Bertemu Cassis

Pengakuan Martha menjadi beban pikiran bagi Brisella. Semenjak kembali dari penjara, fokusnya berantakan.

“Kenapa kaisar dan permaisuri ingin sekali menghancurkan mental Brisella? Mengapa juga mereka berdua mengusik Sizilien? Apa di masa lalu terjadi sesuatu dengan hubungan antara ayah dan mereka berdua? Mau berapa kali pun aku pikirkan, aku tetap tidak menemukan jawaban yang masuk akal.”

Kala Brisella tengah disibukkan dengan pikirannya yang kacau, seorang kesatria datang menemui Portia. Mereka berdua tampaknya sedang berbicara sesuatu yang penting.

Setelah berbicara dengan kesatria, Portia masuk menemui Brisella.

“Ada apa, Portia? Apa yang dikatakan kesatria itu padamu?” tanya Brisella penasaran.

“Katanya Martha, Lolly, dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka, ditemukan tewas karena dibunuh di penjara. Sepertinya ada penyusup yang masuk ke istana tadi malam,” jelas Portia.

“Mereka semua mati?”

Brisella tidak berucap banyak. Gadis tersebut hening cukup lama karena syok. Dia baru saja menemui mereka tadi malam. Lalu hari ini tiba-tiba mendapatkan kabar bahwa mereka semua telah terbunuh. Isi kepalanya kini dipenuhi segudang tanda tanya.

“Iya, Yang Mulia. Mulai sekarang Anda bisa tenang. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan. Orang-orang yang menyakiti Anda sudah mati.” Portia terlihat senang sekaligus lega.

“Ya, syukurlah kalau begitu.”

Hari itu, Razen lebih memperketat keamanan istana. Tidak disangka pihak luar dapat menembus dinding pertahan istana Sizilien. Untung saja penyusup tersebut tidak membuat keributan dan mengincar Brisella.

Di sela kesibukan penghuni istana, Brisella masih berdiam diri di dalam kamar. Dia tampak sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Kemudian Brisella bangkit dari tempat duduk.

“Aku tidak bisa berdiam diri terus menerus. Pertama, aku harus menemui penanggungjawab keuangan istana.”

Brisella bergegas pergi ke tempat di mana penanggungjawab keuangan berada. Glenys nama wanita yang mengawasi keuangan istana. Kala itu Glenys sedang mengurung diri di ruangannya.

“Kenapa Anda ingin bertemu saya, Yang Mulia?” Glenys kurang senang dengan kehadiran Brisella.

Perasaan kurang senang tersebut disebabkan oleh suasana hatinya yang dilanda rasa stres dan frustrasi berkepanjangan. Brisella memakluminya karena kondisi pemasukan istana yang tidak stabil hingga mengalami penurunan drastis membuat Glenys perlu memikirkan cara lain agar istana tidak diterpa bencana kelaparan.

“Glenys, aku mau mengecek catatan keuangan istana,” ujar Brisella langsung pada intinya.

“Memangnya apa yang mau Anda lakukan setelah melihat catatan keuangannya?”

“Aku hanya ingin memastikan berapa uang yang kita punya bulan ini dan berapa total utang yang dimiliki oleh istana.”

Glenys membuang napas berat, ia tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Brisella.

“Baiklah, tunggu sebentar.”

Glenys menjangkau sebuah buku di laci mejanya. Sebuah buku yang lusuh karena selalu dibuka tutup sepanjang hari. Glenys segera menyerahkan buku berisi catatan keuangan kepada Brisella.

“Silakan Anda periksa sendiri, Yang Mulia,” kata Glenys.

“Ya, terima kasih.”

Brisella membalik satu per satu dari halaman buku tersebut. Mimik wajahnya tampak serius memperhatikan secara detail angka-angka yang tertoreh di permukaan kertas. Ternyata kondisi keuangan istana jauh lebih buruk dari dugaannya.

“Kita punya utang dengan jumlah besar ke pihak istana kekaisaran. Bagaimana jika kita gagal membayarnya?”

“Pihak kekaisaran akan merampas sebagian wilayah kekuasaan Sizilien. Sementara itu, pembayaran utang Sizilien jatuh tempo tiga bulan lagi. Apabila sampai saat itu kita gagal membayarnya, maka wilayah selatan akan menjadi milik kekaisaran. Sebenarnya beberapa wilayah kecil yang terletak jauh dari Sizilien sudah diambil alih kekaisaran sebab kita tidak mampu menyicil utang-utang istana,” jelas Glenys.

Situasi yang dihadapi Sizilien sungguh rumit. Akibat kekeringan yang menimpa tanah Sizilien, pekerjaan para penduduk menjadi terganggu. Mereka tidak bisa bekerja lagi seperti dahulu sehingga pemasukan istana dari sektor pajak pun berkurang. Saat ini hanya ada pemasukan pajak dari beberapa orang bangsawan yang bisnisnya masih bertahan.

“Aku mengerti!” Brisella menutup catatan keuangan. “Kalau begitu, sudah waktunya aku mulai terjun ke dunia bisnis.”

Kedua mata Glenys melotot ketika Brisella berkata demikian.

“Bisnis? Anda bercanda? Bagaimana cara Anda berbisnis bila Anda tidak punya modal awal? Anda tahu sendiri keuangan istana sedang mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Jadi, pihak istana takkan mampu memberi modal untuk bisnis Anda, Yang Mulia.”

Tidak ada yang salah dari ucapan Glenys. Pada kenyataannya, keuangan memang istana tidak sanggup memodalkan bisnis Brisella. Lalu mau dipikir berapa kali pun, berbisnis dalam situasi seperti ini takkan membuahkan keuntungan besar.

“Kau meremehkanku.” Brisella menyeringai. “Aku tidak bermaksud meminta modal awal. Lagi pula aku masih punya sisa perhiasan yang bisa aku jual. Uang dari hasil jual perhiasan tersebut dapat aku gunakan sebagai modal.”

“Saya yakin Anda pasti sedang bergurau.” Glenys tidak percaya dengan perkataan Brisella. “Bila Anda sungguh ingin memulai bisnis, maka uang hasil penjualan perhiasan Anda masih belum cukup menutupi modal awal. Menurut Anda, memangnya ada bisnis yang butuh modal kecil?”

Kemudian Brisella menjawab penuh keyakinan, “Ada. Aku berencana memulai bisnis minuman kaffa instan. Kaffa tumbuh di penjuru wilayah kerajaan dalam jumlah tidak terbatas. Aku bisa memanfaatkan itu untuk memulai bisnisku. Percayalah padaku, aku pastikan bisnis ini berbuah kesuksesan.”

Sorot mata penuh kepercayaan diri dari Brisella membuat Glenys mematung. Mendengar bagaimana tanggapan Brisella, Glenys pun tertunduk malu. Dia merasa bersalah sebab telah meremehkan Brisella yang punya keinginan membantunya dalam memperbaiki keuangan istana.

“Saya tidak begitu paham dengan bisnis yang hendak Anda jalankan. Asalkan Anda tidak menyusahkan raja, saya takkan berkomentar apa-apa.”

Begitulah akhir pertemuan Brisella dan Glenys. Kini dia harus berusaha lebih keras menjalani bisnis kaffa instan. Ada banyak hal yang perlu dia persiapkan saat ini.

Sebenarnya aku ingin membuka sebuah restoran. Namun, aku tidak punya modal lebih. Mau tidak mau aku harus mengumpulkan uang untuk membuka restoran.

Sesaat Brisella berjalan di koridor istana, tiba-tiba saja dia berpapasan dengan seseorang yang familiar. Tepat di depan mata, berdiri sesosok pemuda mirip dengan ayahnya. Rambut merah dan kornea mata hijau emerald. Tanpa diberi tahu pun, Brisella sudah tahu siapa pemuda tersebut.

“Brisella? Kau Brisella, bukan?” Pemuda itu bertanya.

“Ya, mungkinkah kau kakakku, Cassis?”

Pemuda itu rupanya Cassis – sang pangeran kedua sekaligus kakak Brisella. Cassis kini berusia 18 tahun. Artinya, dia tiga tahun lebih tua dari Brisella.

“Wah, Brisella! Adikku!” Cassis semringah, ia memeluk Brisella secara spontan. “Ternyata benar yang dikatakan ayah, sekarang kau tidak lagi tinggal di istana pengasingan. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu. Syukurlah akhirnya aku bisa melihat wajahmu,” ujar Cassis melepas pelukannya.

Brisella merasakan kehangatan dari tutur kata Cassis. Sang kakak jelas amat menyayanginya. Akan tetapi, karena alasan yang kurang dipahami Brisella, mereka tidak pernah bertemu lagi semenjak sang ibu meninggal dunia.

Terpopuler

Comments

Susilawati

Susilawati

ayo Brisella semangatt, kamu pasti bisa mewujudkan keinginan mu untuk membantu kerajaan kalo perlu ajak juga kakak mu utk membantu mu

2024-08-23

3

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk

2024-08-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!