Harapan

Arabela keluar dari panti, dia menemui Maminya yang duduk di tras bersama Mama Febi. Karena mereka kurang nyaman dengan kondisi panti yang terlihat sederhana.

Sementara Mama Abiyan sudah bergabung dengan Bunda  Cahaya dan juga buk Khodijah. di sebuah ruangan anak bayi.

"Buk Yana dan buk Khodijah. Saya senang jika di izinkan bergabung, karena sudah lama saya cari tempat yang tepat untuk bisa Saya ajak kerjasama dalam  kegiatan sosial ini. Karena Saya sering kesepian di rumah, ditinggal anak dan suami." Cerita Velisha panjang lebar.

"Kenapa kesepian buk,  biasanya orang berduit tuh malah senang pergi ke luar Negeri untuk menghibur diri. Kok ibu malah senang dengan panti yang berbau dengan bau, kesusahan, kesedihan. Boleh dikata jauh dari kata kemewahan?' tanya Yana  menyindir. Karena ia sempat mendengar ocehan  Mami Arabella yang merasa jijik dengan kondisi panti.

"Itu memang benar buk Yana, tapi  tidak semua orang berpikiran begitu, lagian Saya sudah bosan, walaupun Saya sering pergi. Tapi Saya merasakan biasa saja. Tidak ada yang menyentuh perasaan Saya. Lain halnya di sini, melihat anak-anak bahagia tanpa pura-pura. Semuanya apa adanya.  Itu yang membuat Saya bahagia dan betah disini." Ucap Velisha apa adanya.  Ia tahu kalau  Yana menyindirnya sebagai orang kaya.

Buk Yana dan buk Khodijah pun mengangguk tanda memahami, karena mereka takut. Nanti buk Velisha hanya memberikan angin syurga saja untuk panti, makanya di tanyakan.

"Maafkan kami, terutama saya ya buk Velisha..  kami takut berharap tapi akhirnya putus di tengah jalan. Saya tidak ingin anak-anak panti kecewa." Ucap Yana merasa bersalah.

Velisha memegang pundak Yana dan tersenyum. " InsyaAllah buk Yana dan juga buk Khodijah. Saya juga sudah tahu siapa pemilik panti ini sebenarnya  makanya Saya berani jadi donatur tetap." Ucap Velisha yang membuat kedua wanita dewasa itu terpana.

"Saya tidak mungkin memberikan bantuan pada panti ini, jika Saya tidak tahu jelas kondisinya. Karena akan menimbulkan perkara besar di belakangan. Itu sudah pasti kan buk Khodijah? " Tanya Velisha.

Buk Khodijah melihat buk Yana bingung, jika ia menjawab iya. Nanti buk Yana terutama pak Yolanda tersinggung.

"Sikap ibu memang benar, jika status panti ini masih di gadaikan. Maka otomatis ibuk pun pasti di kejar pemilik yang lain kan buk?  Tapi ibuk tidak usah khawatir, pemilik yang lain tidak akan menuntut. Ibu cukup menyelesaikan nya pada pemilik yang menggadaikan saja." Jawab pak Yolanda  tiba-tiba.

Velisha tertegun mendengar jawaban pak Yolanda  yang merupakan pemilik sahnya panti ini. Namun ia sudah berjanji akan mengembalikannya pada pemilik aslinya. Karena pemilik yang menggadaikan hanya sepupu saja. Bukan kandung.

Dulu orang tua pak Yolanda mengangkat pak Yasir untuk jadi anaknya. Lantaran orang tua pak Yasir meninggal saat masih kecil. Jadi di ajaklah pak Yasir tinggal di panti ini. Namun sifat pak Yasir sangat jauh beda dengan pak Yolanda. Setelah tamat SMA, Pak Yasir suka mabuk, sehingga orangtuanya pak Yolanda meninggal karena jantungan.mendengar Pak Yasir ditangkap polisi karena mabuk dan mencuri.

Untunglah Velisha dapat info jelas dari anak buah nya suaminya dua hari yang lalu. Hingga ia dengan mantap membantu keluarga  Cahaya. Gadis yang telah membuat ia terpesona untuk di jadikan menantu. Gadis yang apa adanya. Apalagi ia melihat langsung kalau anaknya juga menyukainya.

" Hm. Sepertinya pak Yolanda tidak tahu dengan Saya? Atau bapak pura-pura tidak mengenal Saya? " Tanya Velisha menyelidik.

Kini giliran pak Yolanda yang terpana, ia bukan tidak mengenalnya. Bahkan harus kenal dengan istri bosnya sendiri.

"Begini bapak, ibuk. Saya tidak ingin. Niat Saya ini di halangi lagi. Saya sudah cerita sama suami dan anak Saya. Kalau kita akan menyelesaikan semuanya. Agar anak-anak panti ini bisa menikmati masa depannya dengan bahagia." Velisha berbicara dengan tegas.

Membuat pak Yolanda hanya mematung. Ia tidak menyangka. Kalau keluarga bosnya sungguh mulia hatinya. Jarang orang kaya yang mempunyai hati yang berhati emas.

Malah sangat kebanyakan mereka sombong bahkan menghina. Pak Yolanda sudah dua tahun bekerja di bengkel pak Hendra istrinya buk Velisha. Jadi pak Yolanda sudah tahu bagaimana karakter dari keluarga bosnya itu. Terutama pak Hendra sendiri.

Bos nya Sering memberikan bonus bagi karyawan yang lembur dan berprestasi dalam kerja. Hingga semua karyawan baik yang di perusahaan mobilnya ataupun bengkel merasa segan dengan beliau. Walaupun Yolanda belum pernah bertemu bosnya secara langsung. Karena setiap datang, kondisinya selalu sibuk di bengkel.

"Maaf buk. Maksud Saya bukan meragukan ibuk dan bapak. Hanya saja Saya takut nanti ibuk malah repot dengan saudara Saya. Karena Saya tau karakter beliau."Ucap Pak Yolanda sungkan.

"Hm.nggak usah khawatir Pak, Saya sudah memperkirakan apa yang akan terjadi." Jawab buk Velisha mantap.

"Sekali lagi maaf ya buk." Pak Yolanda meminta maaf sungkan. Takut nanti malah berimbas akan pekerjaan nya.

"Nggak masalah pak. Bapak jangan khawatir, Saya tidak mungkin mencampur kan pekerjaan dengan hal ini. Lagi pula bukan wewenangnya Saya." Jawab buk Velisha yang mengetahui ketakutan pak Yolanda.

Suasana terasa canggung, untung nya Abiyan datang menengahi. " Ma... Mama mau langsung pulang? " Tanya Abiyan khawatir.

"Kenapa. Apa kehadiran Mama mengganggu kegiatan mu? " Tanya Velisha menyelidiki.

Semua yang ada di ruangan itu jadi bengong, ternyata dosen pembimbing mahasiswa itu anaknya Buk Velisha yang akan jadi donaturnya. Sesuatu yang mengejutkan mereka.

Mereka merasa bersalah,  dilihat dari sikap Velisha. Ia kurang suka dengan ucapan pak Yolanda tadi.

"Bukan begitu Mamaku sayang, aku takut Mama bosan dan capek." Abiyan mendekati dan mencium tangan Mamanya.

" Oh... Mama sih masih betah di sini, tapi jika kehadiran Mama mengganggu ! Mama pulang saja. Biar Mama telpon dulu pak Wawan." Buk Velisha berucap.

"Buk Velisha jika masih mau di sini, kami sangat senang. Ini merupakan hal terhormat buat kami semua." Ucap Yana tersenyum.

"Nggak apa buk Yana, santai saja. Saya malah senang keramaian. Karena terbiasa sepi. Makanya  Saya pengen anak Saya yang satu-satunya ini menikah cepat, agar ada teman Saya di rumah." Ucap Velisha semangat.

" Ma.. " Muka Abiyan memerah mendengar ucapan mamanya itu. Velisha tersenyum senang melihat mimik muka anaknya. Yang salah tingkah. Velisha merasa belum puas, karena ia belum bicara dengan  Cahaya tentangi ni.

Kegiatan memang sudah selesai, tapi dia belum bertemu lagi dengan Cahaya secara dekat.

"Kalau begitu. Aku ke depan ya Ma. Jika sudah datang pak Wawan bilang aku dulu ya Ma." Abiyan menggosok punggung Mamanya. Karena Ia akan mempersiapkan acara kemping sebagai penutup acara Ospek mereka. Abiyan melihat mamanya agak kesal dengan memintanya pulang. Lebih baik ia menghindar.

" Ya sayang.." Ucap Velisha datar. Matanya kesana kemari mencari seorang. Hingga dari jauh ia melihat Cahaya.

Lio datang menemui Abiyan, karena rencana mau lihat lapangan yang akan di jadikan tempat untuk berkemah nanti malam.

"Bro. Kita jadi lihat lokasi dulu atau langsung ajak teman ke sana? " Tanya Lio.

"Menurut kamu dan Cahaya bagaimana? Kan kalian yang tahu lokasi! Jika menurut kalian lokasinya baik. Kita langsung aja ke sana. Biar cepat selesai tendanya, sore siap ashar kita langsung bersih-bersihkan lingkungan panti. Malamnya kita ajak anak panti untuk acara api unggun sampai jam 21 malam" Ucap Abiyan tegas.

"Kalau begitu aku panggil Cahaya dulu ya." Lio pergi mencari Cahaya.

"Sayang. Boleh Mama ikut kalian ke lapangan, Mama  pengen lihat kondisi sawah secara dekat. Pasti seru." Harap Velisha. Ia sebenarnya ingin dekat dengan Cahaya, Akan dia lakukan apa pun untuk itu.

"Apa mama serius? " Tanya Abiyan tidak percaya, pasti Mamanya menyimpan sesuatu yang ia tidak tahu.

"Kamu nggak percaya sama Mama? " Tanya Velisha balik.

"Bukan begitu Ma. Aku takut nanti Mama kenapa-napa." Ucap Abiyan mengalah.  Berdebat dengan Mamanya suatu hal sia-sia baginya. Papanya saja sering kalah telak dengan Mamanya.

Cahaya datang dengan Lio. " Pak. Ada apa cari Saya? " Tanya Cahaya sopan karena ada Tante Velisha yang ternyata orang tua dosennya yang menyebalkan itu.

Bukan hanya Abiyan yang senang, Velisha Mama Abiyan lebih senang dan bersemangat kedatang Cahaya.

"Sayang.. Dari tadi tante cariin kamu. Kamu sibuk nggak.? Tante mau bicara." Ucap Velisha senang.

"Nggak juga tan. Ada apa ya Tante? " Tanya Cahaya grogi. Karena ada dosennya yang sekaligus anak dari tante Velisha.

Oh syukur deh. Ajak tante keliling dong. Kamu kan sudah dekat panti ini. " Ucapnya.

Abiyan bengong, karena saat ini ia yang butuh jawaban Cahaya masalah tempat. Tapi Mamanya menyerobot.ia geleng-geleng kepala yang disambut tawa oleh Lio.

"Sabar bro. Biar tante saja yang atur semua. Pasti beres deh." Goda Lio menyemangati.

Cahaya melihat  orang tuanya dan juga buk panti, mereka mengangguk. Ia pun menoleh ke arah Abiyan dan Lio. Keduanya pun hanya diam tanpa ekspresi. Mereka tahu. Kalau Velisha Mamanya Abiyan itu jika sudah ada maunya tidak bisa ditolak. Jadi mereka pasrah.

Akhirnya Cahaya mengajak berkeliling panti, sementara Abiyan dan teman-temannya langsung ke lokasi lapangan.

"Aku yang punya acara agar dekat dengan Cahaya tapi malah Mama yang lebih ingin dekatkan". Lirih Abiyan dalam hati. Sepeninggal Mamanya dan Cahaya.

"Sayang. Kamu mau nggak bantu Tante. Tante ingin belajar Agama lebih dalam? " Bujuk Velisha hati-hati.

Cahaya  menoleh melihat wajah wanita yang baru ia kenal. Tapi langsung akrab dengan nya. Tatapan mata yang selalu ramah.

"Bagaimana ya tan. Apa tante nanti tidak ilfil jika tahu kehidupanku. Lagian untuk apa tante ingin tahu hidupku? " Tanya Cahaya setelah mengajak duduk di taman belakang.

Velisha membelai jilbab yang menutupi kepala Cahaya. " Sayang.. Tante orang muslim juga, namun tante tidak terlalu jauh tahu tentang agama. Apakah  kamu mau bantu Tante? " Tanya Velisha mengalihkan.

"Tapi. Saya tidak terlalu pandai Tan. Mungkin Tante bisa tanya bunda. Atau kalau Tante mau. Di dekat rumah Saya ada seorang ustazah yang biasa memberikan tausyiah pada penduduk sekitar." Tolak Cahaya halus.

"Jadi.. Kamu nggak mau bantu Tante secara pribadi? Apakah kehadiran Tante mengganggu mu? " Tanya Velisha penasaran.

"Bukan begitu Tan. Maksudnya! Saya kurang paham agama. Tidak seperti bayangan Tante, Saya takut Tante malah tersesat." Ucap Cahaya menjelaskan.

"Tante tahu bukan ahlinya, tapi Tante ingin mengenal dasarnya dulu dari kamu. Agar Tante tidak malu-maluin belajar lebih lanjut lagi dengan ustadzah." Harap Velisha memegang tangan gadis di depannya.

Cahaya terdiam, dia sebenarnya tidak mau terlalu dekat dengan tante Velisha. Karena ada gadis lain tunangan Abiyan, takut nanti malah menghancurkan hubungan mereka. Makanya ia menutup diri.

"Nanti saya tanya kedua orang tua saya dulu tan. Saya tidak putuskan sendiri." Jawabnya.

"Kalau masalah izin, biar Tante sendiri yang ngomong. Kamu cukup jawab mau atau tidak?"  Ucap Velisha.

"Baiklah Tan, saya akan bantu Tante dengan senang hati." Cahaya berucap semangat.

" Nah. Gitu dong. Tante suka." Velisha kembali memeluk  Cahaya senang.  Akhirnya keinginannya untuk mendekatkan anaknya dengan gadis pilihan yang telah membuat anaknya terpesona.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!