Theo telah kembali mendarat di Jogja siang ini. Dia juga langsung menuju hotelnya untuk membersihkan tubuhnya sebelum mencari alamat yang menjadi tempat tinggal Anya selama ini.
Seharunya dia bisa dengan mudah menemukan alamat Anya jika saja kedua orang tuanya mau memberitahunya. Tapi kerasnya kedua orang taunya karena kekecewaannya pada Theo membuat Theo harus mengutus orang lain untuk mencari alamat Anya yang ada di Jogja.
"Gimana Bob, sudah dapat apa belum??"
"Ada sebuah tempat yang selalu menadi tujuan Tuan dan Nyonya besar saat di Jogja Tuan. Saya menduga kalau itu tempat tinggal Nona Anya" Boby memang menelusuri riwayat perjalanan kedua orang tua Theo selama tiga tahun ini.
"Kau yakin itu tempatnya??"
"Saya tidak menemukan tujuan lain selama tiga tahun ini Tuan"
"Kita ke sana sekarang"
"Baik Tuan. Jaraknya hanya tiga puluh menit dari sini"
Pantas saja kemarin dia bisa bertemu Anya di sekitar sini. Ternyata jaraknya tak terlalu jauh.
Mungkin memang Anya sengaja tidak terlalu jauh untuk memilih tempat tersembunyi, karena Anya pikir semua orang menganggap dia meninggal dunia. Jadi tidak akan ada orang yang akan mencarinya.
Boby pun segera membawa Theo ke tempat yang ia curigai menjadi tempat tinggal Anya dan juga anak dari asisten rumah tangganya.
"Kita sudah sampai Tuan"
Mobil yang di Kendari Boby berhenti di sebuah rumah yang benar-benar menggambarkan rumah khas Jogja. Bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu, juga terdapat bangunan seperti pendopo tepat di samping rumah itu. Jangan lupakan halaman yang luas juga pagar yang hanya setinggi sekitar satu meter mengelilingi rumah itu.
"Tuan langsung ingin masuk??"
"Tidak, kita lihat keadaan dulu. Aku juga harus memastikan kalau Anya memang ada di sini"
"Apa perlu saya bertanya dengan orang sekitar sini Tuan??"
"Tunggu beberapa saat dulu"
"Baik Tuan"
Boby dan Theo tetap diam di dalam mobil. Memperhatikan setiap sudut Vila yang luas itu dengan diam.
Tapi, bak pucuk di cinta ulam pun tiba. Setelah kurang lebih lima belas menit menunggu. Salah satu pintu di rumah itu terbuka.
Jantung Theo berdegup denhan begitu kencang saat melihat wanita yang masih secantik dulu dengan rambut hitam panjangnya yang tak berubah, keluar dari sana.
Yang paling membuat hati Theo seperti teriris-iris sampai matanya mulai basah adalah saat melihat langkah demi langkah wanita itu harus di bantu dengan ketukan dari tongkatnya.
"I found you Baby" Gumam Theo dengan kedua tangannya yang mengepal dengan kuat.
"Apa benar itu Nona Anya Tuan??"
"Hemm" Theo yang masih fokus menatap Anya hanya menjawab Boby dengan bergumam.
"Dia wanita yang pura-pura mati dengan alasan yang tak jelas"
Memang Theo menganggap alasan Anya itu tak jelas. Kalau hanya dia takut Theo akan merasa bersalah dan takut Theo memaksa untuk bertanggung jawab, Anya tidak perlu sampai melakukan hal yang menurutnya gila itu.
Bisa saja Anya pergi jauh dari kehidupannya atau pergi bersembunyi di lubang semut sekalian, tanpa harus mengajak semua orang berbohong.
Mata Theo tak lepas dari Anya yang sedang duduk diam di pendopo seorang diri. Wajahnya yang dulu selalu berhiaskan dengan senyum cantiknya, sekarang pun masih sama. Theo yang sejak tadi mengamati, sesekali bisa melihat senyum itu dari kejauhan.
Bedanya, jika dulu mata bulat dan besar itu ikut berbinar mengiringi senyumnya. Sekarang tampak menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Sekarang seolah-olah senyuman itu tak bernyawa.
Rasanya ingin sekali kaki Theo turun menghampiri wanita cantik itu. Ingin sekali dia menanyakan langsung pada Anya, apa maksudnya semua ini?? Apa tujuannya melakukan ini?? Dan masih banyak lagi yang ingin Theo tanyakan kepadanya.
Tapi kakinya mendadak berat saat ini. Bibirnya pun rasanya enggan untuk berusaha. Dia tetap betah memandangi Anya dari posisinya saat ini.
Hingga Theo mulai terusik saat Anya berjalan mendekat ke arah pagar. Tangannya tampak kesusahan untuk membuka kunci pada pagar yang tak terlalu tinggi itu.
"Mau kemana dia??"
Anya berjalan keluar dari Vila itu. Dengan terus mengandalkan tongkat yang di bawanya, Anya menyusuri trotoar yang sepertin5ya sudah begitu ia hafal.
"Biar saya ikuti Tuan"
"Tidak perlu. Kau tunggu di sini saja. Biar aku yang mengikutinya"
Setelah hampir satu jam, akhirnya Theo turun juga dari mobilnya. Dia benar-benar mengikuti Anya dengan berjalan di belakangnya meski Theo masih memberi jarak dari Anya. Saat ini dia benar-benar lebih dekat dengan Anya. Wanita yang ia kira sudah mati.
"Kenapa dia pergi sendirian seperti ini?? Apa dia tidak takut tersesat??"
Tanpa sadar air mata Theo berjatuhan dengan sendirinya. Dia merasakan sakit yang teramat sangat di dalam hatinya di saat melihat Anya yang berjalan dengan langkah kecil mengikuti ke mana arah tongkat itu membawanya. Sedangkan selama ini Theo hidup begitu bahagia dengan keluarga kecilnya.
Theo merasa saat ini menjadi orang yang paling jahat di dunia. Dia dulu memanfaatkan Anya demi menutupi hubungannya dengan Kirana. Sekarang, Anya justru mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan dirinya dengan Kirana.
Wanita itu benar-benar menepati janjinya untuk membantunya agar bisa bersatu dengan Kirana. Tapi satu hal yang membuat Theo bertanya-tanya.
Apa alasan Anya mau melakukan itu semua?? Kenapa wanita itu seolah tidak memikirkan kebahagiaannya sendiri.
Tanpa sadar langkah Theo harus berhenti karena Anya berhenti di sebuah taman yang di penuhi oleh anak-anak kecil.
Dari jarak yang hanya beberapa meter saja, Theo bisa melihat bibir Anya bergerak mengembang membentuk senyuman yang tak berubah sedikitpun meski sudah tiga tahun berlalu, meski semuanya telah berubah, meski kini dunia Anya sudah benar-benar gelap.
"Akhhhh!!" Pekik Anya saat tubuhnya tak sengaja du tabrak anak-anak yang berlarian sehingga tongkatnya terlempar agak jauh darinya.
Theo yang melihat itu langsung berlari mendekati Anya. Dia pun mengutuk anak-anak yang sekarang malah pergi tanpa membantu Anya sedikitpun.
Tapi langkah Theo terhenti saat jarak mereka begitu dekat. Dia sadar kalau dia tidak bisa membantu Anya begitu saja. Apalagi dia belum siap untuk menunjukkan siapa dirinya di depan Anya.
Alhasil, dia hanya menatap Anya dengan diam saat wanita cantik itu meraba-raba sekitarnya mencari tongkatnya.
Meski begitu, Theo masih membenci satu hal. Anya sama sekali tidak menunjukkan wajah kesalnya. Tak ada raut marah karena dia harus kehilangan tongkatnya.
Dia tampak biasa saja sambil mencari benda yang menjadi tempatnya bergantung itu.
Tapi kini mata Theo justru tertuju pada jari lentik milik Anya. Kemarin Theo benar-benar tak salah melihat jika cincin yang di pakai Anya itu adalah cincin pertunangan mereka dulu.
Hati Theo kini di landa kegundahan. Pikiran-pikiran aneh kembali menyerangnya tentang alasan Anya masih memakai cincin itu.
Namun Theo masih berusaha menepis semua itu sebelum dia tau sendiri alasan itu dari Anya.vvvv
Theo yang masih berdiri di depan Anya akhirnya tak tahan lagi melihat wanita yang bersimpuh di hadapannya sambil kebingungan itu. Akhirnya Theo meraih tongkat Anya dan meletakkannya disebelah tangan Anya, tanpa suara sedikitpun. Dia tak mau keberadaannya di ketahui oleh Anya saat ini. Meskipun Theo juga yakin kalaupun Anya tau ada orang yang membantunya, Anya juga tidak akan tau siapa itu.
"Dapat" Senyum Anya kembali terlihat saat tangannya berhasil meraih tongkatnya yang sebenarnya telah di dekatkan oleh Theo.
Anya tampak berdiri membersihkan lututnya yang kotor akibat terjatuh tadi.
Sementara Theo tetap diam memperhatikan setiap gerak-gerik Anya tanpa suara sedikitpun. Bahkan dia berusaha bernafas sepelan mungkin agar keberadaannya tidak di sadari oleh Anya.
Setelah itu, Theo kembali mengikuti Anya hingga wanita itu kembali ke rumah. Theo sendiri masih tak menyangka jika Anya hafal jalan pulang kembali ke rumaht dalam keadaan seperti itu. Mungkin Anya sudah terbiasa atau mungkin Anya telah menerima kekurangannya itu.
"Bagaimana Tuan??" Tanya Boby saat Theo kembali masuk ke dalam mobil.
"Kita ke hotel lagi sekarang. Aku akan kembali lagi besok"
Benar, Theo memang akan kembali ke sana untuk besok dan seterusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Ris Andika Pujiono
kaaaak kenapa baru nemu cerita kereen ini 🥰🥰🥰🥰
2024-12-26
0
Isabela Devi
Theo theo biarkan Anya hidup tenang ga usah di ganggu lg
2024-04-30
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-03-31
0