Pernikahan Dadakan

Setelah pembicaraannya dengan Cahaya. Abiyan malah makin gelisah dengan penolakan Cahaya. Abiyan merasa resah. Hingga waktu akad hampir tiba. " Sayang.. Kenapa gelisah.. Dari tadi jalan nggak tau arah, ada apa nak? " Tanya Velisha yang melihat anaknya.Sementara tamu sudah ada yang datang. Keluarga  Cahaya pun hampir sampai.

"Ma.boleh nggak aku ketemu Cahaya dulu sebelum akad ma.? " Tanya Abiyan ragu.

Velisha melihat kegelisahan anaknya hanya tersenyum, dalam situasi seperti ini. Memang bawaannya deg_degan.

"Tahan nak. Itu sudah biasa kok, hanya tunggu jam saja. Kok nggak bisa. " Goda Velisha.

"Ma... Bukan itu maksudnya, Abiyan perlu bicara dengan Cahaya ma. Ada hal yang perlu  Abi tanya ma." Ucap Abiyan memohon.

Namun Velisha bersikeras melarangnya. Hingga  keluarga mertuanya datang. Abiyan dan Velisha menyambut kedatangan tamu spesial nya.

"Silahkan masuk besan. Ayok jangan sungkan. Oh ya mbak Yana silahkan ke atas temui Cahaya nya. Mungkin ia butuh bundanya." Ucap Velisha lembut yang di anggukan Yana.

Tak lama pak penghulu pun datang, semua tamu sudah duduk di tempat yang telah di sediakan.

Yana masuk ke kamar dimana anaknya di dandan. " Wah cantiknya anak bunda. Nggak nyangka ya nak, sebentar lagi kamu sudah milik Abiyan." Ucap Yana mendekati anaknya yang duduk  menunduk. Mendengar suara bundanya ia langsung berdiri dan memeluknya.

"Bund.. Aku takut.. " Ucapnya lirih.

Yana membelai punggung anaknya lembut.

"Sayang... Nggak usah takut nak. Ada kami yang selalu  mendukungmu, kami tidak mungkinkan  menginginkan kamu sengsara. Nikmati hidup ini ya nak. Moga keluarga kalian di berkahi Oleh Allah SWT. Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah. Amin.." Jawab mereka serentak.

"Doa kan ya bund. Karena aku belum sepenuhnya siap jadi istri." Ucapnya lirih.

Yana melepaskan pelukannya. Dan menatap wajah anaknya dalam. "Kenapa sayang. Apa ada yang mengganjal hatimu. Cerita sama bunda. Mana tau bunda bisa bantu." Ucap Yana serius.

"Entahlah bund. Rasanya ini seperti mimpi, aku masih kecil bund. Dan belum terbersit di hati Cahaya untuk menikah secepat ini. Cahaya masih punya  mimpi. Tapi sekarang Cahaya  menikah bund." Ucapnya frustasi.

Yana kembali memeluk anaknya. "Sayang.. Kalau masalah ini, kamu harus cerita nanti sama Abi. Kalian harus terbuka, jangan di simpan. Kejujuran adalah pondasi dalam sebuah rumah tangga. Ya nak." Nasehat Yana lembut.

"Tapi bund, apa Mas Abi mau mendengarkan dan membiarkan aku kuliah dan mencapai cita-cita ku. . Apa nanti tidak jadi awal pertengkaran kami...? " Tanya Cahaya bimbang.

Yana menarik nafas dalam."Sayang.. Abi itu sudah dewasa. Pikirannya pun tidak mungkin se picik itu. Kamu harus coba ya nak. Harusnya ini kalian lakukan sebelum menikah. Namun karena ini mendesak, baiknya setelah nanti kalian sudah berdua saja. Agar tidak merasa malu diantara kalian. Namun kalau Abi tidak mengizinkan. Baiknya jangan di paksa ya nak. Kamu harus jadi istri yang sholehah. Karena Syurga mu ada ditangan suamimu.  Satu lagi. Berikanlah hak suamimu, dosa jika kamu tidak memberikannya. Mudah-mudahan kalian diberikan kemudahan dalam menyelesaikan suatu masalah." Nasehat Yana bijak.

Cahaya memeluk bundanya sangat erat. "Makasih ya bund. Mudah-mudahan aku bisa jadi istri yang sholehah ya bund." Ucap Cahaya senang. Dia mulai menerima kenyataan yang ada. Bagaimana pun ia menolak takdir berkata lain. Hingga suara ketukan pintu dari luar dan munculah Velisha.

"Mbak bawa Cahaya nya keluar. Acaranya akan dilangsungkan. Mereka menunggu  mempelainya saja lagi. " Ucap  Velisha.

Merekapun turun ke bawah. Sampai tangga, Abiyan memperhatikan calon istrinya yang turun di apik oleh kedua orang tua perempuan mereka. Yaitu Velisha dan Yana. Semua mata memandang kagum. Abiyan sampai tidak bisa mengedipkan matanya. Hingga senggolan dari Hendra menyadarkannya.

"Sabar.. Jangan ditatap begitu, persiapkan diri saja untuk menghalalkan. " Kata Hendra yang membuat  pipi Abiyan memerah karena malu. Untung papanya hanya berbisik. Jadi ia tidak terlalu malu dengan orang yang ada.

Cahaya duduk. di sebelahnya. Hingga penghulu membuka suara." Oh ya. Karena mempelai wanitanya sudah hadir, maka baiknya kita mulai. Namun sebelumnya saya mau tanya. Apakah  nak Cahaya mau dinikahkan oleh nak Abiyan.? " Tanya Pak Penghulu  bertanya.

Cahaya melihat bundanya yang duduk disampingnya, di anggukan bundanya, kemudian ia melihat ayahnya yang berhadapan dengan calon suaminya. Yolanda pun tersenyum. Hingga ia mengangguk pelan. Abiyan yang menyaksikan tingkah Cahaya jadi deg-degan. Ia sangat takut kalau Cahaya membatalkannya.  Hingga desahan berat seiring dengan anggukan Cahaya.

"Saya kira tadi, nak Cahaya menolaknya. Karena nak Abiyan sangat kelihatan pucat sekali. Ha... Ha... " Ucapan Pak Penghulu membuat semua hadirin tertawa. Hingga suasana yang sedikit tegang, kembali mencair.

"Oh ya sekarang saya yang mau tanya pada nak Abiyan. Apakah benar kalau nak Cahaya nya  di jadikan istri. Apakah tidak menyesal nantinya.. " Goda Pak Penghulu.

"Saya serius Pak. Dan ini yang pertama dan terakhir buat saya." Jawabnya mantap.

Semua orang bertepuk tangan, karena merasa kagum dengan jawaban Abiyan. Sang mempelai pria.

"Hm. Kalau begitu kita mulai. Apakah ayah mempelai sudah siap. " Tanya Pak Penghulu lagi. Dan di anggukan Yolanda.

Acara ijab kabul berjalan dengan khidmad. Hingga suara Sah. Yang di jawab kedua saksi.

Air mata Cahaya menetes. Ia menundukkan wajahnya dalam tak menyangka statusnya sekarang berubah jadi istri orang. Tandanya ia tidak bisa bebas lagi mau kemana tampa persetujuan sang suami.

Pak Penghulu menyadarkan Cahaya, agar mencium tangan suami. "Oh ya nak Cahaya silahkan cium tangan suaminya. Dan nak Abiyan silahkan cium keningnya dan doakan moga pernikahan kalian di berkahi." Ucap Pak Penghulu memandu.

Cahaya masih gugup saat tangan Abiyan sudah di depannya. Dengan rasa gugup ia meraih tangan suaminya. Terasa dingin sekali tangan Cahaya yang dirasakan Abiyan. Cahaya mencium tangan suaminya dan di lanjutkan Abiyan mencium kening istrinya dan berdoa dalam hati. Agar pernikahannya sampai ke Janahnya. Amin. " Ucapnya dalam hati.

Karena saking seriusnya, hingga ia menciumnya terlalu lama. Teguran Pak Penghulu membuat suasana jadi heboh.

"Yang sabar ya nak Abi. Nanti di lanjutkan. Sekarang kita berdo'a dulu.."  Godaan dari Pak Penghulu mampu membuat kedua mempelai salah tingkah.

Setelah berdo"a dan di tutup dengan makan bersama. Hingga hari makin malam. Keluarga Cahaya diminta untuk istirahat saja dulu di ruang tamu. Besok baru boleh pulang.

Semua tamu sudah pulang, dan semua penghuni pun  sudah masuk kamar. Kedua pengantin baru itu pun masuk kamar.

Abiyan langsung ke kamar mandi,  ia merasa gugup sekali. Namun ia berusaha tenang. Terasa mimpi, rasa gelisah menghantuinya tadi sedikit berkurang. Karena Cahaya sekarang sudah sah jadi istrinya. Apapun yang akan terjadi ia akan berusaha mempertahankan keluarga nya. Itu tekadnya.

Sementara Cahaya merasa gugup. Ia berencana membuka pakaiannya di ruang ganti. Karena tidak mungkin ia memakai baju yang dalam tersebut di bawa ke kamar mandi, bisa terjatuh karena terinjak.

Namun, entah kenapa.. Beberapa helai rambutnya menyangkut ke resleting bajunya bagian belakang. Ia berusaha untuk membukanya. Tapi sangat keras. Ia nggak tahu sejak kapan rambutnya nyangkut. Pantas dari tadi ada rasa sakit kepala di bagian belakangnya.

Ia berusaha lagi menariknya, namun malah suara desahan karena sakit yang ia keluarkan. Saat Abiyan di depan ruang ganti. Abiyan yang mendengar suara desahan hatinya jadi panas.  Apa yang terjadi dengan istrinya. Ia dengan cepat masuk ke ruang ganti di dapati istrinya sedang berusaha membuka resleting bajunya yang tersangkut rambutnya.

Abiyan tersenyum merasa bersalah dengan dugaannya. Ia mendekati dan berusaha membuka resleting tersebut, membuat Cahaya terkejut dan berteriak.

"Aw.. " Cegah Cahaya menolak. Tampa melihat siapa yang melakukan.

"Kenapa sayang. Apakah nggak boleh suamimu ini membantu? " Tanya Abiyan menggoda.

Cahaya menunduk. Wajahnya   sudah memerah karena malu. Ada rasa gugup, takut dan bimbang di hatinya. Tak sadar ia mengangguk pelan.

Abiyan yang mendapat anggukan dari  istrinya , dengan lembut ia meraih resleting tersebut. Awalnya ia cuman berencana menggoda istrinya, namun di saat ia membuka resleting tersebut, ada sesuatu yang tegak di bawah sana. Tubuhnya panas dingin. Saat ini ia hanya memakai handuk setelah siap mandi tadi.

Cahaya merasa heran, kenapa tidak ada pergerakan dari suaminya. Ia menoleh melihat suaminya. Ia kaget melihat wajah suaminya yang seolah menahan sesuatu.. Tak sengaja ia menoleh ke bawah.  Tubuhnya merinding. Ia berusaha menelan ludahnya. Hingga desahan yang keluar dari mulut mungilnya dan ditatap Abiyan mesra.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!