Theo mendapatkan kembali kesadarannya di saat dia merasa sudah berada di tempat lain. Dia ingat betul kalau sebelumnya dia berada di dalam mobilnya yang sudah ringsek.
"Ki ra naaa..." Nama itu yang pertama kali dia sebut saat baru pertama kali membuka mata.
"Theo, sayang. Kamu sudah sadar Nak?? Papa cepat panggil dokter!!"
Theo tau betul itu suara siapa. Suara Mamanya terdengar parau dan juga panik.
"Theo, apa yang sakit Nak?? Kamu sabar ya, Papa sebentar lagi bawa dokter untuk memeriksa kamu"
Theo masih diam menatap Mamanya yang terus menangis. Dia merasakan kepalanya yang begitu sakit, juga sekujur tubuhnya yang terasa kaku dan perih.
"Maaf Nyonya, biar saya periksa dulu"
Vega menyingkir memberikan akses bagi dokter dan perawat untuk memeriksa keadaan putranya.
"Bagaimana dokter??" David tak sabar ingin mendengar keadaan putra semata wayangnya.
"Pasien dalam keadaan baik. Mungkin masih sedikit bingung dan merasa sakit pasca operasi pada kepalnya. Tapi sejauh ini, keadaannya terbilang cukup baik. Bagian tubuh yang lain juga normal. Tidak ada yang perlu di khawatirkan"
David dan Vega benar-benar bernafas lega setelah mendengar keadaan Theo yang baik-baik saja.
"Terimakasih dokter karena sudah menyelamatkan anak saya"
"Itu sudah menjadi kewajiban kami Tuan, tapi semuanya juga tak lepas dari kehendak Tuhan. Kami permisi"
Vega kembali mendekati ranjang tempat putranya terbaring tak berdaya.
"Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Jantung Mama hampir lepas melihat kamu tak sadarkan diri dari kemarin"
"A-apa Ma?? Kemarin??"
Theo tak menyangka jika dirinya tak sadar selama itu.
"Lalu bagaimana dengan keadaan Kirana Ma?? Dia di mana sekarang?? Apa dia baik-baik saja Ma??" Theo terlihat panik. Dia bahkan berusaha bangkit untuk melihat keadaan belahan jiwanya itu.
"Kamu tenang dulu Theo, dia baik-baik saja. Dia bahkan sudah sadar sejak tadi malam. Sekarang mungkin sedang istirahat. Dia ada di kamar sebelah" Jelas Vega.
"Tapi kenapa kamu bisa satu mobil dengan Kirana?? Kalian ternyata masih berhubungan selama ini??" Theo menatap melihat Mamanya yang menatapnya dengan kecewa.
"Maaf Ma, aku sudah berusaha untuk menerima Anya. Tapi aku tetap tidak bisa. Kirana gadis yang baik Ma. Cobalah menerimanya" Theo kembali memohon pada Mamanya seperti dua tahun yang lalu sebelum pertunangannya dengan Anya di adakan.
Vega dan David saling menatap. Vega juga tampak mengusap air matanya berkali-kali. Entah apa yang membuat Vega menangis tersedu-sedu seperti itu, pikir Theo. Padahal dia juga sudah sadar dan juga tak terjadi apapun kepadanya seperti kata dokter tadi.
"Mama merestui kalian. Mama tidak akan menghalangi kalian lagi" Ucap Vega, namun sedetik kemudian wanita itu menghambur ke pelukan suaminya. Menangis sejadi-jadinya di sana.
"Tapi kenapa Mama nangis kaya gitu kalau Mama benar sudah merestui hubunganku dengan Kirana?? Apa Mama terpaksa??"
Theo sungguh di buat heran dengan Mamanya. Juga pada Papanya yang memperlihatkan wajah sendunya.
"Kami tidak terpaksa Theo. Kami benar-benar sudah menerima hubungan kamu dengan Kirana. Selamat Boy, karena kamu bisa menikahi wanita pujaan kamu itu setelah ini" David hanya menunjukkan senyum yang memang seharunya ia berikan kepada putranya itu.
"Benarkah Pa?? Tapi kenapa mendadak seperti ini?? Apa kalian sudah mendengarkan penjelasan Anya??" Theo ingat jika Anya yang akan bicara pada kedua orang tuanya. Anya bilang dia akan membantu Theo agat keuda orang tuanya merestui hubungannya dengan Kirana.
"Anya??" Theo melupakan satu hal. Dia baru sadar saat ini kalau Anya juga terlibat dalam kecelakaan yang menimpa dirinya.
"Gimana keadaan Anya Ma?? Apa dia baik-baik aja??"
Theo masih ingat bagaimana keadaan Anya sebelum dia sendiri kehilangan kesadarannya. Tapi Theo berharap jika tidak terjadi apa-apa pada Anya walau Theo melihat sendiri wajah Anya yang berlumuran da rah.
"Anya, hiks...hiks..." Vega kembali terisak, namun kali ini lebih keras dan menyayat hati.
"Anya kenapa Ma??" Theo tiba-tiba ketakutan.
"Anya nggak bisa di selamatkan Theo"
"A-apa Ma?? A-anya... nggak, ini nggak mungkin kan Ma??" Theo menggeleng keras.
Anya yang kemarin masih sehat bugar dengan senyum cantiknya yang selalu menghiasi wajahnya, kini di nyatakan meninggal. Sungguh Theo enggan mempercayai hal itu. Tapi melihat keadaan Anya kemarin, pikiran Theo tak bisa menampiknya.
"Dia baru saja meninggal karena keadaannya yang sangat parah Theo. Dia nekat menghalangi truk yang akan menabrak mobil kamu dengan mobilnya. Sampai dia tidak bisa menahan rasa sakit pada tubuhnya yang penuh luka itu"
Tanpa sadar air mata Theo menetes. Saat ini dia masih di berikan kesempatan untuk hidup. Dia baik-baik saja dan beberapa menit yang lalu dia malah sempat berbahagia karena hubungannya dengan Kirana akhirnya mendapatkan restu dari orang tuanya. Tapi dibalik semua itu justru ada seseorang yang telah mengorbankan nyawa untuk dirinya.
"Nggak mungkin Ma, ini pasti bohong kan Ma??"
"Jenazahnya sebentar lagi akan di bawa pulang untuk di makamkan. Kamu bisa melihatnya sendiri agar kamu percaya" Vega sedikit menaikkan suaranya. Dia merasa bersalah pada Anya. Gadis yang sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri kini telah berpulang karena menyelamatkan Theo, pria yang ternyata tidak bisa mencintai Anya selam dua tahun ini.
"Aku mau lihat Anya Ma!! Aku mau memastikan sendiri kalau ini tidak benar!!" Theo berusaha bangkit dari tempat tidurnya dengan menahan segala rasa sakit pada tubuhnya.
David yang mengerti keadaan putranya itu tak memungkinkan, langsung meraih kursi roda di ujung ruangan.
"Ayo Papa antar"
David pun membawa Theo ke sebuah ruangan yang begitu sepi dan dingin. Ruangan di khususkan untuk pasien rumah sakit yang ingin keluar dari sana dengan cara yang berbeda.
Ketika tiba di depan ruangan itu. Theo melihat kedua orang tua Anya di sana.
"Om, Tante" Theo siap menerima kemarahan kedua orang tua Anya saat ini. Biar bagaimanapun, Anya seperti ini hanya karena menyelamatkan nyawanya.
"Masuklah, sebelum kami membawa pulang Anya untuk segera di makamkan"
Hanya Restu yang bisa menimpali Theo, karena Dahlia sudah tidak bisa di ajak bicara lagi.
Theo pun masuk dengan di dorong David juga di ikuti oleh Vega.
Ada beberapa tubuh yang di tutupi kain putih panjang di ruangan itu. Namun David membawa Theo menghadap ke salah satu tubuh yang sudah terbujur kaku itu.
Perlahan David membuka kain putih itu di bagian kepala. Hingga rambut hitam panjang dan tebal milik Anya yang pertama Theo lihat.
Kemudian, wajah cantik yang kini memejamkan matanya dengan kulitnya yang putih bersinar sekarang berubah begitu pucat.
"A-anya... Anya kamu bohong kan?? Kamu pasti hanya pura-pura kan??" Theo menggeser kursi rodanya mendekat pada Anya.
"Kenapa kamu melakukan ini Anya?? Kenapa harus mengorbankan diri mu sampai seperti ini??"
Kali ini Theo benar-benar manggis sejadi-jadinya. Pria yang sejak dulu begitu dingin pada Anya itu, kini menangisi kepergian Anya.
"Sudah Theo, ikhlaskan kepergian Anya. Jangan memperlambat jalannya menuju yang Kuasa. Sekarang kami akan membawa pulang Anya untuk di makamkan"
Mantan calon mertuanya itu kembali menutup wajah Anya dengan kain putih itu.
Sekarang Theo sudah tidak bisa menampik lagi kalau kabar Anya telah pergi itu hanya kebohongan. Nyatanya dia melihat sendiri di depan matanya Anya yang sudah tak bernyawa. Anya yang sudah tidak bisa lagi menunjukkan senyum cantik di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Isabela Devi
ya Thor knp buat Anya meninggal sih
2024-04-30
0
Nyonya Gunawan
G' usah menyesal kn sdah ada pujaan hati..
2024-04-21
0
meMyra
kan sudah ada kirana wanita pujaan selama ini
2024-04-17
2