Meradangnya Abiyan

Hari ini Cahaya ke kampus naik angkot. Dia kesal , hari sudah agak siang. Takut telat. Nanti duluan pula dosen yang masuk. Ia tidak mau itu terjadi.

Sampai kampus. Masih ada waktu 10 menit. Kelasnya agak ke ujung. Jadi ia terpaksa Lari-lari. Namun karena tergesa-gesa ia menabrak  seseorang. Namun bukannya orang itu yang terdorong. Malah Cahaya yang yang hampir jatuh. orang itu dengan sigap meraih tangannya. Hingga ia selamat.

Cahaya menoleh ke arah orang menolong." Maaf saya tidak sengaja." Ucap Cahaya menunduk.

" Cahaya. Hai. Apakah benar itu kamu.. ? " Tanya laki-laki tersebut. Yang melihatnya.

Cahaya terkejut karena ia belum pernah melihat laki-laki yang di depan nya.

" Caca. Kamu nggak ingat aku..? " Tanya laki-laki itu lagi. Cahaya makin bingung. Karena waktunya tinggal 5 menit lagi.

" Oh. Maaf.. Saya sudah telat. Nanti sambung lagi ya... " Ucap Cahaya kembali berlari. Tanpa memperdulikan orang yang di depannya.

Laki-laki itu pun lari di sampingnya. Cahaya tidak memperdulikan. Sampai ia masuk ke kelas. Bertepatan dengan dosen yang mau masuk.

"Maaf Pak. assalamu'alaikum." Ucapnya tersengal-sengal. Sementara laki-laki yang mengejarnya tadi juga masuk. Namun beriringan dengan  dosen tersebut.

"Maaf Pak. Tadi saya ke belet. Tanpa izin dulu." Jawab laki-laki tersebut sambil cengengesan.

"Ya sudah masuk.  Assalamu'alaikum semuanya. Oh ya perkenalkan ini mahasiswa baru. Silahkan kamu perkenalkan diri." Ucap Pak Dosen .

"Makasih Pak. Hai kenalkan nama saya Gibran Sahputra. Cukup dipanggil Gibran.Namun ada juga yang suka panggil saya gigi. He.. He.. Ucap Gibran memandang Cahaya.

"Hu.. .. Gigi.. Sudah di gosok kah.. " Ucap Tagor dengan khas bataknya.  Membuat semuanya tertawa.

"Ya sudah untuk sementara perkenalan cukup sampai disini. Nanti kalian lanjutkan. Sekarang kamu Gibran cari tempat duduk mu." Ucap Pak Dosen tegas.

Semuanya kembali diam dan fokus.  Gibran duduk pas belakang Cahaya yang kebetulan kosong.

Cahaya serius mendengar Pak Dosen yang menerangkan  materinya. Hingga tidak terasa jam istirahat pun berbunyi.

Mahasiswa dan Mahasiswi pun berhamburan keluar. Setelah Pak Dosen keluar.

"Hai Caca. Gimana kabarmu.? " Tanya Gibran sok akrab.

Cahaya yang hatinya sedang kesal. Hanya di jawab seadanya. " Baik. "  Tampa menoleh ke arah Gibran.

"Temani aku ke kantin yuk Ca. Aku kan belum hapal tentang kampus ini." Ucap Gibran sedikit memaksa.

Cahaya pun nggak tega. Kalau ia dengan posisi seperti itu. Akhirnya ia pun mengikuti Gibran ke kantin.

Sementara Abiyan yang sudah istirahat karena sudah menunjukkan makan siang. Maka meeting nya di istirahat kan dulu.

Ia berencana menanyakan keadaan  calon istrinya. Dia buka layar HP nya berencana pc namun sebelumnya ia kirim pesan dulu.

"Sayang. Gimana kabarnya. Apakah sudah makan siang. Mas lagi di restoran mau makan juga. Kita pc dulu ya. Tampa penolakan. " Pesan terkirim.

Cahaya melihat hpnya yang ia tahu ada pesan masuk. Dan membukanya.. Ternyata dari lelaki yang telah membuat mut nya hilang hari ini.

Tak lama.. Telponnya berdering tanda panggilan masuk. Awalnya Cahaya tidak mau mengangkatnya. Namun karena ia kesal. Ia ingin memberikan pelajaran pada lelaki tersebut.  Dan panggilan pun di angkat.

"Halo Mas." Ucap Cahaya pelan. ia pun beranjak agak menjauh dari kantin.

Karena masih di area kampus. Maka ia pun berencana keluar dari kantin sebentar takut di lihat mahasiswa lain.

Saat dia mau keluar. Gibran memanggilnya. Karena pesanan mereka sudah sampai. Sebab tadi Gibran yang dengan rela hati ingin memesankan untuknya. Yang kebetulan teman akrabnya Tasya tidak datang.

"Ca.. Caca..... Cahaya.. Mau kemana. Ini pesanannya sudah datang.. " Ucap Gibran di belakangnya. Yang bisa dilihat langsung oleh Abiyan.

Cahaya yang menyadari segera berlari keluar kantin. " Sebentar ya Gib Saya lagi angkat telpon dulu ya. 10 menit aja ya. " Ucapnya sambil berlalu.

"Tapi.... " Ucapan Gibran terhenti karena Cahaya terus lari keluar.

"Kenapa kamu lari keluar. Takut ketahuan cowoknya ya. Kalau ada lelaki tua yang sedang menghubungi mu." Ucap Abiyan yang di sebrang sana.

"Ih.. Apaan sih. Dia itu teman aku. Oh ya ada apa. Kok tumben pc di saat aku lagi di kampus.? " Tanya Cahaya mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa. Takut ketahuan, kalau kamu sama lelaki lain." Ucap Abiyan ketus.

"Ih... Kenapa sih. Dari tadi marah-marah melulu. Kalau tujuannya untuk memarahiku. Aku matikan telponnya. " Ucap Cahaya mengancam.

"Awas saja kalau itu kamu lakukan." Ancam balik Abiyan yang sudah meradang di seberang sana. Hatinya sudah panas. Karena Cahaya besama dengan lelaki yang lebih muda darinya.

"Maunya  Mas apaan sih.. Katanya mau makan. Ntar makanan ku nanti juga mengembang tak enak jadinya." Ucap Cahaya melunak. Karena ia sudah tau pasti kalau di jawab ketus. Maka tidak akan selesai urusannya.

"Siapa dia, aku belum pernah melihatnya.? " Tanya Abiyan penuh selidik.

"Oh. Dia mahasiswa baru di kelasku. Baru masuk pagi tadi. Dan katanya sih dia teman semasa SD aku. Tapi aku belum ingat. Karena kita belum cerita banyak." Jawab Cahaya apa adanya.

Tapi Abiyan malah makin meradang. " Oh jadi ceritanya bernostalgia ya. Nanti kamu pulang di jemput sopir mama. Tadi mama pesan. Katanya ngajak kamu ke Butiknya. Nanti kita sambung lagi  malam" Ucap Abiyan menutup panggilan.

Abiyan segera menelpon mamanya.  Dan menceritakan kejadiannya. Karena ia takut Cahaya pasti nanti pulang bareng di ajak cowok yang dilihatnya tadi. Ia tidak mau itu terjadi.

"Laki-laki gatal. Udah tahu tunangan orang masih saja di embat. Awas ya.. " Ancam Abiyan tampa di sadarinya di dengar oleh rekan bisnisnya. Di saat ia kembali duduk bersamanya.

"Ada apa ya Pak Abiyan. Kok kelihatan kesal" Tanya wanita yang ada di depannya.  Wanita itu bernama Melisa. Dia juga rekan bisnisnya. Yang juga ikut meeting hari ini.

"Biasa. Ada masalah dengan istri. " Jawab Abiyan tampa melihat ke arah Melisa.

Melisa yang mendengar  kalau Abiyan sudah beristri. Menjadi kecewa. Karena dari awal pertemuan ia Merasa bahagia, ada rekan bisnisnya yang ganteng dan pantas untuk jadi pendampingnya.

"Oh.. Jadi Pak Abiyan sudah beristri. Kok kami tidak di undang.? " Tanya Pak Johan yang di sampingnya.

"Hm.. Ini.. Kita nikah secara agama saja baru. Belum di resmikan. Bulan depan rencana pestanya. Nanti saya undang ya." Jawab Abiyan asal.

"Wah jadi ceritanya pengantin baru toh. Oh kenapa Pak Hendra mengutus anaknya yang masih pengantin baru ya.." Tanya Pak Yahya menimpali.

"Bukan Apa-apa. Ini karena papa juga sedang sibuk sekali. Lagian kan saya juga sering juga mewakili beliau. Oh ya. Sepertinya kita langsung makan ya. Ini sudah terhidang semua." Ucap Abiyan mengalihkan pembicaraan.

Sedangkan Melisa masih penasaran. Apakah benar Abiyan sudah beristri.  Ia menoleh ke arah jari tangan Abiyan ada terlihat sebuah cincin di jarinya. Hati Melisa kecewa. Namun ia masih belum sepenuhnya yakin.

"Siapa gadis yang beruntung mendapatkan Pak Abiyan yang perfek ini.? " Tanya Melisa yang masih penasaran.

"Buk Melisa terlalu berlebihan memuji. Bukan istri saya yang beruntung. Tapi saya yang malah beruntung dapat istri." Jawab Abiyan merendah.

Itu malah makin membuat Melisa tidak tenang. Ia makin penasaran. Ingin melihat seperti apa gadis itu. Dia saat ia mencuri pandang pada Abiyan. Ada pesan masuk di hpnya. Itu membuat layar HP Abiyan bercahaya. Dan di layar kunci terlihat foto seorang gadis yang sedang tersenyum. Tapi tidak melihat ke arah layar.

"Hm. Cantik. Aku makin penasaran. Bagaimana dia. " Ucap Melisa tampa sadar.

"Apa maksud anda buk Meliisa. Tanya Pak Yahya yang di sebelahnya.

"Oh.ini saya penasaran rasanya. Siput ini bikin  saya ketagihan. " Jawabnya. Karena kebetulan ia lagi memakan siput kerang yang besar.

"Oh.. " Jawab Pak Yahya paham.  Ia pun melanjutkan makannya.

Sementara Abiyan yang mendapat pesan masuk segera  melihat dan membalasnya. Karena ada pesan masuk dari mamanya. Yang setuju dengan permintaannya. Akan menahan Cahaya untuk tidur di rumahnya. Selama Abiyan tidak di rumah.

Abiyan tersenyum. Dan di lihat oleh Pak Johan. " Wah happy sekali Pak Abiyan. Berbeda dengan beberapa menit yang lalu." Tanya Pak Johan penuh selidik.

"Yah biasalah Pak. Pengantin baru. Kalau pasangannya ngambek. Pasti uring-uringan. Tapi kalau di manja. Pasangan itu seakan memiliki dunia sendiri." Jawab Pak Yahya.

Abiyan hanya melihat sekilas kearah Pak Yahya dan Pak Johan yang sedang menyindirnya.

"Kayak Bapak nggak pernah mengalami saja." Di jawab canda oleh Abiyan. Hingga Pak Johan dan Pak Yahya tertawa. Lain hal dengan Melisa dia kesal sendiri.

Cahaya yang duduk di kantin sedang menikmati makannya pun mendapat pesan dari Velisha camer (calon mertua).

"Sayang.mama nanti jemput kamu ya. Mama kangen. Kita ke butik ya. Temani mama kesepian. Papa sama Abiyan nggak di rumah." Pesan Velisha panjang lebar.

"Ya ma.aku tunggu." Jawab Cahaya singkat.

Sementara Gibran dari tadi melihat Cahaya penasaran. Kenapa wajah Cahaya kayak  ada beban gitu.

"Ca. Kamu kenapa. Kayak nggak semangat gitu. Oh ya kamu nggak punya teman gitu di sini.? " Tanya nya penuh selidik karena ia tahu. Cahaya memang orangnya ceria. Tapi dia nggak suka banyak yang terlalu dekat dengannya.

"Ada. Dia lagi sakit. Namanya Tasya. Si Kacamata. Ha.. Ha.. " Jawab Cahaya.

Karena ia ingat dengan Tasya yang sakit.  kemaren kebanyakan makan sambal. Kirain saos biasa saja. Eh.. Ternyata saos sambal setan. Hingga bikin Tasya mencret. Dan tidak masuk kuliah hari ini.

"Oh. Kamu nggak berubah ya Ca. BTW tamat SMA kamu kan langsung pindah. Terus kita nggak pernah ketemuan lagi. Kamu ingat nggak saat kita mandi rame-rame di sungai. Sampai waktu itu ada air besar. Hingga kita terbirit-birit naik  dan ketakutan. Semenjak itu. Kita nggak berani mandi sampai ketengah. Ha.. Ha.. " Ucap Gibran bernostalgia.

Cahaya mengingat kejadian itu. Oh.. Jadi dia Gigi yang kami tertawakan dulu. Tapi sekarang dia nggak keliatan tuh giginya yang biasanya agak keluar sedikit.

"Maaf aku Gib. Aku nggak tau kamu. Karena kamu berubah." Jawab Cahaya apa adanya.

"Tenang aja. Aku nggak apa. Aku pakai behel selama di SMA. Karena atas saran teman ku juga. Makanya jadilah seganteng ini." Jawab Gibran PD. Namun hanya ditanggapi senyum saja sama Cahaya.

"Ca. Nanti kita pulang bareng yok." Ajak Gibran memohon.

"Maaf ya Gib.  Saya ada yang jemput. Oh ya seperti udah mau masuk. Kita masuk lagi yuk. Takut keduluan dosen lagi kayak tadi." Jawabnya cepat. Takut nanti Gibran tanya lagi.

Gibran mengangguk menyetujui. Karena ia tak mungkin memaksa. Karena masih ada waktu yang panjang.

Mereka pun melanjutkan kuliah sampai dua jam kemudian kuliah habis. Dosen pun keluar bertepatan ada pesan masuk di HP Cahaya.

"Sayang.. Mama ada di luar. " Pesan Velisha. Yang membuat Cahaya kaget. Ia langsung berlari keluar kelas

Gibran yang melihat juga ikut lari. Penasaran siapa yang menjemput Cahaya.  Sampai di depan gerbang ada seorang wanita cantik memeluk Cahaya. Dan mengajak Cahaya masuk ke mobil Alphard merah.

"Wah. Siapa wanita itu tajir.. Mobilnya saja Alphard. Pantas saja Cahaya menolak ajakan ku pulang. " Ucap Gibran melemas.

"Gimana kuliahnya hari ini nak. Apa kamu baik-baik saja di tinggal Abiyan.? " Tanya Velisha menyelidik.

"Baik ma. " Jawab Cahaya pendek.

"Kenapa. Kok keliatan nggak senang gitu. Marah ya sama mama yang pengen jemput." Tanya Velisha penuh selidik. Takut kalau dugaan Abiyan benar. Karena ia juga melihat cowok tadi yang juga berlari mengejar di belakang menantunya.

"Hm. Nggak ko ma. Cuman kesal aja sama Mas Abiyan. Dia marah-marah nggak jelas saja tadi. Aku kan nggak salah ma." Jawab Cahaya mengadu.

"Oh.. Mungkin Abiyan nya takut kehilanganmu sayang. Diakan sayang banget padamu. Dan tak ingin ada lelaki lain berada di sampingmu." Jawab Velisha membela.

Cahaya melihat Velisha dengan kening berkerut. "Hm kok mama tahu. Apa Mas Abiyan tadi cerita. Makanya mama dadakan menjemput ku.? " Tanya Cahaya curiga.

"Hm... Gimana ya. Kalau masalah yang pertama tadi sih ia. Tapi kalau jemput ini. Mama yang pengen. Karena memang mama kesepian. Lagian mama sudah bilang sama bundamu. Kalau beberapa hari ini. Kamu tidur temani mama. " Jawab Velisha mengagetkan.

"Tapi.. Aku lagi ada tugas ma. Sementara buku dan tugas ku ada di rumah." Jawab Cahaya menolak secara halus.

"Gampang. Nanti biar di jemput sama sopir. Kamu telpon saja bunda. Biar nanti di paket kan. " Ucap Velisha tak ingin penolakan.

Cahaya tersenyum kecut. "Mama sama anak. Sama egois. Mau menang sendiri" Ucapnya dalam hati.

"Maaf. Bukan maksud mama memaksa. Tapi mama memang pengen kamu ada  dekat mama. Sebab nanti malam mama ada acara di rumah teman. Jadi mama malas pergi sendirian. Makanya kita ke butik sekarang. Untuk milih baju yang akan kita pakai. Nah sementara itu. Biar Pak Joko yang jemput perlengkapan kuliah mu. Ok. Ini karena waktunya mepet sayang.... Ya.. " Pinta Velisha yang dimengerti Cahaya.

Ia pikir. Tadinya mama Velisha memaksanya karena perintah Abiyan. Tapi karena ada hal lain yang bersangkutan dengan mama calon mertuanya.

"Ya ma. Aku kirim pesan dulu sama bunda. " Yang di anggukan  Velisha.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!