"Jadi kamu sudah bertemu dengannya??" Sahut Vega.
Theo menoleh ke belakang, menatap Mamanya yang berdiri di ambang pintu tanpa menunjukkan reaksi apapun saat mengatakan itu.
"Maksud Mama??"
"Mama!!" David menatap istrinya dengan tajam.
"Biar Pa!! Biar dia tau semuanya. Mama sudah tidak tahan lagi menyimpannya selama ini!!" Vega merasakan sesak di dadanya saat emosi yang ia tahan selama tiga tahun ini bisa keluar.
Saat mendengar Kirana mengatakan jika Theo ada di Jogja. Sejujurnya dia berdoa agar Theo di pertemukan dengan Anya.
Ternyata kuasa Tuhan memang begitu dahsyatnya. Rahasia yang telah di simpan dengan rapi, terkuak tanpa di sengaja.
"Ada apa sebenarnya??" Theo menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"Apa yang kalian sembunyikan dariku?? Cepat katakan!!" Theo terus mendesak kedua orang tuanya.
"Untuk apa lagi kamu mengungkit tentang Anya?? Bukankah kamu juga sudah bahagia dengan keluarga kecilmu itu?? Istri juga putra yang sangat kau cintai itu??" Sinis David. Pria paruh baya itu juga sepertinya terpancing dengan reaksi Vega yang meletup-letup.
"Tapi aku berhak tau apa yang terjadi pada Anya Pa!!" Suara Theo meninggi.
Braakk...
David menggebrak meja didepannya dengan begitu keras.
"Apa yang membuat mu begitu yakin kalau kamu itu berhak atas Anya. Kamu sendiri yang mencampakkan wanita sebaik Anya demi wanita yang kau cintai itu!! Kamu sudah hidup tenang begitu pun dengan Anya. Jadi untuk apa lagi kamu mencari tau?? Semuanya tidak akan ada yang berubah setelah itu!!"
Theo terdiam melihat amarah Papanya meluap. Selama ini, Papanya tidak pernah terlihat semarah itu. Selama tiga tahun ini Papanya juga terlihat bisa menerima pernikahannya dengan Kirana. Tapi kenapa sekarang Papanya menunjukkan penolakan secara tidak langsung dengan mengungkit kebaikan Anya.
"Apa yang kamu lihat saat bertemu wanita yang katanya mirip Anya itu Theo?? Apa yang terjadi pada wanita itu sampai akhirnya kamu meyakini kalau kami menyembunyikan sesuatu darimu?? Apa karena dia buta??" Vega dengan tenang bertanya pada Theo.
Deg....
Dada Theo seperti di hantam dengan bongkahan batu yang sangat besar.
"J-jadi benar kalau dia Anya??"
Dari ucapan Mamanya, Theo bisa menyimpulkan kalau dugaan benar.
"Jadi selama ini dia belum meninggal??"
Tes...
Air mata Theo mulai berjatuhan. Setelah sebelumnya hari-hari Theo sudah di hiasi dengan kebahagiaan yang sempurna. Kini Theo kembali merasakan sakit seperti saat itu.
"Tapi kenapa Ma?? Kenapa dia harus memalsukan kematiannya??" Theo tak merasa malu dengan wajahnya yang berlinang air mata dan bibirnya yang bergetar karena tangisannya.
"Kenapa kamu bilang??" Sambar David.
"Lalu apa yang akan kamu lalukan saat itu kalau kamu tau Anya jadi seperti itu setelah menyelamatkan nyawamu?? Kamu pasti akan kembali pada Anya demi rasa bersalah mu kan?? Kau akan meninggalkan Kirana demi membayar pengorbanan Anya bukan?? Kau tidak pernah mencintainya dan kamu juga telah mengakhiri hubungan kalian. Apa kamu pikir Anya mau menerima mu lagi hanya karena rasa balas budi itu??"
Brugg...
Tubuh Theo luruh ke lantai. Seluruh tubuhnya lemas bagaikan tak ada tulang yang tersisa di dalamnya.
Dia bungkam tak bisa menjawab semua cecaran pertanyaan dari David itu. Apa yang di katakan Papanya itu benar. Bahkan Theo pernah berpikir kalau seandainya Anya masih hidup, dia rela meninggalkan Kirana demi membalas pengorbanan Anya itu.
"Sekarang kamu sudah tau semuanya. Tapi itu semua tidak akan merubah apapun. Kamu sudah bahagia bersama dengan istri dan anakmu. Jalani saja kehidupan bahagia mu seperti biasa. Anggap saja bahwa kau menganggap Anya memang sudah benar-benar tiada seperti tiga tahun ini"
Hati Theo seperti di cambuk berkali-kali. Sekarang dia benar-benar merasa begitu berdosa. Dia jelas-jelas merasa bahagia di atas penderitaan Anya.
Bisa-bisanya dia setiap hari bersyukur karena kehidupannya yang bahagia bersama anak dan istrinya. Sedangkan ada Anya yang menanggung semua penderitaannya sendirian. Wanita itu tak bisa lagi melihat indahnya dunia karena dirinya.
"Buang jauh-jauh semua rasa bersalah mu itu. Semuanya tidak ada gunanya" Imbuh Vega tanpa mau menenangkan putranya sama sekali.
Hati Vega benar-benar sudah mati. Saat Theo merasa bersalah, ada Vega yang jauh lebih merasa bersalah. Dia memberi restu dan membiarkan Theo menikah dengan wanita lain di saat dia melihat sendiri bagaimana kondisi Anya.
"Apa ini alasan Mama dan Papa berubah selama ini?? Apa ini juga yang membuat Papa dan Mama tidak pernah mau ikut foto keluarga dengan ku dan Kirana?? Mama dan Papa tidak pernah datang ke perayaan pernikahanku juga ke ulang tahun Azka, apa karena ini??"
Theo menatap Mamanya dengan nanar. Tapi wanita yang telah melahirkannya itu tetap diam tanpa ekspresi meski air mata Mamanya tak henti-hentinya mengalir.
"Apa kamu pikir, kita bisa tertawa bahagia setelah keadaan Anya seperti itu?? Papa dan Mama memilih seperti ini karena hanya ini yang bisa kami lakukan untuk Anya. Meski Anya selalu mengatakan kalau kita harus hidup bahagia, tapi Mama tetap tidak bisa. Hati Mama sakit Theo, putri Mama, putri kesayangan Mama sudah hancur hu..hu..hu..." Tangis Vega kembali pecah. Bahkan Vega sampai memukul dadanya dengan begitu keras karena begitu sesaknya.
Selama ini Vega dan David memang selalu menghindar dengan berbagai alasan saat Theo dan Kirana mengundangnya untuk acara ulang tahun cucu mereka, ulang tahun Theo ataupun Kirana. Ataupun sekedar makan malam untuk ulang tahun pernikahan Theo dan Kirana.
Vega sama sekali tidak bisa untuk ada di acara bahagia Theo dan Kirana. Sedangkan seseorang yang jauh di sana tak pernah sekalipun mengeluh atas semua pengorbanannya.
"Jadi selama ini Papa dan Mama sering ke Jogja itu bukan untuk berlibur, tapi untuk menemui Anya??"
Vega hanya mengangguk sementara David sejak tadi terus menunduk pasrah jika semua rahasia yang di sembunyikan tiga tahun ini terbongkar juga.
"Bahkan jika Anya tidak melarang, kami akan terus ada di sana menemani Anya. Tapi gadis itu selalu memikirkan orang lain. Dia tidak ingin kami berdua meninggalkan kalian. Kamu, istri dan anak kamu. Orang-orang yang tanpa sadar telah menyakitinya"
Punggung Theo masih terus bergetar. Tangisannya bahkan nyaris tanpa suara karena hatinya yang teramat sangat sakit.
"Selain aku, siapa lagi yang tidak tau tentang ini Ma?? Apa hanya aku dan Kirana yang kalian bodohi di sini??"
"TIDAK!!" Sentak Vega tiba-tiba.
"Bukan kamu dan Kirana. Tapi hanya kamu" Tekan Vega dengan mata yang penuh dengan kekecewaan.
"A-apa Ma?? J-jadi Kirana juga tau soal ini??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Isabela Devi
pengorbanan Anya TDK bs di byr dgn apapun
2024-04-30
0
Nyonya Gunawan
Jdi kirana dah tau ttg keadaan anya..
Anya kasian bget kamu berkorban utk orang yg tdak mencintai kamu..
2024-04-21
2
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-03-31
1