"Tuan"
Boby menyadarkan Theo yang sejak tadi terus memandangi ke mana arah perginya wanita buta tadi.
"Apa ada masalah Tuan??" Boby merasa aneh karena Theo tak bereaksi sama sekali.
"Apa semuanya sudah selesai??"
"Sudah Tuan"
"Cari tiket penerbangan paling cepat, kita pulang ke Jakarta sekarang juga!!"
Theo melangkah dengan lebar meninggalkan trotoar yang menjadikan tempat pertemuan pertamanya dengan seseorang yang sangat mirip dengan orang yang ia kenal. Entah wanita itu orang yang sama, atau hanya wajahnya saja yang mirip, mungkin juga bisa saudara kembarnya. Yang jelas Theo butuh penjelasan saat ini.
Perasaannya bergemuruh saat ini. Dia yakin ada sesuatu di balik kecelakaan waktu itu. Dia yakin kalau ada sesuatu yang tidak ia ketahui selama tiga tahun ini. Sebuah rahasia yang berhasil seseorang tutupi darinya.
"Tapi kenapa Tuan?? Bukankah masih ada yang harus kita selesaikan di sini??" Boby berusaha mengejar langkah Theo yang panjang dan cepat. Mengingat badannya yang lebih pendek dari Theo tentu saja dia kesulitan menyamakan langkahnya.
"Tunda semuanya dulu. Kita ke Jakarta hanya untuk memastikan sesuatu. Setelah itu aku yakin kalau aku akan kembali ke sini lagi"
"Maksud Tuan??"
Theo mendadak berhenti. Kalau saja Boby tidak fokus pasti sudah menabrak punggung kokoh Theo.
"Apa kau tau, apa yang terlewatkan dari kecelakaan ku tiga tahun yang lalu??" Theo menatap Boby dengan serius.
"Kecelakaan Tuan dan Nyonya Kirana waktu itu??"
"Hemm, kau tau sesuatu??"
"Tidak Tuan, saat itu saya masih menjadi asisten Pak Zaky, mantan sekretaris Tuan. Jadi saya tidak tau lebih jauh" Jawab Boby dengan jujur.
Theo semakin yakin kalau ada sesuatu yang di sembunyikan darinya. Apalagi Zaky, sekretaris sekaligus asistennya memilih resign tepat satu hari setelah kecelakaan itu. Dan sampai sekarang, Theo belum pernah bertemu dengan Zaky setelah tiga tahun berlalu.
Sore harinya Theo benar-benar mendarat kembali di Jakarta. Dia membawa semua pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.
Dia tak peduli pekerjaan, jadwal pertemuan atau masalah proyeknya yang mangkrak saat ini. Dia hanya butuh penjelasan dari orang-orang yang ia yakini tau betul tentang kecelakaan yang menewaskan Anya.
Dia bahkan tidak ingat sama sekali dengan Kirana yang selalu menunggu kabarnya. Sungguh saat ini hati dan pikirannya di kuasai oleh wanita yang ia temui tanpa sengaja.
Theo kembali mengingat wanita tadi. Wajahnya, rambutnya, senyumannya, tak ada yang berubah sama sekali. Tapi hanya satu yang membuat pikiran dan perasaannya campur aduk, yaitu keadaan wanita tadi.
Kalau benar wanita tadi adalah wanita yang sama, kenapa dia harus memalsukan kematiannya. Kenapa dia harus bersembunyi. Kenapa dia harus membuat Theo menganggapnya sudah mati. Kenapa juga dia seolah-olah malah ingin membuat Theo terpuruk karena rasa bersalah.
Tapi kalau wanita itu bukan wanita yang ia kenal,
Kenapa wajahnya mirip??
Kenapa suara dan senyumannya sama??
Lalu, kenapa dia bisa buta??
Kenapa, kenapa dan kenapa, itulah yang sada di pikiran Theo saat ini.
Semuanya terlalu mustahil untuknya kalau wanita tadi adalah orang yang berbeda. Tidak mungkin ada orang yang semirip itu di dunia ini.
Apalagi dia jelas melihat kalau wanita itu bersama dengan Mbak Anik, anak dari Bi Harti, asisten rumah tangga wanita itu, Dan Theo sangat mengenalnya. Dia tidak mungkin salah mengenali dua orang sekaligus.
Tidak mungkin juga kalau di dunia ada dua orang yang benar-benar mirip dalam satu tempat dan saling mengenal.
Semuanya tidak bisa di terima dalam nalar Theo. Semua terlalu mustahil maka dari itu Theo yakin pasti ada konspirasi di baliknya.
Entah wanita tadi itu palsu, atau yang ia lihat di masukan ke dalam liang lahat itu yang palsu. Atau bisa saja mereka berdua yang asli sedangkan Theo yang dibodohi. Semua itu benar-benar membuat otak Theo berpikir keras hingga terasa begitu pening.
Theo melompat begitu saja dari mobilnya yang masih belum berhenti sepenuhnya. Dia tidak sabar ingin mengeluarkan semua isi otaknya di dalam sana.
"PA, MA!!"
Rumah kedua orang tuanya yang pertama kali ia tuju. Dia yakin kalau kedua orang tuanya pasti tau sesuatu. Apalagi tentang perubahan sikap mereka selama ini.
"PAPA!!! MAMA!!!" Teriakan Theo menggema di rumah mewah bak istana.
"Theo?? Kenapa harus teriak-teriak?? Bukannya kamu ada di Jogja??" Vega terlihat di lantai dua. Wanita yang berubah menjadi dingin itu hanya melihat ke bawah tanpa berniat untuk turun menghampiri putranya sekalipun.
Sejak kepergian Anya tiga tahun lalu, memang membuat Mamanya berubah. Dia seperti tidak mengenali Mamanya sendiri hanya karena dia begitu kehilangan Anya yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Papa di mana Ma??"
"Di ruang kerjanya" Jawab Mamanya tanpa ekspresi. Wajah itu sudah biasa Theo lihat tiga tahun belakangan ini.
Theo berlari naik menyusul Papanya dengan cepat. Vega yang melihat itu tentunya langsung ikut menyusul Theo. Tidak biasanya dia melihat wajah Theo yang mengerikan seperti itu akhir-akhir ini. Vega yakin pasti ada sesuatu pada putranya. Karena tidak mungkin juga Theo datang dengan berteriak-teriak dengan wajah menahan amarah seperti itu.
BRAAAKKK......
Theo membuka pintu ruang kerja David dengan kakinya. Dia tidak peduli kalau Papanya akan terkena serangan jantung karena ulahnya itu.
"Dimana sopan santun mu Theo??" David menatap Theo dengan sinis. Theo juga sudah terbiasa dengan Papanya yang seperti itu. Namun Theo sendiri tidak tau, apa yang membuat kedua orangtuanya selalu menatap sinis kepadanya. Seolah-olah dia bukanlah putra mereka lagi.
"Papa, aku tau kalau Papa dan Mama pasti menyembunyikan sesuatu dari ku tentang kecelakaan tiga tahun yang lalu. Aku yakin kalau kalian tau suatu tentang Anya kan??"
Theo dapat melihat mata Papanya yang menyipit di balik kacamatanya. Itu memperkuat dugaan Theo kalau tebakannya tidak salah.
Dia memang belum mendapatkan informasi apapun dari orang suruhannya yang ia perintahkan tadi siang. Tapi Theo yakin dia akan mendapatkan apa yang ia mau dari kedua orang tuanya.
"Apa maksud mu??" David menatap Theo dengan alis menyatu.
"Apa yang aku tidak tau tentang Anya Pa?? Apa yang aku lewatkan?? Kenapa aku melihat wanita yang seratus persen mirip dengan Anya di Jogja?? Jawab Pa!!" Desak Theo dengan suara yang semakin meninggi.
Wajahnya memerah serta rahangnya mengetat. Matanya memancarkan kilat kemarahan yang begitu besar saat ini.
"Jadi kamu sudah bertemu dengannya??" Sahut Vega.
Theo menoleh ke belakang, menatap Mamanya yang berdiri di ambang pintu tanpa menunjukkan reaksi apapun saat mengatakan itu.
"Maksud Mama??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Isabela Devi
moga itu Anya
2024-04-30
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-03-31
0
neng ade
jadi benar klo Anya itu msh hidup dia mengalami kebutaan karena kecelakaan itu..
2024-03-13
1