"Ini yang Tuan minta. Semuanya lengkap di dalam sana, termasuk cctv di rumah sakit tiga tahun yang lalu" Frengky, orang yang di utus Theo untuk mencari tau semuanya menyerahkan sebuah flashdisk pada Theo.
"Kau yakin tidak ada yang terlewatkan??"
"Saya yakin tidak Tuan"
Theo memang tidak salah karena mengutus Frengky. Semuanya ada dalam genggaman Theo dalam hitungan jam saja.
Setelah tadi dia mendapatkan penjelasan dari kedua orang tuanya. Kini dia akan mengetahui semua rahasia yang sebelumnya tersimpan rapi itu dengan sangat terperinci.
Namun seandainya tadi dia tidak di pertemukan dengan Anya. Maka tidak akan tau tentang semua ini. Mungkin dia akan tetap menjadi pria yang terlihat bodoh karena di bohongi orang-orang terdekatnya.
Theo lalu menyerahkan flashdisk itu pada Boby untuk di buka pada laptopnya.
"Jelaskan semuanya" Perintah Theo pada Frengky.
"Kecelakaan tiga tahun yang lalu itu bukan karema ketidak kesengajaan Tuan" Frengky mulai membuka dari awal.
"Jadi maksudmu, ini di sengaja??"
"Benar Tuan. Otak di balik semua itu adalah Tuan Georgi karena saat itu kalian berdua sedang memperebutkan proyek di pulau seribu"
"Tapi kenapa ini juga harus di sembunyikan dariku?? Lalu kemana dia saat ini??"
"Tentu saja karena Tuan David dan Tuan Restu ingin rencana mereka untuk membuat kematian palsu Nona Anya itu serapi mungkin. Jadi polisi juga tidak akan curiga karena ada tersangka dalam kasus ini. Dan sekarang Tuan Georgi ada dalam penjara bawah tabah atas perintah Tuan David.
Theo mengangguk mengerti. Pantas saja waktu itu Georgi, mendadak menghilang begitu saja. Padahal dia yang paling ngotot untuk merebut proyek itu dari Theo.
"Lalu bagaimana caranya, orang yang sudah tidak bernafas dan dingin sekujur tubuhnya bisa hidup lagi?? Jelas-jelas aku melihat sendiri Anya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali saat itu"
Itu yang menjadi pertanyaan Theo sejak tadi. Dia jelas-jelas melihat dan menyentuh sendiri tubuh Anya yang sudah dingin dan tidak bernafas sama sekali.
"Tuan Restu mengutus seorang dokter untuk menyuntikkan obat bius yang mengakibatkan henti jantung untuk sementara. Itu juga atas permintaan Nona Anya. Padahal efek dari obat bius ini sangat berbahaya karena bisa saja di sebut dengan suntik mati kalau dosisnya keliru. Lebih parahnya lagi, dokter itu menyuntikkan bius di saat Nona Naya di nyatakan buta karena makanya terkena serpihan kaca "
Brak....
"Dasar g*la!!" Theo memukul mejanya dengan keras.
"Bisa-bisanya dia membuat rencana seperti ini hanya untuk pergi dariku??"
Theo benar-benar marah saat ini. Dia tidak menyangka jika Anya memilih menyakiti dirinya sendiri demi menghilang darinya. Terlebih kedua orang tuanya juga ikut andil dalam hal ini.
"Ini rekaman yang saya dapatkan di ruang mayat waktu itu Tuan. Jadi setelah Tuan keluar, ada dua brankar yang di bawa keluar juga dari ruangan itu. Satunya di masukkan ke dalam ambulance untuk di bawa ke kediaman Nona Anya. Yang satunya lagi kembali ke ruang ICU karena saat itu Nona Anya harus kembali di tangani"
Theo benar-benar memendam amarah saat ini. Dia marah pada semua orang termasuk Anya itu sendiri.
Mereka menipunya dengan kematian palsu. Mereka menyembunyikan kenyataan itu darinya. Sementara Anya, wanita itu lebih memilih pergi daripada meminta pertanggungjawabannya. Wanita itu lebih memilih pura-pura mati daripada harus kembali berhubungan dengan Anya.
"Kalau begitu, mayat siapa yang di kubur dengan nama Anya itu??"
"Itu adalah mayat wanita tanpa identitas yang sudah ada di rumah sakit sekitar satu bulan sebelumya"
"Lalu apa semua ini ada sangkut pautnya dengan Zaky??"
Theo kembali mengingat mantan sekretarisnya yang tiba-tiba berhenti.
"Pak Zaky adalah orang yang menyembunyikan Nona Anya di Jogjakarta atas permintaan Tuan David" Jawab Frengky.
"S*alan!!" Theo mengumpat dengan kasar.
"Lalu kenapa Anya tidak melakukan donor mata?? Apa keadaannya separah itu sampai dia tidak bisa menerima donor mata??"
Theo tak habis pikir kalau tiga tahun Anya bertahan dengan keadaan seperti itu. Kegelapan yang menemani hari-harinya padahal sebelumnya dia adalah seorang dokter jantung yang cerdas.
"Nona Anya yang tidak menginginkan donor mata itu Tuan"
"Alasannya??"
"Maaf, saya tidak bisa menemukan petunjuk apapun untuk alasan Nona Anya itu Tuan"
Theo meraup wajahnya dengan kasar. Dirinya kini bertanya-tanya, kira-kira apa yang membuat Anya menolak untuk mengoperasi matanya.
"Baiklah kau bisa pergi, aku akan menghubungi mu lagi kalau butuh sesuatu. Terimakasih banyak"
"Sama-sama Tuan, saya permisi"
Theo masih terdiam di ruangannya sampai pagi menjelang. Rasanya dia tidak ingin pulang ke rumah mengingat Kirana yang juga ikut menyembunyikan semua itu darinya.
Apalagi jika mengingat bagaimana saat itu Kirana juga yang lainnya ikut menangisi kepergian Anya. Bagaimana saat Kirana meyakinkan dirinya untuk mengikhlaskan kepergian Anya. Sedangkan Kirana sendiri tau kalau Anya masih hidup dalam keadaan buta.
Kenapa mereka sampai hati melalukan itu. Kenapa pula Kirana bisa merasa sebahagia itu hidup dengannya kalau Kirana sendiri tau ada Anya yang berkorban sejauh ini.
"Boby" Asisten setia Theo itu juga ikut bermalam di kantor menemani Bosnya.
"Iya Tuan"
"Siang ini kita kembali ke Jogja. Tapi sekarang aku harus pulang dulu"
"Baik Tuan" Boby tau apa yang harus dia lalukan setelah Theo mengatakan ingin kembali ke Jogja siang nanti.
Sementara Theo kembali ke rumah dan di sambut oleh wajah khawatir istrinya. Sungguh Theo tak menyangka jika wajah cantik itu pandai menyembunyikan sebuah rahasia besar. Bahkan anehnya, Theo tak menemukan keanehan dari kepura-puraan Kirana selama ini. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang jelas-jelas sikapnya berubah dingin.
Kirana justru terlihat alami, dia seperti mendalami pedangnya dengan benar-benar baik.
"Sayang, kamu pulang?? Kamu kemana aja?? Kenapa susah sekali di hubungi sejak kemarin siang?? Ada apa sebenarnya??"
Kirana yang begitu susah menghubungi Theo sejak kemarin sangat cemas sehingga menghujani Theo dengan rentetan pertanyaannya.
Dia juga di buat terkejut dengan suaminya itu yang tiba-tiba sudah sada di rumah. Padahal katanya Theo akan berada di Jogja untuk beberapa hari ke depan.
"Dimana Azka??" Theo terlihat begitu dingin.
"Azka masih di kamarnya"
Jelas saja putra kecilnya itu belum bangun karena sekarang ini masih menunjukkan pukul enam pagi.
"Sayang, kamu belum jawab pertanyaan ku. Kamu dari mana saja?? Kenapa kamu tidak bisa di hubungi sama sekali??" Kirana menghampiri suaminya yang berdiri membelakanginya dan menghadap ke jendela.
"Itu tidak penting, karena ada hal lebih penting dari itu yang ingin ku tanyakan kepadamu??" Theo berbalik menatap Kirana dengan mata elangnya.
"A-apa itu??" Kirana merasa takut dengan tatapan Theo yang begitu tajam. Dari dulu dia tidak pernah menatap Kirana setajam itu.
"Kenapa kamu ikut menyembunyikan tentang pemalsuan kematian Anya??"
Deg.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Isabela Devi
Kirana kagetkan
2024-04-30
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemangst
2024-03-31
0
Miss Typo
masih bingung, apa Kirana jadi wanita egois atau itu terpaksa karna permintaan Anya 🤔
2024-03-11
2