Suara ketukan tongkat pada jalanan sudah sangat familiar di telinga Theo beberapa hari ini. Suara itu bahkan seperti terus terdengar di telinganya saat matanya terpejam.
Langkahnya yang terus mengikuti langkah tertatih di depannya juga sudah mulai hafal kapan dia berhenti dan kapan harus mulai melangkah lagi.
Beberapa hari mengikuti orang yang sama ke tempat yang sama membuat Theo hafal semuanya.
Theo tersenyum kecut saat melihat senyum di wajah cantik itu ketika dia mendengar suara anak-anak bermain di sebuah lapangan kecil.
Padahal mata itu tak bisa melihat tapi hanya dengan mendengarnya saja seolah-olah sudah membuatnya bahagia. Hingga Theo menganggap senyuman itu adalah sebuah senyuman palsu.
Theo kembali mengikuti langkah Anya menjauh dari sana. Theo tau kalau sekarang Anya pasti akan kembali ke rumah.
Theo sempat ingin menyalahkan Mbak Anik karena membiarkan Anya kelahiran sendirian setiap hari. Bagaimana kalau Anya tersesat dan tidak bisa kembali ke rumah. Bagaimana kalau Anya kembali kehilangan tongkatnya seperti waktu itu.
Tapi setelah beberapa hari ini terus mengikuti Anya setiap hari, Theo merasa lega karena Anya seperti sudah sangat menghafal jalanan dan keadaan di sekitar rumahnya.
Tak...
Ketukan tongkat terakhir kalinya sebelum Anya berhenti itu sempat mengejutkan Theo yang ada beberapa langkah di belakang Anya.
Theo tak tau kenapa Anya tiba-tiba menghentikan langkahnya. Wanita yang sekarang berusia tiga puluh satu tahun itu juga tampak berdiri mematung tanpa melakukan apapun.
"Sampai kapan kamu mau mengikuti ku kaya gini Kak?? Apa setelah tiga tahun kamu nggak berniat menyapaku sama sekali??"
Degh....
Betapa terkejutnya Theo karena Anya menyadari keberadaannya selama ini.
Perlahan Anya memutar tubuhnya untuk menghadap kepada pria yang masih mematung di belakangnya.
"Apa kabar Kak?? Kalian baik-baik saja kan??"
Theo merasa muak karena kembali di sajikan senyuman milik Anya. Entah kenapa kini Theo begitu membenci senyuman milik mantan tunangannya itu.
"Sejak kapan kau tau kalau ini aku?? Apa karena Zaky memberitahumu??" Akhirnya Theo membuka suaranya. Namun tanpa bisa Anya lihat kalau tatapan mata Theo itu menunjukkan kemarahan dan kekecewaan.
Anya menggeleng dengan senyumnya yang perjalanan berubah menjadi senyum tipis..
FLASHBACK ON
"Kamu mau nggak kalau kita pergi ke luar kota dan cari tempat tinggal lain. Siapa tau kamu bosan ada di sini"
"Kenapa memangnya?? Aku betah tinggal di sini kok" Anya sedikit memiringkan kepalanya ke arah kiri di mana Zaky berada saat ini.
"Ya nggak papa, kali aja kamu mau suasana baru"
"Apa karena Kak Theo??"
"Ka-kamu udah tau kalau dia..."
"Hemm, aku juga nggak tau kalau bakalan ketemu sama dia secepat ini"
Anya menarik napasnya dengan dalam sembari memejamkan matanya. Dia masih belum percaya kalau Theo akhirnya bisa menemukannya.
Anya sudah tau sejak pertama kali dia tak sengaja menabrak seseorang saat dia mengajak Anik untuk jalan-jalan di sekitar Malioboro beberapa hari yang lalu.
Meski saat itu Theo tak bersuara sama sekali. Mungkin karena pria itu terkejut melihat keadaanya saat ini, tapi hanya mata Anya yang buta, sementara hidungnya masih sangat normal untuk menghirup aroma parfum mahal yang sering di pakai Theo.
Anya sempat berpikir kalau itu hanya kebetulan saja dan mungkin ada orang yang mempunyai aroma parfum sama dengan milik Theo.
Tapi hari berikutnya sampai kemarin, Anya menyadari ada seseorang yang selalu mengikutinya saat dia pergi ke taman dengan aroma parfum yang sama.
Tapi kabar dari Vega jika Theo memang sudah mengetahui kebenaran yang di sembunyikan selama ini semakin meyakinkan Anya jika orang itu benar-benar Theo.
"Kemarin setelah dari sini, dia mengikuti ku sampai ke rumah. Dari sorot matanya, aku tau kalau dia sangat marah saat ini"
"Marah?? Kenapa harus marah??" Tanya Anya dengan suaranya yang selau bisa menggelitik telinga Zaky saking lembutnya.
"Mungkin karena kebohongan yang kita ciptakan selama ini"
Anya tampak terkekeh sambil memegangi perutnya.
"Ayolah Kak, dia sudah bahagia dengan keluarganya. Mungkin dia cuma kaget aja karena melihat orang yang sudah mati ada di hadapannya dengan keadaan yang kaya gini"
"....." Zaky hanya diam dengan tatapannya yang selalu memancarkan kesedihan setiap melihat Anya yang selalu berusaha terlihat baik-baik saja selama ini.
"Apa yang dia katakan sama kamu Kak??" Anya mencoba menghilangkan keheningan yang terjadi beberapa detik itu.
"Apa asalan kamu melakukan semua ini, itu yang dia tanyakan"
FLASHBACK OFF
"Kak Zaky yang selama ini menjagaku, tentu dia nggak akan diam saja kan kalau aku di ikuti penguntit macam kakak??" Canda Anya tanpa berhasil membuat Theo ikut tertawa kecil seperti yang di kelakuannya saat ini.
Justru Theo malah merasa miris dengan sikap Anya saat ini. Wanita itu masih sama seperti dulu, selalu membuat Theo risih dengan senyum dan wajah cerianya yang mengganggu itu.
"Kenapa?? Kenapa kau melakukan semua ini??"
Tawa kecil Anya langsung berhenti mendengar suara berat yang sudah tidak ia dengar selama tiga tahun itu.
"Kita ke rumah aja dulu ya Kak, di sini panas"
Theo berdecak kecil karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam benaknya selama ini.
Tapi mau tak mau Theo tetap mengikuti Anya yang sudah berjalan lebih dulu di depannya dengan ketukan tongkat yang sudah begitu akrab di telinga Theo.
Masih sama seperti tadi dan beberapa hari ini. Theo tak mensejajarkan langkahnya dengan Anya. Dia tetap berada di belakang wanita berambut panjang itu. Bahkan sama sekali tak ada percakapan di antara mereka berdua, hanya suara tongkat Anya yang mengisi keheningan di antara mereka.
Tongkat Anta sedikit terangkat untuk memastikan kursi yang terbuat dari kayu jati benar ada di depannya setelah mereka sampai di depan pendopo.
"Silahkan duduk Kak"
Theo duduk di samping Anya dengan memberikan sedikit jarak antara mereka berdua.
Matanya tak lepas dari tangan Anya yang sekarang sedang melipat tongkat miliknya. Namun dahi Theo tampak mengkerut saat dia tidak lagi melihat cincin melingkar di jari manis milik Anya.
Jelas-jelas saat pertama kali bertemu Anya, juga beberapa hari yang lalu Theo masih melihat Anya memakai cincin buatannya. Bahkan cincin itu yang membuat Theo langsung mengenali siapa wanita yang tengah menunduk mencari tongkatnya waktu itu.
"Apa kabar kamu dan Kirana Kak?? Aku dengar dari Om dan Tante, anak kalian sudah dua tahun ya?? Siapa Namanya??"
Anya pikir, tak ada gaunnya lagi dia pura-pura tidak tau semuanya. Karena nyatanya Anya sudah tau semuanya dari kedua orang tua Theo yang selalu mengunjunginya setiap bulan.
"Hemm, namanya Azka"
"Pasti dia lucu sekali"
Theo kembali merasa jengah ketika melihat bibir Anya tertarik ke atas serta matanya yang besar itu ikut menyipit.
"Memuakkan!!" Umpat Theo dengan pelan.
"Maksud Kakak??" Anya bisa mendengarnya meski sangatlah pelan.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku Anya!! Untuk apa kau melakukan semua ini??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Isabela Devi
Anya semangat ya
2024-04-30
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-03-31
0
ᵇᴇɴɪʰᴄɪɴᴛᴀ❤️ʳᵉᴍʙᴜˡᵃⁿ☪️
udahlooh Zaky sama Anya aja..
2024-03-18
0