Di Pecat

Sampai di rumah, Cahaya turun dari mobil Lio. Tampa menoleh ke belakang mobil Lio.

"Makasih kak. Kakak nggak mampir dulu.? "  Ajak Cahaya.

"Apa boleh. Nggak mengganggu nantinya? " Tanya Lio basa basi.

"Ih kakak kok ngomong gitu. Kakak tuh udah biasa jadi tamu tak di undang. " Jawab Cahaya kesal.

Lio tertawa dengar celotehan Cahaya yang selalu membuatnya terpesona. Tapi sayang. Hati Cahaya tak sedikitpun untuknya. Selain sebagai kakak.

Lio  turun dari mobil. Dia melihat mobil di belakangnya yang tanpa di sadari Cahaya. Ia memberi kode pada Abiyan agar turun juga dari mobil.

Cahaya langsung masuk ke Taman Kanak-kanak tempat Bundanya mengajar. Di sampingnya ada rumah sederhana disitu mereka tinggal.

"Assalamualaikum." Ucap Cahaya memberi salam pada bundanya yang sedang duduk istirahat. Anak-anak pada berlarian kesana kemari.

" Waalaikumsalam. Eh ada kakak Ica" Ucap Ani salah satu anak TK yang akrab dengan Cahaya.

Ani langsung memeluk Cahaya " Kangen.. Kak ica kemana aja? " Tanya Ani sendu.

" Ih.. Kakak nggak kemana-mana, toh sekarang di sini." Goda Cahaya pada Ani.

" Kamu baru balik nak. Sama siapa? " Tanya Bunda melihat ke belakang Cahaya.

" Assalamualaikum bun." Ucap Lio dan Abiyan bersamaan.

" Waalaikumsalam nak. Wah ada nak Lio dan juga nak Abiyan. Maaf ya bunda lagi sedang sibuk. Langsung ajak ke rumah dulu ya nak. Ntar bunda ke sana. " Perintah Bunda Yana pada anaknya.

Cahaya sedikit grogi. Ia tidak tahu kalau ada Abiyan. Ia menduga, pasti ini kerjasama Abiyan dengan Lio.

Ia membuka pintu rumah yang sederhana itu. Hanya dua kamar, satu ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Di balik pintu ada dapur kecil.  Ketiganya pun masuk dalam rumah.

"Ayah kemana ya Ca? " Tanya Lio basa basi. Menghilangkan kecanggungan nya. Karena wajah Cahaya yang di tekuk.

"Mungkin kerja kak." Jawab Cahaya simpel.

"Duduk dulu ya kak. Oh ya Bapak. Maaf..! Hanya seperti ini keadaanya. Aku buatkan minum dulu." cahaya berlalu ke dapur.

Ia meletakkan tas ranselnya dan kemudian ke dapur kecil. Semua aktifitas Cahaya bisa di lihat langsung oleh Abiyan.

"Sederhana. Namun tidak terlihat rasa sedih di wajah mereka." Ucap Abiyan dalam hatinya.

"Silahkan di minum kak. Pak.  Hanya ini yang ada. Aku tinggal sebentar ya." Ucap Cahaya kembali pergi, dia mengambil ransel nya. Dan masuk ke sebuah kamar. Mungkin itu kamar Cahaya Pikir Abiyan. Abiyan terus mengamati ruangan itu.

Tak lama, datang Yana bundanya Cahaya" Eh minumannya kok di pandang saja nak. Silahkan di minum." Ucap Bunda Yana yang mengangetkan Abiyan dari lamunannya.

"Lamunan apa bro? " Tanya Lio usil. Melihat Abiyan yang kaget.

"Ah.. " Abiyan memukul lengan Lio kesal.

"Ada apa nak Abiyan. Maaf ya, Rumahnya kecil. Ini juga milik Yayasan yang punya TK itu. Bunda di beri fasilitas. Karena kebetulan bunda di minta untuk mengelolanya." Cerita Bunda Yana.

"Besar kecilnya tempat tinggal. Tidak memastikan seseorang itu bisa bahagia bun. Yang penting selalu bersama dalam suka duka, pasti semuanya terasa indah." Jawab Abiyan ambigu.

"Cie.. Cie.. Yang lagi jatuh cinta.. Romantis banget.. " Goda Lio. Yang membuat sebuah cubitan di lengan Lio.

"Aduh sakit bro. Oh ya bund. Abiyan ini sepupu saya. Yang pernah saya ceritakan ke bunda." Ucap Lio mengingatkan.

"Oh bunda baru ingat." Jawab Bunda Yana.

"Eh bro. Lo nggak ngomongin kejelekan ku kan? " Tuding Abiyan sedikit kesal. Karena lancang menceritakannya sebelum konfirmasi.

"Nggak juga nak. Lio itu dulu sering ke sini, saat mereka satu SMA dengan Cahaya. Tapi beda dua tahun. Lio bercerita banyak tentang keluarga nya, termasuk sepupunya yang ganteng, tapi  dingin kayak es ceritanya." Ucap Bunda Yana. Abiyan melotot. Mendengar cerita bunda Yana.

"Benar tuh bund. Abiyan ini, setelah di kecewakan. Sampai sekarang jadi kulkas berjalan  terutama sama cewek. Mungkin anak Bunda bisa mencairkannya." Ucap Lio spontan.

Bunda Yana tersenyum." Apa nak Abiyan mau dengan anak bunda yang hanya dari keluarga miskin. Bahkan anak bunda sedikit kampungan dengan gayanya." Goda Bunda Yana.

Muka Abiyan memerah karena malu. " Jika di izinkan." Jawab Abiyan lirih.

"Kalau bunda sih gimana bagusnya saja. Jika kalian berjodoh kenapa tidak." Jawab Bunda Yana.

Cahaya terbatuk mendengar ucapan bundanya. Ia rencana mau meletakan cemilan yang baru di  buat Bunda pagi tadi.  Bunda selalu melebihkan untuk di makan.

Hampir saja piring yang ia bawa jatuh. Untung dengan cekatan Abiyan menangkap. Karena Abiyan yang duduk dekat dengan tempat berdirinya.

"Hm.... " Kode Lio. Membuat kedua insan di depannya makin grogi.

"Ca. Hati-hati lah nak. Untung saja di sambut cepat nak Abiyan." Bunda memarahi Cahaya yang sedikit ceroboh.

"Maaf bund, nggak sengaja..." Jawab Cahaya terbata. Abiyan meletakan kue yang di bawa Cahaya Yang tersambut olehnya.

"Bund. Sepertinya bunda harus bergerak cepat. Biar aku bilangin Tante Velisha. Kalau ia harus cepat meminang calon mantunya." Ucap Lio mantap.

"Ih .. Ngomongin apa an sih kak. Nggak lucu deh candanya." Cahaya merajuk kesal pada Lio.

"Apanya yang lucu. Kalau niat baik ya harus di cepatkan. Ya kan bund? " Tanya Lio memberi semangat.

"Lu gimana bro, apakah sudah siap meminang anak gadis bunda Yana? " Tanya Lio serius.

Abiyan tersenyum kaku, ia nggak nyangka. Kalau Lio seberani itu bicara dengan bunda Yana.

"Yah bunda setuju saja. Gimana nak? " Tanya Bunda yana pada Abiyan.

"Bund. Aku tuh baru kuliah. Kok di suruh Terima lamaran. Apaan sih. Bisa ndak ngomong yang lain."  Cahaya kesal dengan semua orang yang sekarang sedang memojokannya.

"Ha.. Ha.. Jika niat baik. Kenapa harus di tunda. Gimana bro? " Tanya Lio lagi.

Abiyan kehabisan kata-kata, keringat dingin membasahi pipinya. Ia tidak menyangka di  kunjungan pertamanya langsung dihadapi masalah seperti ini secara dadakan.

"Bisa nggak ngomong yang lain." Ucap Cahaya memohon. Entah kenapa. Dadanya terasa sesak menghadapi ke adaan ini. Ia bingung! Kenapa otaknya kacau. Ia tidak berani melihat ke arah Abiyan. Ia pun keluar mengambil udara.

Begitu juga Abiyan tidak berani melihat Cahaya. Mukanya sekarang memerah bak kepiting rebus.

"Sudahlah. Sepertinya masih ada waktu untuk di omongin. Sekarang cicipin hidangannya., bunda ke sebelah dulu ya. Silahkan di lanjutkan obrolannya" Perinah bunda Yana yang mengerti ke adaan Abiyan yang di beri pertanyaan dadakan.

"Ya bund. Maaf mengganggu waktu bunda. " Ucap Abiyan ramah.  Setelah dapat menguasai dirinya. Bunda Yana tersenyum senang. Ia pun berlalu meninggalkan mereka.

"Cie.. Cie..pada  Calon mertua tuh memang harus baik. Bahkan  kalau berkunjung ke sini jangan lupa bawa oleh-oleh. Biar hati mertua juga meleleh kayak hati lu bro." Goda Lio.

Cahaya balik lagi ke dalam, di perintah Bundanya. Ia melihat Lio masih bercanda dengan dosen yang menyebabkannya.

Abiyan memukul lengan Lio. Dia ingin pamit ke kamar kecil. " Maaf boleh numpang ke  kamar kecil.? " Tanya Abiyan ramah. Cahaya terdiam lama ia termenung.hingga Lio mengagetkan nya.

" Ca. Tuh calon suami nompang pipis.." Ucap Lio mengganggu lamunan mereka berdua.

Cahaya mengangguk malu. " Ih .. apaan sih kak. sebel deh." Ia pun menunjukkan arah kamar kecil. Abiyan mengikuti dari belakang.

"Eh kalian jangan masuk berdua dulu. Belum waktunya." Goda Lio dari ruang tamu.

Cahaya  melempar Lio dengan kaleng susu yang kebetulan kosong. Ia benar-benar kesal banget ke pada Lio yang terus menggodanya.

Cahaya mendekati Lio, karena lenparannya tadi nggak sampai jadi ia menggantinya dengan kemoceng yang baru di bawanya.

Lio tertawa terkekeh melihat Cahaya yang jengkel dengannya. Abiyan merasa kurang suka melihat kedekatan Cahaya dengan sepupunya.  Tapi ia tidak berani melarang, Karena ia tidak punya hubungan apa-apa dengan Cahaya.

Abiyan  merasa Cahaya  tidak suka dengannya. Jadi dia harus berjuang untuk mendapatkan cintanya. Ia pun menyelesaikan hajatnya.

Lio dan  Cahaya kejar-kejaran di ruang tamu.

Hingga kaki Cahaya tersandung di kaki kursi dan terjatuh. Abiyan yang telah selesai melihatnya, dengan cekatan menangkapnya. Cukup lama Cahaya terdiam di pelukan Abiyan.

"Hm... Jika bermesraan ingat tempat dong. Lagian kasihan aku yang jomblo ini." Goda Lio. Keduanya saling melepas diri setelah sadar. Salah tingkah dengan nafas yang agak sesak.

"Katanya nggak mau, dipeluk sepertinya anteng aja tuh." Goda Lio lagi. Hingga Cahaya melemparnya lagi dengan benda yang di depannya.

"Senang ya. Menggodaku. " Cebik Cahaya manja.

Abiyan keluar rumah, dia berdiri di tras, mengatur dadanya yang bergemuruh bak badai besar. Ia memandang sekeliling rumah, ada sebuah taman dengan bangku kecil. Ia pun duduk di sana memandang bunga di depannya.

"Aku benar-benar jatuh cinta padanya." Bisik Abiyan di hatinya. Ia tersenyum sendiri memandangi bunga di depannya. " Indah seperti bunga ini." Ucapnya lirih.

"Oi.. Ngapain melamun. Tuh orangnya ada di sini...! " Teriak Lio, mengganggu lamunan Abiyan.

"Ih. Kakak.... Aku benci kakak! " Ucap Cahaya kesal.

"Eh jangan benci, nanti jatuh cinta. Kan susah jika cintanya terbagi dua." Godanya lagi.

Cahaya  mengambil sapu yang ada di dekatnya. Dilemparkan pada Lio. Lio terkekeh dan mendekati Abiyan di taman kecil itu.

"Bro. Pulang yuk. Aku bisa tersiksa di sini, kalau terus di lempari. Atau lu di sini nemani kekasihmu.? " Goda Lio pada Abiyan.

"Tapi belum waktunya, kata lu tadi kan." Jawab Abiyan santai yang sudah bisa mengatur hati dan jantungnya.

"Nah benar, sebelum ijab qabul belum boleh nginap di sini." Goda Lio melihat ke arah Cahaya yang di teras rumah..

"Kakak.. Pergi sana. Aku kesal dengan kakak, awas saja nanti..... " Cahaya melototkan matanya pada Lio yang cengengesan.

"Awas kenapa nak, kamu ngomong sama siapa? " Tanya seseorang pada Cahaya.

Cahaya melihat ke arah suara. " Eh ayah. Kok ayah cepat pulang.? " Tanya Cahaya heran. Ia heran sekali dengan ayahnya yang pulang terlalu cepat. biasanya ayahnya pulang hampir magrib baru sampai rumah.

"Ayah di pecat...! " Jawab Ayah santai. Dan masuk ke dalam rumah.

"Apa..?" Teriak  Cahaya panik. Ia pun masuk mengikuti Ayahnya masuk ke rumah.

"Apa itu benar yah..? " Tanya Lio yang mendekati ayah Cahaya. Abiyan juga ikut.

Pak Yolanda terkejut melihat kehadiran kedua laki-laki yang telah merubah hidupnya.

"Oh.. Eh.. Kalian di sini, maaf ayah tidak lihat tadi. Jadi Cahaya kesal pasti karena kamu ya Lio." Tebak ayah langsung. Tanpa menjawab pertanyaan Lio.

"Iya yah. Kami mengantar Cahaya, apa benar ayah di pecat? " Tanya Lio penasaran.

"Apakah benar pak..? " Tanya Abiyan ikut penasaran.

"Oh. Baiknya kita masuk yok. Ngapain di luar, ini anak nggak sopan mengusir tamu dengan sapu." Ayah memarahi Cahaya pura-pura.

"Kebiasaan ayah. Selalu orang lain yang di bela.. " Kesal Cahaya. Pak Yolanda selalu begitu, ia lebih senang melihat Cahaya merajuk. Makanya ia jarang membelanya.

Mereka kembali masuk." Nah.. Ini.. " Tunjuk ayah.. " Jadi sudah dari tadi toh.. " Ayah berbicara sambil tertawa..

"Ayah jangan mengalihkan pertanyaan.! " Kesal Cahaya lagi. Sesampainya mereka masuk di dalam dan duduk di ruang tamu.

Mereka bertiga menunggu jawaban dari pak Yolanda yang belum juga kunjung di jawab. Hingga buk Yana pun datang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!