hal baik hancur seketika.

“Hahaha, kau sangat nakal. Bagaimana jika istrimu mengetahui hubungan kita?” Gelak tawa sesosok wanita bergema dari kamar.

“Tenang saja, bahkan bila disuruh memilih, aku akan memilihmu. Lagi pula siapa yang tahan hidup dengan wanita kaku sepertinya? Yang ada di pikirannya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Aku sudah muak, dia lebih mementingkan pekerjaannya dibanding aku.”

Sekujur badan Brisella membeku. Dia terdiam bak tersengat aliran listrik dahsyat. Siapa kira sang suami yang selama ini bersikap baik terhadapnya dan memperlakukannya bagai ratu ternyata mengkhianatinya.

Tanpa menunggu lama, Brisella langsung masuk mendobrak pintu kamar. Terlihat raut terperangah dari suaminya dan wanita yang berada di pelukannya. Pandangan Brisella ternodai, hatinya pedih sesaat menyaksikan sang suami tanpa busana bersama seorang wanita.

“S-Sayang … k-kau s-sudah pulang? T-Tolong jangan marah, a-aku bisa jelaskan.”

Suaminya panik, pria itu lekas turun dari ranjang bermaksud berbicara baik-baik kepada Brisella.

“Bedeb*h tak berguna!” Brisella marah besar hingga melayangkan tamparan ke pipi sang suami. “Berani sekali kau membawa masuk wanita lain ke rumahku, terlebih lagi kalian melakukan sesuatu yang menjijikkan di atas tempat tidurku.” Sorotan tajam mata Brisella mengarah pada selingkuhan suaminya.

“Brisella, tolong dengarkan penjelasanku. Sebenarnya aku—”

“Aku tidak butuh penjelasanmu! Astaga, kau pikir selama ini aku bekerja keras untuk siapa? Ya untuk kau, sialan! Utang dan biaya hidupmu selama menikah dua tahun semuanya aku yang menanggung. Dasar tidak tahu malu! Sekarang keluar kau dari rumahku! Aku akan segera mengirimimu surat perceraian kita.”

Kemarahan Brisella meledak-ledak, suara bentakannya mungkin bisa terdengar sampai ke rumah tetangga. Apa pun itu, dia tidak peduli, kedua matanya telah tertutupi kemurkaan luar biasa. Selama hidup, ini merupakan pertama kalinya dia marah besar seperti sekarang.

“Bukankah kau mencintaiku? Maafkan aku, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak mau bercerai denganmu.” Sang suami bergelayutan di kaki Brisella, tampangnya sungguh menyedihkan.

“Cinta? Cintaku sudah habis, aku tidak mencintaimu lagi. Jadi, cepat pergi dari sini sebelum aku panggil polisi untuk menangkapmu dan wanita jalang itu!”

Mereka berdua ketakutan, ancaman Brisella tidak main-main. Terpaksa keduanya menurut tanpa melawan lebih jauh lagi. Mereka pergi dari hadapan Brisella sambil berpegangan tangan.

“Kenapa semua ini bisa terjadi kepadaku?”

Brisella menghela napas berat, terasa sulit baginya menghadapi ujian bertubi-tubi di hari ini.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Brisella mendudukkan badan di atas sofa. “Rekan kerja dan suami yang aku percayai berbalik mengkhianatiku. Aku benar-benar hancur dalam sekejap mata.”

Tanpa sadar air mata bergulir membasahi pipi. Isak tangis menyakitkan perlahan terdengar dari mulutnya. Dua puluh tujuh tahun dia hidup, hari ini merupakan hari paling sial. Karir yang dia bangun hingga rumah tangga idaman, tidak ada satu pun di antaranya yang berjalan mulus.

“Aku benci hidupku, aku benci diriku ….”

Brisella menangis tersedu-sedu selama hampir dua jam, hingga akhirnya dia tertidur di sofa dalam kondisi menangis. Kemudian tepat pada pukul tiga dini hari, Brisella terbangun karena merasa ada suara yang berbisik ke telinganya.

“Kyaaaa …!” Brisella sontak memekik ketika mendapati sesosok makhluk berwujud slime menghimpit badannya. Refleks ia melempar slime berukuran lumayan besar tersebut ke permukaan dinding.

“Slime? Apa itu benar-benar slime?”

Detak jantung Brisella tak karuan, efek kaget barusan sungguh membuatnya nyaris kehilangan kesempatan bernapas.

“Hei! Tolong jangan lempar saya seperti ini!”

Brisella membatu. Baru saja slime itu berteriak kepadanya.

“Mungkin aku salah dengar. Mustahil ada slime yang pandai berbicara.” Brisella berupaya tetap tenang, berharap ia sedang berimajinasi.

Slime itu sontak melompat tepat ke hadapannya.

“Saya memang bisa berbicara sebab saya adalah slime agung!” ucap slime itu bersuara lantang.

Brisella tak merespon, badannya membeku memandang datar slime di depannya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Brisella menjangkau slime itu lalu menekan-nekan tubuhnya.

“Slime agung? Aku jadi semakin yakin kalau sekarang aku sedang bermimpi.”

“Hentikan! Jangan memainkan tubuh saya!” Slime itu meloncat meloloskan diri dari genggaman Brisella.

Brisella mengembuskan napas berat. Dia sungguh tak mempedulikan keanehan di sekitar kala itu.

“Terserah saja. Aku lelah, tolong jangan ganggu aku. Mau kau slime agung atau bukan—”

“Bersediakah Anda diberi kehidupan baru? Maksud saya terlahir di dunia lain dan meninggalkan hidup yang menyakitkan ini?”

Brisella terkekeh tatkala pertanyaan tersebut terlontar dari mulut sebuah slime.

“Kehidupan baru ya? Jika aku benar-benar diberi kehidupan baru, aku takkan menolaknya. Namun, rasanya tidak mungkin terjadi,” tutur Brisella, nada bicaranya diliputi perasaan putus asa mendalam.

“Saya bisa mengabulkannya.”

“Hah?” Bola mata Brisella terbelalak. “Jangan bercanda! Aku tidak percaya.”

“Saya tidak bercanda. Saya sungguh bisa memberi Anda kehidupan baru di dunia lain.” Slime itu terdengar tidak berbohong, Brisella pun mulai menanggapi serius ucapannya.

“Kalau begitu, lakukan! Bawa aku ke dunia lain! Aku tidak mau tinggal di dunia ini lagi. Buktikan padaku perkataanmu benar atau hanya sekedar bualan semata.”

Brisella terkesan sedang menantang. Walaupun sebenarnya dia tak sepenuhnya percaya omong kosong tersebut.

“Tampaknya Anda belum mempercayai saya, omongan Anda berbanding terbalik dengan isi hati Anda kan? Baiklah, biar saya buktikan langsung bahwa saya tidaklah berbohong.”

Tanpa aba-aba, slime itu menerjang ke arah Brisella. Belum sempat ia menghindar, sebuah tikaman mendarat lebih dulu di dadanya. Si slime menghunuskan sebilah pisau hingga membuat darah bercucuran tiada henti.

“K-Kau m-menipuku?” Kesadaran Brisella hampir terenggut sepenuhnya, rasa sakit yang dia rasakan perlahan mengambil alih tubuhnya.

“Jangan khawatir, saya hanya menidurkan Anda. Selamat jalan menuju dunia lain dan sampai jumpa kembali, Nona.”

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

keren

2024-10-18

0

Dede Mila

Dede Mila

nyimak

2024-10-06

1

Ice Blue

Ice Blue

hallo kak, aku mampir ni 😍

2024-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!