Fakta

Begitulah. Velisha selalu menanyakan Abiyan kapan punya istri setidaknya punya pacar, karena anaknya sudah berumur 30 tahun. Laki-laki yang matang untuk suatu pernikahan.Velisha sering kesepian ditinggal sendiri. Kadang ia ikut suaminya. Namun ia bosan kalau tempat yang dituju itu-itu saja.

Diperjalanan pulang Abiyan fokus memabawa mobil mengantar mamanya. " Ma.. Mama serius tidak ingat plat motornya, setidaknya warnanya." Tanya Abiyan serius.

" Ih kamu kenapa ya nak, mama kan sudah bilang dari tadi. Mama nggak ingat, kan suasananya tiba-tiba masih pagi lagi. Tapi mama yang ingat dia itu cewek cantik. Tapi lebih cantik Arisha sih mama kok jadi kangen ketemu dia ya.? " "Tanya Velisha spontan.

" Ma... Jangan aneh-aneh deh. Masak kangen sama anak orang yang baru pertama kali bertemu. Sama anak sendiri di cuekin.! " Kesal Abiyan.

" Ih.. Anak mama setiap hari ketemu, bawelnya.. Jadi mama jadi bosan malah.. " Ungkap Velisha cecengesan.

Abiyan geleng-geleng kepala dengan sikap mamanya yang masih sering manja, bukan hanya pada papanya saja. Mamanya juga sering manja padanya, mungkin karena Mama sering sendiri, Makanya manja kalau pas ketemu.

" Ma.. Kalau Mama mau, minggu depan. Kita rencana ada amal bakhti ke panti asuhan. Kalau Mama mau ikut nggak apa-apa, biar Mama punya kegiatan. Jadi Donatur mungkin." Saran Abiyan.

" Wah.. Bagus itu. Mama mau. Mama bosan dengan teman-teman Mama yang sok kaya, sok cantik itu. Nggak natural.! " Kesal Mamanya.

Emang benar sih, teman Velisha itu bermulut manis. Dari dulu Velisha suka apa adanya saja.blak-blakan. Makanya Papanya cinta mati.

" Emang Mama masih berhubungan dengan mereka? " Tanya Abiyan

" Yah mau gimana, tapi paling hanya yang satu bulan aja, dianggap  sombong pula nanti, Mama bilang aja. Kalau Mama sering ikut Papa. Bosan dengar cerita mereka. Harta melulu." Cerita Velisha kesal.

" Ya udah, ikut kami saja. Biar hidup Mama berwarna." Abiyan menghibur Mamanya yang sudah jengkel dengan teman sosialita nya.

Sementara Cahaya dan teman barunya Ghina semakin akrab. Padahal mereka pertama bertemu. Begitulah Cahaya. Dia mudah sekali berteman, mungkin karena ia sering terjun di bakhti sosial.

Abiyan kembali ke kampus, karena kegiatan hari ini belum selesai.

" Oh ya adik-adik semua.  Diingatkan lagi ya. Besok tidak ada lagi yang telat. Ingat ini masa pengenalan diri kalian, dengan kampus, lingkungan baru kalian. Jadi harus disiplin." Ucap seseorang yang Cahaya kenal.

" Ia kak..." Jawab semuanya serentak.

" Sepertinya aku pernah bertemu dan tak asing lagi dengan pria yang bicara tadi, siapa ya? " Tanya Cahaya dalam hati.

" Hai kamu yang terlambat tadi, sini.! " Ucap seseorang yang membuyarkan lamunannya.

"Cahaya kamu di panggil tuh.! " Ghina di sebelahnya menyikut lengannya. Dia baru sadar kalau ia yang di panggil.

" Oh ya yang lain boleh bubar, kembali besok tepat waktu." Ucap kakak ketua tegas.

Sampai kampus. Ia menemui ketua Ospek Karena ia merasa tanggung jawab dengan tugasnya sebagai Pembina.

Cahaya yang di panggil pun maju ke depan menemui ketua. Namun di sampingnya ada dosen yang memarahinya tadi.

" Saya harap. Besok kamu tidak boleh lagi terlambat, dan jangan suka membantah." Abiyan kesal dengan Cahaya yang menurutnya suka membantah.

Laki-laki yang memberikan pengumuman tadi melihat gadis yang dimarahi Dosen nya sekaligus sepupunya.

"Cahaya...! " Ucap Adelio terkejut.

"Kak Lio.. Pantas saja tadi tak asing lagi suara kakak, gimana kabarnya Kak? " Tanya Cahaya yang antusias dengan Lio dan tidak ingat dengan Dosen yang di depannya..

"Baik. Kamu ambil jurusa apa, kamu pasti dapat beasiswa lagi masuk sini kan? " Tanya Lio semangat.

Karena ia tidak meragukan kemampuan Cahaya di waktu SMA dulu. Lio sangat kenal dengan Cahaya, selain dia gadis pintar, yang selalu dapat peringkat satu di tahunnya. Ia juga baik hati dan suka membantu, dan mereka juga sama kegiatannya..

Karena pengalaman itulah, Lio menyarankan untuk membuat acara bakhti sosial ke sebuah  panti yang sering mereka kunjungi semasa SMA.

"Hei.. . Kakak bisa aja. Kan cuma itu jalan satu-satunya aku bisa kuliah kak. Kakak kan tahu itu dari dulu." Ucap Cahaya merendah.

Abiyan yang mendengar percakapan mereka yang begitu akrab membuat Abiyan kesal. Dia di cuekin. Padahal ia kan tadi mau menegur Gadis yang telat dan tak disiplin. Karena kesal Abiyan teringat dengan nama yang di sebut Mamanya..

"Apakah ia gadis yang di cerita kan Mama." Gumamnya.

Abiyan mencoba menelpon nomor yang tak dikenaknya tadi. "Kalau benar ia. Pasti nomor ini dari dia." Bisiknya dalam hati. Satu kali tidak ada reaksi. Sampai tiga kali. Tetap tidak ada reaksi. Abiyan kesal sendiri.Akhirnya ia berlalu dari hadapan mereka dari pada jadi nyamuk.

" Oh ya. Kamu pulang sendiri Ca.? " Tanya Lio serius.

"Ya biasa kak." Jawab Cahaya santai.

"Kalau begitu aku antar pulang ya, tapi kakak kumpul dulu dengan teman-teman. Tunggu ya." Harap Lio.

'Ah nggak usah kak, ntar pikiran kakak nggak fokus. Nanti kena marah tuh sama Dosen kakak yang songong itu." Tunjuk Cahaya dengan mulutnya pada Abiyan yang belum terlalu jauh dari mereka.

Abiyan yang mendengarnya, ia yang di omongin berubah balik badan. " Apa yang kamu bilang? Songong? Di sini kamu itu memang salah, apa ada teman kamu yang telat setelah kamu?.  Jadi jangan asal ngomong saja, katain orang songong. Awas kalau besok kamu masih telat. Saya beri hukuman yang lebih dari tadi." Abiyan kesal dan berlalu begitu saja setelah ngomelin Cahaya. Lio dan Cahaya yang mendengar Omelan Abiyan melongo. Namun Cahaya tidak peduli.

" Ya udah kak. Aku pulang dulu kak..Bay.. " Cahaya tidak menggubris panggilan Lio lagi. Ia terus berlari kecil ke halte di depan kampus.

" Hai kamu cewek centil. Kamu jangan coba-coba gangguin cowok gue ya.! " Hardik seseorang yang diatas mobil sport depan halte.

"Cowok. Maaf saya nggak kenal." Jawab Cahaya cuek.

"Itu.. Kamu nggak boleh dekatin Pak Abiyan.. Dia kekasih saya." Ucap seorang gadis cantik yang sedang duduk di depan kemudi.

"Oh.. Dosen songong itu. Ambil aja. Saya nggak sudi tuh dengan cowok kayak gitu, kellhatan memang cocok." Ucap Cahaya berlalu naik ke angkot yang berhenti di depannya.

"Sial.. Awas ya... Gadis kere.. " Rutuk Gadis yang bernama Arabela.

"Udah Bel. Tadi kan ia bilang.. Nggak suka. Berarti kamu masih aman." Ucap gadis yang di sampingnya.

"Aman. Gimana kalau ia ganggu gebetan lu Lio itu, apa kamu bilang aman.? " Sinis Bela kesal.

"Ya nggak lah. Mana aku mau, aku kan idolahnya sejak masuk kuliah ini." Ucap Febi teman Bela.

Di kampus Abiyan masih kesal dengan sikap Mahasiswa yang baru pertama kali dilihatnya, tapi sudah buat ia jengkel.

"Pak Dosen. Kok wajahnya di tekuk begitu, bagaimana keadaan tante, Katanya tadi di serempet motor.? " Tanya Lio.

"Oh Allhamdulilah baik, mama cuman lecet sedikit di siku dan lututnya. Dan sudah kembali ke rumah. Oh ya kok kamu keliatan akrab sekali dengan cewek resek tadi.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Apakah kakak penasaran karena suka. Atau karena kesal.? " Tanya Lio menggoda.

"Ih siapa yang penasaran. Nggak penting. Sudah kita lanjutin persiapan besok. Tuh Bela dan Febi kemana? Kan sudah bilang kemaren setiap selesai acara kita kumpul untuk persiapan besok." Ucap Abiyan makin kesal.

"Kangen ya sama saya Pak." Tanya seseorang di balik pintu.

Abiyan melihat sejenak dan kembali berpaling tidak menanggapi omongan Bela. Setiap hari Bela selalu tebar pesona, namun Abiyan cuek saja. Bahkan ia merasa jengah bila di dekatnya.

Bela yang selalu ingin mepet terus. Membuat panitia Ospek hanya tersenyum diam, takut kena semprot sang Dosen yang lagi nggak mut.

" Karena sudah lengkap. Baiknya kita lanjutkan brifing kita hari ini, ceritakan keluhan yang kalian temui selama perjalanan ospek hari ini. karena besok ada kegiatan yang lebih seru. Oh ya sesuai rencana kita selesai Ospek jumat depan. Sabtunya kita lanjut ke panti dan  lanjut kemping sehari acara penutupan yang diadakan di desa dekat panti tersebut. Oh ya Lio. Kamu yakin kita tidak perlu lihat lokasi sebelum acaranya. Biar nggak kecewa.? " Tanya Abiyan serius.

" Kalau menurut saya sih nggak perlu. Karena panti itu setiap tahun kami kunjungi waktu  SMA dulu. Begitu juga lapangan nya sering kami gunakan untuk kemping,  dekat  lapangan itu ada sawah, sungai. Jadi aman lah." Jawab Lio serius.

"Apa.? Sawah. Sungai... Iii pasti becek dan banyak binatang licin itu.. Aku nggak setuju." Sanggah Bela.

"Begini, siapa saja yang tidak setuju. Angkat tangan. Karena saya tidak mau keputusan ini hanya saya dan Lio saja." Ucap Abiyan tegas.

Semua panitia setuju. Kecuali Bela dan Febi. Tapi akhirnya mereka berdua terpaksa setuju. Walau nggak suka dan jijik.

"Jadi jelas ya, suara terbanyak itu yang kita ambil. Oh ya dalam kegiatan ini nyokap saya ikut. Untuk kegiatan amal anak panti, jika ada diantara orang tuanya yang ikut amal. Boleh juga. Tapi daftarkan dulu ya. Agar nanti tidak ada kekurangan makanan kita nanti." Ucap Abiyan  wibawa.

"Wah kalau mamanya pujaanku ikut, gue bujuk mami dong ikut! Biar dekat dengan mamanya bebebku." Bisik Bela pada Febi.

"Kalau begitu. Gue bilang mama juga deh, biar ada teman gitu mami lu. " Bisikan Febi balik.

"Eh kalian berdua. Kebiasaan.! Orang lagi bicara cengengesan. Ganggu saja.! " Hardik Abiyan yang tak Terima.

"Maaf Bapak Dosen pangeran pujaan ku" Bela merayu Abiyan dengan mesranya.

Teman-teman yang lain tertawa melihat wajah Abiyan yang memerah. "Kamu. jika untuk mengganggu saya, baiknya besok kamu berhenti saja jadi panitia. Saya tak butuh kamu yang manja itu." Hardik  Abiyan yang juga menghentikan tawa temanya.

Bela merasa terhina di perlakukan  begitu. Ia berdiri dan pergi tanpa permisi. Yang juga dikuti Febi.

"Mulai hari ini, Biar kan saja mereka berdua. Hadir atau tidak, tidak akan berpengaruh pada keputusan kita nanti. Saya tidak suka kehadirannya,  Jika mereka berdua benar berhenti, kita gant, hanya akan mengganggu suasana saja. Lagian kalian tau kan, mereka berdua tidak setuju dengan kegiatan akhir kita. Untuk apa bawa orang tak guna. " Ucap Abiyan menutup pertemuan. Akhirnya mereka pun bubar.

"Hai bro. Jangan beitu kasar dengan cewek. Nanti malah cinta! " Ledek Lio. Lio adalah sepupu Abiyan.

"Siapa yang suka dengan gadis manja yang arogan itu." Jawab Abiyan cuek.

Adelio sangat kenal dengan sikap sepupunya yang cuek dan dingin dengan cewek. Dulu kabarnya Abiyan pernah jatuh cinta semasa SMA dengan seorang gadis. Tapi berakhir di selingkuhi karena alasan Abiyan jarang apelin dia.

Semenjak itulah, dia anti dengan dengan cewek. Dan tidak suka dengan cewek manja.

"Kalau gadis  yang tadi gimana? " Pancing Lio menggoda.

"Cahaya yang cerewet  itu? " Ucap Abiyan spontan.

"Nah. Baru pertama bertemu saja, Kakak sudah ingat namanya, Jangan-jangan kakak sepupu ku ini, akhirnya luluh juga benteng es nya." Ledek Lio.

Dia sebenarnya kurang setuju jika Abiyan dekat dengan Cahaya karena dari dulu Lio suka dengannya. Namun Cahaya tidak pernah mau dan di larang pacaran. Itu alasannya saat di tolak dulu.

"Kalau suka dia, baiknya langsung nikahin. Dia tuh nggak mau pacaran, dosa katanya."Lio menjelaskan.

"Maksudmu? Berati kamu pernah nembak dia. Dan dia nolak?.. Ha... Ha... Aku nggak ngira. Ternyta cowok leboy kayak lu di tolak cewek. " Abiyan menertawai sepupu nya.

"Yah! Seperti aku bilang tadi, Cahaya nggak pernah pacaran. Orangtua nya religius. Walau kehidupan mereka sederhana  namun orangnya taat. Dan selalu peka dengan kehidupan orang lain." Cerita Lio.

"Sepertinya saudara ku ini banyak tau tentang tuh cewek. Kenapa nggak lu pinang aja langsung.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Cahaya bukan gadis gampangan. Dia itu hidup sederhana, dia gigih dan tidak mau mengurus hal- hal berbau cinta. Aku mengenal panti dan lingkungan desanya karena dia. Dia banyak cerita tentang sejarah panti, yang dulunya di awali oleh neneknya sendiri. Nenek Cahaya tuh orang kaya. Tapi karena ke egoan dan serakah sang pamannya, panti itu di jual setelah neneknya meninggal semua sawah dan harta nya di gadaikan. Karena pamannya seorang pemabuk." Cerita Lio panjang lebar.

"Semenjak itulah. Ayah bundanya tinggal di kota A. Karena tak ingin melihat peninggalan orang tuanya yang telah habis. Ayahnya sebagai buruh di sebuah Showroom. Dan bundanya sebagai guru honor di sebuah yayasan. Milik panti yang sekarang di minta untuk mengurusnya. Di rumah milik TK itulah mereka tinggal. Namun Cahaya kabarnya ngekos dekat kampus ini. Ia selalu membanggakan orang tuanya, dan selalu dapat rengking satu dan berprestasi dapat beasiswa." Lanjut Lio.

Abiyan terkesan mendengar cerita saudaranya itu. " Hm. gadis spesial." Ucapnya dalam hati.

"Gimana bro tertarik nggak? " Tanya Lio mengedipkan matanya.

"Kamu sudah banyak kenal dia, kenapa nggak kamu dekatin dia lagi.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Kakak  bilang aku nggak coba? Sering...! Bahkan tadi aku tawarin antar pulang. Masih menolak dengan caranya yang halus!  sepertinya aku bukan tipe dia. Mana tau Kakak: itu tipenya dia. Aku bahagia kalau ia jadi ipar gue. Daripada di embat orang lain, aku tak rela. " Harap Lio.

Abiyan termangu mendengar cerita dan ungkapan perasaan saudara nya. Selama ini Lio nggak pernah kecewa dengan cewek. Karena ia sering ganti-ganti cewek. Beda dengannya tidak pernah mau pacaran setelah di khianati dulu..

# jangan lupa laki dan komentarnya. Terimakasih telah tinggalkan jejak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!