Posesif Dokter

Senin paginya.

Zyan memelankan langkahnya begitu keluar dari lift melihat Dara sudah berdiri didepan pintu ruanganya.

"Apa perlu saya mengusirnya, Pak?" tanya Emilio yang berdiri dibelakang Zyan.

"Nggak perlu, belikan saja saya kopi dibawah." Perintah Zyan pada Emilio ingin meminta waktu berdua dengan Dara.

Emilio mengangguk kemudian meninggalkan atasanya itu dengan menebak-nebak kira-kira ada hubungan apa sebenarnya antara bosnya dengan dokter yang menyebalkan menurut Emilio? Karena setahu Emilio, Zyan sangat alergi terhadap wanita kecuali rekan kerjanya. Tapi kenapa Zyan tampak membiarkan Dara selalu menggangunya padahal wanita itu begitu agresif, sifat wanita yang tidak disukai Zyan.

"Ada apa? Ada yang mau kamu jelaskan?" tanya Zyan begitu berdiri didepan Dara.

Dara melipat bibir, kemudian menunduk karena Zyan menungkungnya dengan tatapan yang menusuk.

"Sorry," lirihnya begitu pelan.

"Sorry, for what?"

Dara menegakkan lagi kepalanya. "Sorry buat segalanya. Buat udah ngaku-ngaku jadi pacar kamu, sorry karena kamu udah dimarahin papi juga."

Zyan menaikkan sebelah alisnya mendapati sifat Dara yang cepat berubah, sedetik kalem, sedetik kemudian berubah cerewet lagi. LABIL.

Tapi Zyan malah menjawab. "Ok no problem," ujarnya kemudian masuk keruanganya.

Dara melongok karena ditinggalkan begitu saja tanpa ada penjelasan apa-apa lagi. "Kamu nggak marah?" Ia membawa langkahnya menyusul masuk.

"Kamu mau aku marah? Mau dimarahin kayak gimana?" tantang Zyan duduk di kursi, menatap Dara yang berdiri didepan mejanya. "Kamu happy kan sudah buat orang lain jadi kambing hitam atas kesalahan kamu?"

Sungguh pertanyaan Zyan sangat menohok Dara, tapi apa Dara merasa bersalah?

"Kamu mau hukum aku juga nggak papa, hukuman yang enak-enak tapi," ujarnya membuat Zyan mendelik tajam. " Dara terkikik. "Eh betewe menurut kamu aku cantik gak pake seragam kayak gini? Soalnya aku biasa pakai rok mini, sekarang jadi tertutup begini karena kamu buat peraturan baru. Aku khawatir pasien ku yang cowok-cowok jadi susah sembuh. For your information aja ya, dengan aku pakai pakaian minim itu bukan buat tebar pesona atau menggoda pasien cowok yang ganteng, semua ada filosfinya. Nggak semua obat itu bisa menyembuhkan penyakit, selain dokter dan staff yang ramah, penampilan juga mendukung pasien buat cepat sembuh."

"Ada penelitianya?" tanya Zyan.

"Oh ada, dan berhasil," jawab Dara. Zyan mengernyitkan kening menunggu penjelasan. Tak percaya dengan jawaban Dara. "Nggak percaya? Udah ada buktinya ya, contohnya banyak pasien silih berganti ke rumah sakit ini. Terus mereka selalu balik lagi berobat kesini karena obatnya cocok sama mereka, khususnya anak muda."

Zyan mengangguk-angguk saja. "Thank you for informationnya, Dokter Dara. And thank you juga sudah berkontribusi maksimal untuk nama baik rumah sakit ini dan kesembuhan pasien. Teruskan niat baik Anda ini, tapi itu tidak akan merubah peraturan yang telah saya buat. Dan kalau memang niat Anda jadi dokter untuk hal yang mulia dan tujuan yang baik, saya rasa dibawah sana banyak pasien yang sudah menunggu Anda untuk diperiksa."

"Anda juga pasien saya mulai sekarang, Pak Zyan." Zyan menaikkan alisnya. Kekonyolan apa lagi ini? Zyan hanya menatap Dara yang melangkah menghampirinya, lalu gadis itu menjatuhkan bokongnya di pangkuan Zyan. Jika Zyan tidak suka, bisa saja Zyan mendorong Dara karena dia memiliki tenaga yang jauh lebih kuat di bandingkan Dara. Tapi Zyan tidak melakukan itu melainkan membiarkan Dara melakukan apa-apa yang gadis itu suka. Termasuk Dara yang mendekatkan bibirnya ke telinga Zyan kemudian berbisik. "Aku tahu apa yang membuatmu berubah jadi dingin seperti ini. Itu karena aku kan? Maka biarkan aku bertanggung jawab menyembuhkan sakit hati yang dulu aku buat."

Masih dengan posisi yang intim seperti itu, tiba-tiba pintu ruangan Zyan di buka. Cepat-cepat Dara turun dari pangkuan Zyan dan merapikan rambutnya panik. "Siapa?" tanya Dara berbisik pada Zyan karena tak berani membalikkan badan. Sungguh dia malu sekali kepergok sedang duduk di pangkuan Zyan. Segila-gilanya Dara dia tetap takut jika nanti di gosipkan sebagai ayam broiler.

"Kiara," jawab Zyan santai.

"Kiara siapa?" tanya Dara mendelikkan matanya.

"Teman aku," jawab Zyan dengan wajah datar.

Dara berjalan miring seperti kepiting keluar dari ruangan Zyan karena tak mau wajahnya dilihat orang itu. Zyan mengulum senyum dengan tingkah absurt Dara. Percayalah tingkah Dara memang seperti itu sejak dulu, dan dengan tingkahnya yang seperti itu juga tidak ada yang menduga jika usia Dara jauh diatas Zyan. Hanya saja dulu Dara dibuat tidak nyaman dengan mindsetnya sendiri yang terlalu terobsesi memiliki pacar kakak kelas diatasnya.

"Siapa dia?" tanya Kiara menghenyakkan bokongnya pada kursi dihadapan Zyan setelah pintu ruangan itu tertutup.

"Bagaimana? Kapan kamu akan memulai pembangunannya." tanya Zyan mengalihkan topik sambil memilin-milin pulpen diatas meja. "Setelah aku pikir-pikir tempat ini sangat strategis jika ingin di buka klinik kecantikan yang mengusung tema healthy and natural yang kamu usulkan," lanjut Zyan membahas rencana mereka.

"Aku akan menentukan kapanya setelah kita rapatkan dengan pihak rumah sakit dan dokter di sini."

"Aku sudah mendapatkan persetujuanya." Zyan mengeluarkan map yang berisi tanda tangan dari dokter Ridwan.

Kiara mencondongkan tubuhnya untuk membaca isi dokumen tersebut, poin yang menjadi sorotan Kiara adalah diperbolehkanya mengoperasi hidung pasien yang mengalami penyakit sinusitis yang mancung kedalam menjadi tinggi setinggi menara Eifel.

Kiara tersenyum mendapati itu. "Siang ini kamu sibuk?" tanyanya sembari menutup map tersebut.

"Nggak terlalu."

"Kita makan siang ditempat biasa."

* * *

Zyan dan Kiara keluar dari lift bersamaan Dara yang akan masuk.

"Anda mau kemana, Pak?" tanya Dara pada Zyan.

"Makan siang di luar," jawab Zyan.

"Saya ikut."

Zyan menoleh pada Kiara meminta persetujuan.

"Ma-"

"Ayo, nanti kita terlambat." Dara menarik tangan Zyan sebelum Kiara menyelesaikan kalimatnya. Namun begitu di tempat umum, Dara melepaskan tangan Zyan belum siap menjadi tranding topik gosip para perawat dan dokter lainya.

Percayalah, ikutnya Dara membuat wajah Kiara ditekuk menjadi berlipat-lipat. Dara perduli akan hal itu? Tidak! Dara tidak perduli sama sekali, yang terpenting bagi Dara dia tidak melihat Zyan berduaan dengan Kiara itu akan membuat hatinya lebih adem daripada kepanasan. Justru Dara sengaja membuat hati Kiara bak pabrik kepanasan.

"Zyan, kok kamu pesen ini? Kamu kan nggak bisa makan ini, nanti kulit kamu gatel-gatel." Dara mengganti piring kepiting Zyan dengan piring udang miliknya. "Ini juga. Kamu tuh bandel banget ya, udah dibilangin jangan minum bersoda, malah pesen minuman bersoda." Cangkir minuman Zyan pun ikut di tukar dengan teh rawar hangat pesananya seolah ia sangat tahu semua tentang Zyan.

Yang heranya, bukanya melarang yang Dara lakukan, Zyan justru membiarkan hal tersebut.

Terpopuler

Comments

lilyswit

lilyswit

suka banget sama ceritanya, lucu menghibur kalau udah ketemu keluarga D🤣

2024-03-08

1

Walid Cing

Walid Cing

dara duplikatnya Daniel banget😅😅😅

2024-03-08

1

Muhammad Dimas Prasetyo

Muhammad Dimas Prasetyo

si dara macam jago kandang ya

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!