Hari itu juga pemakaman Anya di lalukan. Theo yang baru sadar memaksa ikut hadir di acara pemakaman Anya. Dokter yang tidak bisa menolak keinginan Theo karena pria itu mengancam dengan berbagai cara, akhirnya mengutus beberapa staf medis untuk mendampingi Theo.
Theo sendiri bahkan sampai lupa dengan keberadaan Kirana. Meninggalnya Anya telah membuat dirinya kalut dan lupa segalanya. Terlebih lagi dia merasa bersalah dalam hal ini.
Pria tampan berusia tiga puluh tahun bulan depan itu melihat sendiri bagaimana tubuh Anya di masukkan ke dalam liang lahat dengan di lapisi kain putih bersih.
Tangis haru dari orang-orang terdekat Anya mengiringi pemakaman wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter itu. Termasuk Theo sang mantan tunangan. Pria itu kembali meloloskan air matanya untuk Anya.
Wanita yang selama dua tahun menjadi tunangannya namun tidak pernah menyentuh hatinya sama sekali.
"Maafkan aku Anya" Hanya kata itu yang terucap dari bibir Theo di atas pusaran Anya.
Dia tidak mampu lagi untuk mengungkapkan segala penyesalannya. Semua kata-kata yang seharusnya keluar, tertahan di lehernya.
"Maafkan aku Om, Tante. Ini semua salahku" Theo meraih tangan Dahlia. Wanita yang sejak tadi terus bersandar di bahu suaminya.
"Sudahlah Theo. Ini bukan salah siapa-siapa, tapi sudah takdir Yang Maha Kuasa. Ikhlaskan saja Anya, kita yang ada di sini juga harus bisa melanjutkan hidup kita lagi setelah ini" Lagi-lagi hanya Restu yang bisa menimpali kata maaf dari Theo.
Meki pria itu juga terluka atas kepergian putri semata wayangnya. Tapi pria itu lebih terlihat legowo di banding istrinya.
"Tuan, sudah waktunya kembali ke rumah sakit" Ucap salah satu perawat yang ikut mendampingi Theo.
Pria tampan keturunan Amerika Indonesia itu sudah tak bisa menolak, dia akhirnya hanya menurut untuk di bawa kembali ke rumah sakit.
Dengan tetap di dampingi orang tuanya, Theo kembali ke rumah sakit. Tapi sejak tadi Theo melihat keuda orangtuanya yang hanya diam tanpa perbincangan sedikitpun.
Menurut Theo, kedua orang tuanya itu masih terpukul akan kepergian Anya. Karena Theo tau sendiri kalau Anya benar-benar menjadi calon menantu kesayangan bagi kedua orang tua Theo.
"Pa, kenapa dari tadi aku nggak lihat Zaky?? Kemana dia Ma??"
David tampak terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Pa??" Panggil Theo karena Papanya tak kunjung menjawab di mana keberadaan asisten sekaligus sekretarisnya itu.
"Dia mengundurkan mengundurkan diri tadi malam. Dia kembali ke kampung halamannya karena dia harus mengurus salah satu kerabatnya yang sedang sakit. Tidak ada yang keluarga lain lagi selain Zaky jadi dia harus pulang secepatnya"
"Apa Pa?? Tapi kenapa nggak minta persetujuan ku dulu?? Aku atasannya Pa!!" Theo benar-benar tak menyangka jika Zaky memilih resign di saat dia tak sadarkan diri di rumah sakit.
"Papa yang memberi ijin. Papa juga sudah meminta Boby, asisten Zaky untuk menggantikannya. Jadi tidak usah cemas, Boby cukup bisa di andalkan!!"
Theo hanya diam karena tak mau berdebat. Kepalanya kembali terasa pusing saat ini. Apalagi memikirkan Anya yang kini telah pergi dari hidupnya.
Entah mengapa, Theo merasa ada sesuatu yang kosong dalam dirinya saat menerima kenyataan bahwa Anya telah pergi untuk selamanya.
Wanita cantik itu, wanita mandiri yang selalu menunjukkan senyum cantik kepadanya. Kini telah pergi bersama kenangan yang tak pernah Theo buat bersama wanita itu selama dua tahun ini.
Wanita yang selalu menjadi tameng untuknya demi melindungi hubungannya dengan Kirana kini sudah tak ada lagi. Entah perasaan apa yang menyerang Theo saat ini, dia pun tak mengerti sama sekali.
Setiba di rumah sakit, Theo menghentikan Vega yang mendorong kursi rodanya.
"Ma, boleh aku bertemu Kirana sebentar??" Sungguh Theo baru teringat kekasihnya itu.
Dia merasa bersalah karena sempat melupakan Kirana. Terlalu hanyut dalam kesedihan kepergian Anya, membuat Theo belum sempat melihat keadaan Kirana.
Vega tampak menatap David sebentar sebelum anggukan dari David membuat Vega bersuara.
"Ya sudah. Ayo Mama antar" Vega menarik kembali kursi roda Theo yang hampir saja memasuki kamar VVIP itu. Kemudian mendorongnya ke kamar tepat di sebelah kamar Theo persis.
"Kirana??"
Seorang wanita cantik yang sedang duduk bersandar memejamkan mata dengan perban yang membalut kepalanya membuat Theo merasa khawatir.
"Theo?? Tante??"
Kirana yang baru melihat keadaan Theo tentu sedikit merasa lega. Karena sejak semalam, dia terus bertanya-tanya bagaimana keadaan Theo setelah mendengar dari perawat jika Theo mengalami luka yang cukup serius.
"Mama keluar dulu" Vega memilih keluar, memberikan kesempatan pada Theo dan Kirana untuk bicara berdua.
"Gimana keadaan kamu??" Theo meraih tangan Kirana yang salah satunya terdapat jarum infus itu.
"Aku baik-baik aja. Aku justru khawatir sama keadaan kamu sayang" Kirana menitikkan air matanya. Dia senang bisa melihat Theo kembali.
"Aku nggak papa sayang. Tapi.." Theo tak sanggup memberitahu Kirana tentang Anya.
"Tapi apa Theo??"
"A-anya.."
"Kamu udah tau??" Theo menatap Kirana.
"Hemm, aku sudah tau sejak dini hari tadi. Dia mengorbankan nyawanya untuk kita Theo hiks.. hiks..."
Kirana benar-benar merasa bersalah pada Anya. Wanita yang baru beberapa kali ia temui tapi selalu memberikan kesan yang baik baginya.
"Dia memang baik Kirana. Bahkan sampai sekarang aku tidak menyangka kalau dia sudah tiada. Aku bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih kepadanya untuk pengorbanannya itu"
Untuk pertama kalinya, Kirana melihat Theo menangis sesenggukan seperti itu di depannya.
"Apa sekarang dia sudah di makamkan??"
"Sudah, baru saja. Aku juga melihat sendiri dia di masukkan kedalam liang lahat. Sungguh aku merasa sangat bersalah Kirana"
Theo menundukkan wajahnya di atas kedua tangan Kirana.
"Dia bahkan sempat memohon pada Mama dan Papa untuk merestui hubungan kita. Tapi dia tidak memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengannya"
"A-apa?? Jadi Anya sempat sadar dan memohon sama orang tua kamu untuk hubungan kita??" Kirana semakin tak menyangka dengan apa yang Anya lakukan.
Theo hanya bisa mengangguk dalam tangisannya. Apalagi usapan lembut di kepalanya membuat ia larut dalam tangisan yang menyayat hati.
"Tidak ada yang bisa kita lalukan lagi selain mendoakan Anya sekarang ini. Aku akan mendoakannya setiap hari, sebagai tanda terimakasih ku untuk nyawanya yang telah ia korbankan untuk kita berdua"
Kirana tidak akan pernah lupa dengan apa yang terjadi kemarin. Di saat nyawanya hampir melayang. Tiba-tiba datang sosok malaikat yang menolongnya. Memberikan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Dia juga hanya bisa berdoa, jika Anya akan selalu bahagia meski tidak di tempat yang sama lagi dengan dirinya maupun Theo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
yuiwnye
anya disembunyikan, gak metong
2024-11-21
0
Isabela Devi
Theo hrs sadar bahwa pengorbanan yg itu tidak semua org memiliki itu
2024-04-30
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-03-31
0