Menjadi Alien

"Oke, kita lanjutkan besok lagi," ucap Zyan pada tamunya. Wanita itupun beranjak pergi meninggalkan Zyan dan Dara berdua di ruangan itu. Bibir Dara yang tadi sempat membentuk senyum tipis karena Zyan lebih memilih dia daripada wanita itu lantas merapat lagi ketika Zyan menatapnya dengan ekpresi dingin.

"Ehemm." Dara berdehem merasa tatapan Zyan mengikatnya. "Dokter Ridwan memberi mandat pada saya untuk menemani dan membantu Anda selama Anda disini." Dalih Dara. "Jadi Anda harus selalu menghubungi saya jika Anda butuh informasi apapun. Dilarang meminta bantuan orang lain." Zyan menaikkan alisnya, menanyakan maksud ucapan Dara. "Anda jangan geer, Pak Zyan. Saya hanya menjalankan tugas," ucap Dara mempertegas.

Zyan mengangguk-angguk saja membuat Dara merasa mati kutu atas respon Zyan yang masif.

Dara mendekatkan wajahnya ke telinga Zyan. "Termasuk mengurusi hal pribadi Anda. Apa Anda masih mengalami sering buang air kecil, Pak?" Bisik Dara begitu pelan, ia memutar kepalanya untuk menghadap Zyan, dan saat yang bersamaan Zyan juga menatap kearahnya hingga hidung mereka nyaris bersentuhan. Dara menahan nafas, tapi degup jantungnya berdebar tak karuan.

Dugg ... Dugg ... Dugg ... Dugg

Dara meneguk ludah menyadari jika Zyan sangatlah tampan. Matanya yang satu tapi tajam, wajah bersih tanpa ada flek atau bekas jerawat, bibir tipis merah jambu. Kenapa dia baru menyadari sekarang jika cowok itu begitu hot? Kenapa dulu saat laki-laki itu mengejar-ngejarnya ia terlihat culun dengan kapasitas otaknya yang melebihi anak normal pada umumnya sehingga membuat Dara malu di cintai brondong culun.

"Untuk itu aku sudah punya dokter pribadi, jadi tidak membutuhkan dokter umum yang bukan kapasitasnya menangani yang bukan tanggung jawabnya, bukan kah itu melanggar kode etik, Bu Dokter?"

Dara menegakkan lagi badanya. "Saya cuma memastikan, yasudah kalau sudah ada dokter pribadinya," sahut Dara mencoba menenangkan perasaanya karena di tolak Zyan. Tapi Dara masih ada pertanyaan yang tiba-tiba melintas dikepalanya. "Dokter itu laki-laki apa perempuan?"

Dara melipat bibirnya, pertanyaan itu meluncur begitu saja tanpa bisa ia kontrol. Tapi apa Dara menyesal? Tidak! Meski Dara sadar pertanyaannya sudah sangat membuat Zyan tidak nyaman.

Zyan menatap mata Dara dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Dara. "Bukannya kamu hanya di tugaskan untuk membantu urusan pekerjaan saja? Aku rasa Dokter sudah melebihi batas."

Ucapan Zyan sebenarnya sangat menohok Dara. Tapi bukan Dara namanya jika tidak ada bahan untuk nenyanggah, dia tidak boleh terlihat kalah dimata Zyan. "Saya kan hanya bertanya, Pak. Tugas saya melayani sepenuh hati."

Zyan menghela nafas. "Lakukan tugas mu sebagai seorang dokter. Layani pasien dengan sepenuh hati, jangan jadi wanita penggoda."

"Eh, eh. Siapa yang jadi wanita penggoda?" Dara tidak menyadari jika sedari tadi Zyan memperhatikan penampilanya yang mengenakan rok span ketat dua senti diatas lutut. Memang terlihat seksi dan enak dipandang karena betis Dara yang jenjang, tapi itu mengganggu penglihatan Zyan.

"Keluarlah, kamu akan aku hubungi jika kamu sedang tidak jaga praktek di bangsal. Aku masih menyimpan nomor mu." Zyan berucap dengan suara rendah. Daripada dia terus menerus meladeni Dara yang tidak ada habisnya, Zyan memilih mengalah. Dan itu berhasil, Dara keluar dengan lubang hidung yang mengembang.

Dara dulu memang tidak menyukai Zyan, tapi sikap Zyan yang cuek setelah lama mereka tidak bertemu membuat Dara tidak suka. Maka sebisa mungkin perhatian Zyan hanya tertuju padanya. Dara belum bisa mengartikan perasaanya saat ini, namun dia hanya melakukan apa yang dia rasakan.

Di pintu Dara berhadapan dengan Emilio, keduanya sama-sama memberikan tatapan permusuhan, tapi Dara memilih melengos karena malas meladeni orang yang tidak penting menurutnya. Emilio sempat ingin menyelengkat kaki Dara, tapi wanita itu bisa mengelak.

"Nggak kena, wekkk." Dara menjulurkan lidahnya.

Ketika Dara turun keruanganya, dia terkejut melihat di bangsal UGD ramai pasien berdatangan.

"Ada apa ini?" tanya Dara pada Monic. Rekan kerjanya.

"Kecelakaan Bis wisata anak paud."

"Astagfirullahaladzim." Dara bergegas mengambil alat-alatnya lalu bergabung dengan rekan kerjanya yang lain, segeran membantu menangani anak-anak yang terluka, jangan sampai terlambat.

Kabar kecelakaan itu sudah sampai ke telinga Zyan, ia ikut turun kebawah memantau para korban kecelakaan. Karena tak tahu harus melakukan apa? Zyan hanya memperhatikan dari jauh bersama Emilio. Pandangan Zyan tertuju pada Dara yang kini sibuk menggendong siswa paud bertubuh gemuk yang menangis dalam gendongan gadis itu. Dengan sabar, Dara mengusap rambut anak laki-laki itu, meniup ubun-ubunya, sampai anak itu tenang dan Dara menidurkanya di brangkar. Ketika kedapatan Dara melihat kearahnya, Zyan segera membuang muka.

Jadwal pulang Dara yang seharusnya pukul lima sore, tapi ia baru bisa pulang saat jam menunjukkan pukul tujuh malam. Tidak mungkin Dara meninggalkan rumah sakit dalam keadaan darurat. Dara yang jarang membawa kendaraan sendiri sedang menunggu taksi online di lobby.

"Iya Mom. Nanti Zyan datang keacara itu."

Dara menoleh mendengar suara Zyan yang berdiri disebelahnya, laki-laki itu juga baru pulang. Dara memberikan senyum pada Zyan ketika laki-laki itu menoleh padanya. Namun lagi-lagi Zyan hanya menaggapi dengan wajah datar. Sebagai manusia normal, dan menjadi wanita yang pernah di cintai Zyan, Dara tentu berharap Zyan menawarinya tumpangan lalu memuji kinerjanya, 'Kamu cantik saat melayani pasien'. Namun apa yang terjadi? Dara harus menelan harapannya itu karena jangankan menawarkan tumpangan, menegurnya pun tidak. Itu menyulut Dara untuk membuat Zyan bertekuk lutut padanya.

Tiba dirumah, Dara mendapati kedua orangtuanya yang bersiap akan pergi.

"Mami sama Papi mau kemana?"

"Mau ke acara rekan kerja Papi," jawab Daniel.

"Aku ikut, Pi," balas Dara. "Tunggu sebentar. Aku mandi sama ganti baju dulu," seru Dara berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Denisa dan Daniel saling lirik, pasalnya setelah memasuki sekolah menengah pertama Dara tidak mau lagi ikut acara kantor orangtuanya dengan alasan membosankan.

Beberapa puluh menit kemudian gadis itu turun dengan sudah mengenakan gaun hitam yang memiliki belahan sampai paha, dan mengekpos pundak mulusnya.

Tiba di hotel acara tersebut, Dara menyusuri setiap tamu yang datang.

"Kamu cari siapa sih?" tegur Denisa memperhatikan gerak-gerik putrinya yang sejak awal membuatnya curiga.

"Nggak cari siapa-siapa, Mi." Dalih Dara.

"Yakin?"

"Mami kenapa jadi curigain aku sih? Orang lagi kangen aja sama acara kayak gini." Cetusnya tapi matanya tetap mencari sosok yang ia duga pasti juga datang ke acara ini.

"Yaudah, kamu jangan buat masalah. Mami mau menemin Papi kamu menemui koleganya."

Setelah ditinggalkan maminya menemui papinya. Dara merasa menyesal sudah ikut, karena sosok yang ia cari tidak ia temukan. Dara malah merasa menjadi alien di tengah-tengah manusia.

Visual Zyan Cameron Xavier

Versi Culun

Versi Sekarang

Visual Dara Danuarta

Terpopuler

Comments

winter taevee

winter taevee

mau versi culun ataupun versi sekarang sama2 ganteng 😍

2024-04-06

0

Almiraaa Nasution

Almiraaa Nasution

Suka visualnya Kak. Itu Mingyu bukan sih Kak?

2024-03-04

0

MACA

MACA

culun culun juga masih keturunan Mahardhika

2024-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!