Tebakan

Sampai sore, tenda pun selesai di dirikan. Mereka pun mandi dan bersiap-siap. Karena malamnya akan di adakan api unggun.

Saat malam tiba, suasana lapangan jadi ramai. Anak -anak dan juga pemuda setempat ikut bergabung. Semuanya sangat bahagia. Hanya Arabela and the geng yang kurang suka.

"Jadi gagal deh. Aku kan rencana nembak pak dosen ku yang ganteng disaat permainan nanti. Tapi malah kacau oleh anak-anak kampung itu." Ucap Arabela kesal.

"Iya.kurang asik jadinya. Kirain acara kita akan romantis." Sambung Febi sebel.

Acara yang di pandu Lio berlangsung heboh. Hingga permainan tebak suara. Berlangsung meriah. Satu orang memakai tutup mata. Kemudian di putar beberapa kali. Dan suruh menebak orang yang di kenalnya melalui suaranya.

Hampir semua dapat giliran, hingga sampai pada Abiyan. Semua orang bersorak agar dosen itu ikut dalam permainan.. Awalnya Abiyan  tidak mau menutup matanya. Karena ia nggak suka dengan permainan ini. Lagian ia tidak tahu suara wanita mana yang akan ia tebak. Namun karena desakan semua mahasiswa. Akhirnya ia pasrah untuk menutup matanya.

Lio membantu menutup matanya dengan saputangan. Kemudian memutar tubuh Abiyan beberapa kali. Hingga Abiyan agak sedikit sempoyongan.

Semuanya bernyanyi kemesraan yang di pandu oleh Lio. Mereka bernyanyi diiringi gitar yang di mainkan teman lain.

Abiyan mendengar lamat suara orang yang di kenalnya. Suaranya begitu syahdu di telinga Abiyan. Ia memejamkan matanya. Berjalan lambat menuju arah suara yang ia kenal.

Ia berhenti tepat di depan Arabela. Arabela merasa geer karena Abiyan akan memilihnya. Abiyan berhenti sejenak. Karena suara yang di dengarnya makin jauh.

Dia memutar arah dan melangkah. Pas di belakangnya Abiyan mendengar suara yang begitu merdu diiringi gitar." Nah ini dia." Gumamnya.

Ia langsung duduk di depan suara itu. Dan menebaknya. " Cahaya..! " Ucapnya lantang menunjuk arah ke depannya.

Suara tepuk tangan menggema malam itu. "Waw.... Tebak kan yang jitu bos....!" Ucap Lio menepuk punggung Abiyan.

Abiyan membuka matanya. Di depannya duduk Cahaya yang sudah kaku, karena grogi. Cahaya pura-pura melihat anak yang di sampingnya. Kebetulan di dekatnya ada anak panti yang masih berumur 7 tahun.

"Ternyata  Bapak Dosen kita  ini hebat mengenal  suara seseorang. Padahal dari tadi tak satu pun yang bisa nebak suara." Ucap salah seorang mahasiswa baru seangkatan Cahaya.

"Berarti,  Pak Dosen kita  dekat dong, karena sudah hapal.." Jawab temannya lain. Hingga kuping Arabela memanas.

"Kalian ini apaan sih. Masa suara kampungan gitu aja bangga." Kesel Arabela.

" Hu........ " Semua bersorak heboh. Meneriaki Arabela.

Cahaya  mengambil kesempatan untuk kabur dari sana, di saat temannya sibuk mengolok Arabella. Ia sudah nggak mau lagi melihat wajah teman-teman yang memandangnya aneh.

Cahaya lari ke tepi sungai. Ia duduk di pinggiran sambil melempar batu kecil ke dalam sungai.

"Kenapa memilih aku. Kan banyak gadis lain. Apalagi tuh ada Arabela gadis super itu. Kan tunangannya." Kesal Arisha menggerutu sendiri.

Ia tidak tau kalau Abiyan mengikutinya dan duduk di sampingnya." Hanya suara mu yang bisa aku tebak. Mau gimana, apa aku salah? Tanya Abiyan pada gadis di sampingnya..

Cahaya menoleh dan kaget, orang yang di benci malah ada di sampingnya. Dia rencana akan bangkit namun kata-kata Abiyan membuat Cahaya terduduk dan melihatnya.

"Sebegitu benci dirimu pada ku. Emang aku pernah salah telah mengatakan hal yang tidak baik di awal pertemuan kita. Namun itu semua karena peraturan yang berlaku. Aku cuman menjalankan." Dia menjelaskan dengan suara sedikit serak.

"Maksud Bapak apa sih, Saya melanggar peraturan yang begitu berat gitu?. Hingga Bapak melontarkan kata-kata kasar. Saya memang salah, tapi ini semua kan tidak terduga. Toh saya telat juga tolongin  orang tua bapak" Jawabnya emosi.

"Ya.. Aku tahu , Mama yang cerita setelah Mama sampai di rumah. Maaf jika kata-kata ku telah menyakitimu. Beri aku kesempatan." Ucapnya lirih.

"Kesempatan. Untuk apa? Bapak kan sudah bertunangan. Nanti tunangan Bapak marah pada saya. Baiknya Bapak pergi atau saya yang akan pergi...! " Ancamnya.

"Tunangan? Aku belum bertunangan. punya pacar aja tidak apalagi tunangan.!" Jawab Abiyan aneh. Abiyan bangkit dari duduknya. Ia tahu gadis itu emosi

"Jika itu bisa memaafkan. Aku pergi., dan baiknya kamu istirahat, hari sudah malam."  Abiyan pergi meninggalkan gadis  yang telah mengacaukan tidurnya beberapa hari ini.

Cahaya mendengus kesal. Ia semakin kesal dengar jawaban Abiyan. Entah kenapa.. Ia selalu ilfil bila bertemu dengannya.

"Kok aneh. tapi kan.. Ah. peduli amat ." Cahaya pun bangkit ia ingin menikmati suasana.

Acara pun telah selesai. Setelah Abiyan menebak suara  Cahaya tadi.Anak-anak sudah di antar para pemuda. Dan yang lainnya pun mulai memasuki tendanya.

Cahaya masih di tepi sungai. Ia berjalan-jalan di pinggir sungai.

" Ca. Kamu kenapa.? Kok galau gitu.? " Tanya Lio yang baru datang. Karena ia melihat seseorang berjalan di tepi sungai seorang diri. Ternyata Cahaya, makanya ia mendekati gadis itu.

" Oh kak Lio nggak apa-apa. Aku cuman kangen aja suasana sini." Jawabnya berkilah.

" Cahaya..... Aku kenal kamu bukan sehari, seperti Kak Abiyan. Aku sudah kenal kamu tuh sudah bertahun. Kamu tuh tak bisa bohong" Ejek Lio padanya.

" Apaan sih kak. Aku kan memang sudah lama tidak kesini, wajar dong aku kangen." Jawabnya.

Ia terus berjalan sambil sekali melempar batu kecil ke sungai. Lio pun mengikutinya. Takut nanti gadis tersebut ke napa- naoa. Karana hari sudah malam.

"Cahaya. Aku mau tanya, menurutmu. Gimana pandanganmu terhadap  Kak  Abiyan.".

"Maksud kakak nanya ini apa?  Lagian kenapa kakak manggil pak Abiyan kakak? " Tanya  balik.

"Bukan apa-apa. Yah aku lihat hubungan kalian tuh aneh. Yang satu berusaha menghindar. Yang satu malah makin genjot mendekati. Kalau masalah hubungan, kita sepupu" Ucap Lio tenang.

"Oh.." Cahaya  menjawab cuek.

"Kok oh... Segitu bencinya dirimu. Tapi Ca Benci dan Cinta itu berbanding tipis. Aku yakin. Kalian tuh sebenarnya cocok dan saling membutuhkan." Lio tertawa.

"Gila.. Siapa juga yang cocok dengannya.. "

"Udah.. masuk tenda lagi. kan di sini aku bertanggung jawab buat peserta. sana masuk tenda.nggak baik gadis keluar malam-malam." Lio pun mendahului Cahaya yang ia tahu. pasti Cahaya ngomel.

Cahaya mendengus kesal. Kehadiran Lio malah membuat ia makin kesal. Namun di balik tenda, Abiyan selalu memperhatikan Cahaya dari balik tendanya. hingga ia melihat Lio mendekati gadis tersebut.

" Aku sudah berusaha bro. Jika benar lu suka. dekatin terus. Tapi gue rasa, sepertinya nyokap lu intinya." Lio memberikan saran pada Abiyan setelah mereka duduk berdekatan.

Abiyan diam. Dia mengambil gitar dan beranjak ke balai-balai menyanyikan lagu kemesraan yang di nyanyikan bersama di acara penutup tadi. Sehingga ia dapat mengenal suara Cahaya  walau tidak melihatnya.

Mendengar suara gitar dan Abiyan yang sedang bernyanyi malah menimbulkan keramaian  terutama yang laki-laki.

Mereka malah begadang sepanjang malam.

Dan Cahaya telah kembali ke tendanya dan tidur. Setelah mendengar Abiyan bernyanyi. Ia tidak mau lagi mendekati. takut nanti Teman-teman nya salah paham lagi.

Mereka bertepuk tangan setelah Abiyan bernyanyi. " Wah. Nggak nyangka suara Bapak kita ini merdu juga. Apalagi pandai main gitar lagi. Keren..! " Ucap seseorang mahasiswa seangkatan Cahaya. Karena seangkatan Lio sudah banyak yang tahu.

"Lagi Pak..." Pinta teman-teman Cahaya. Abiyan yang memang sedang melo pun mengikuti maunya mahasiswanya.

Ia lanjut menyanyi kan lagu Armada. Di mabuk Cinta. Sorak sorai membuat suasana jadi heboh. Yang awalnya suara katak dan jangkrik yang kedengaran, hilang ditelan suara mereka.

Cahaya merebahkan dirinya, walau teman se tendanya pada keluar melihat Pak Abiyan main gitar. Ia lebih baik tidur.

"Asik....... Asik. Sampai pagi." Sorak mereka. Abiyan akhirnya berhenti, Dia pun menyerah kan gitar ke Lio.

" Lanjutkan bro. Aku kebelet ya." Ucap Abiyan bangkit dari duduknya.

" Ya..... Kok pergi pak. Kan belum selesai." Tanya anak yang lain kecewa.

" Maaf kebelet nih." Ucapnya. Abiyan pura-pura menahan pipis. Ia berlari ke tepi sungai. Benar tidak ada lagi Cahaya di sana. Apakah gadis itu sudah masuk tenda? " Pikirnya. Ia agak sedikit khawatir.

Dari jauh ia melihat Ghina gadis yang satu tenda dengan Cahaya.

" Oh ya kamu Ghina kan. teman satu tenda sama Cahaya?. Maaf apa Cahaya sudah masuk tenda? Tolong ya. Ada yang mau di tanyakan." Ucap Abiyan agar Ghina tidak curiga.

" Oh saya lihat dulu ya. Pak"  Yang di sertai anggukan Abiyan, Ghina berjalan menuju tendanya.

"Cahaya. Kamu ada di dalam...? " Tanya Ghina masuk tenda.

Cahaya pura-pura mendengkur. Agar Ghina tidak membangunkannya. Melihat Cahaya sudah tidur. Ia pun tak tega. Dan kembali ke tempat Abiyan.

"Maaf Pak. Cahayanya sudah tidur. Apa begitu penting pak. Kalau ia saya bangunkan." Tanya Ghina sungkan.

"Oh. Jika sudah tidur. Biar besok aja. Kasihan. Sekarang kamu tidurlah. Biar besok saya saja yang langsung menemuinya." Abiyan memberikan perintah pada Ghina. Ghina pun mengangguk dan meninggalkan Abiyan.

Pagi subuh. Cahaya sudah bangun, ia ke sungai untuk mengambil wudhu. Hari sangat dingin. Biasa suasana perkampungan memang masih sejuk karena belum ada polusi udara. Udaranya masih segar dan sehat.

Cahaya rencana mengambil wudhu di tempat wanita. Karena tempatnya sudah di batasi dengan terpal agar tidak terlihat oleh laki-laki. Jika mau mandi.

Sampai di tepi sungai. Cahaya mendengar suara air yang bergerak deras. Seolah ada seseorang yang sedang berenang. Ia menoleh ke arah suara.

Cahaya terpana. Ternyata Abiyan berenang sepagi itu. Air sungai pagi ini kan dingin.

" Ih.. Gila tuh Bapak. Ngapain sepagi ini ia berenang. Nggak dingin." Lirih Cahaya dan terus melangkah ke tempat wudhu.

Abiyan melihat ada bayangan orang, ia pun menoleh." Oh Cahaya ngapain dia ke sini. Apa ia melihatku." Abiyan bermonolog sendiri.

Setelah berwudhu. Cahaya kembali ke tenda. Abiyan memanggilnya. Namun Cahaya pura-pura tidak mendengar kan.

" Cahaya.. "Teriak Abiyan. Namun Cahaya terus melanjutkan langkahnya.

Abiyan menendang air. Karena kesal dicuekin. Ia akhirnya keluar dari air. Setelah keluar baru ia merasakan dingin. Tadi saat mandi ia tidak merasakan apa-apa. Mungkin karena hatinya sedang kacau. Karena tidak bisa tidur.

Kehadiran Cahaya telah mengaduk-aduk hatinya. Ia bingung. Awalnya ia tak peduli dengan gadis yang sederhana itu, tapi mampu memporak porandakan jiwanya.

Setelah hari jam 10 pagi, semua tenda telah kembali di susun. Dan mereka pun sudah naik ke mobil. Sementara orang tua Cahaya pun telah pulang kemaren.

Akhirnya mereka pamit pada buk Khodijah  dan juga pengasuh lain yang di wakilkan Abiyan. Cahaya dan Lio.

" Oh ya buk Khodijah. Terimakasih telah menerima kehadiran kami. Moga ibuk tidak terganggu dengan kehadiran kami." Ucap Abiyan mewakili.

"Sama-sama nak Abiyan. Kami bahkan mengucapkan terimakasih banyak atas hadiah dan juga bantuan nak Abiyan dan teman-temannya, yang telah membuatkan tempat ini taman bermain yang keren." Ucap Buk Khodijah senang.

Abiyan tersenyum senang. " InsyaAllah beberapa hari lagi. Aku akan datang lagi buk Jika di izinkan. Tapi dengan grup lain. Bolehkan buk? " Tanya Abiyan sopan.

"Silakan nak. Pintu rumah ini selalu terbuka buat kalian." Jawab Buk Khodijah senang.

Mereka pun pamit pulang. Cahaya pun pamit dengan buk Khodijah, walaupun ia masih kangen dengan adik panti.

"Bu. Aku pamit ya. Dan juga adik-adik. Jaga ibu, jangan merepotkan ibu. Kasihan ibu sudah tua" Nasehat Cahaya pada adik pantinya.

"Ya kak. Kapan kakak ke sini lagi? " Tanya salah seorang adik panti yang masih berumur 7 tahun. Duduk dengannya semalam.

" Kakak cari waktu dulu ya. Tempat kuliah kakak cukup jauh dari sini. Jadi kakak tidak bisa sering ke sini" Ucap Cahaya.

Abiyan dan Lio yang masih menunggu, mendengarkan interaksi Cahaya dengan anak panti. Abiyan terpaku dengan gadis tersebut yang begitu lembut dan akrab. tapi dengannya selalu ketus.

Akhirnya mereka pulang namun ada yang kembali ke kampus, Karena kendaraan mereka ditinggal di sana.

Cahaya  pulang di antar Lio. Sebenarnya Lio sudah menawarkan pada Abiyan. Namun Abiyan tidak mau, takut nanti Cahaya malah menjauhkannya.

Namun begitu, ia akan membuntuti dari belakang  sampai  rumah Cahaya. Yang akhirnya di setujui Lio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!