Pertunangan

Yana terus bertanya pada Abiyan, agar tidak canggung di antara anak dan calon mantunya

Mendengar jawaban Abiyan yang buka usaha ketimbang meneruskan usaha papanya membaut Yolanda penasaran.

"Buka usaha sendiri. Karena emang suka nongkrong sih bund. Makanya terbesit ide buka ." Jawab Abiyan sungkan.

"Kenapa nggak kerja di perusahaan papa mu yang sudah maju? " Tanya Yolanda serius yang ikut  bergabung mendengar jawaban Abiyan.

"Nggak yah. Lebih senang buka usaha sendiri.. Aku lebih suka yang sifatnya bertualang... " Jawab Abiyan jujur.

Pembicaraan terputus, karena mereka sudah sampai di restoran AV. Miliknya.

Hendra dan Velisha sudah menunggu di depan pintu. Mereka pun bersalaman. saat semuanya sampai.

"Silahkan masuk bro. Mari jangan sungkan." Ucap Hendra yang mengejutkan semuanya.

"Makasih bro. Akhirnya kita ketemu lagi." Jawab Yolanda senang. Cahaya diam membisu melihat keakraban kedua keluarga.

Velisha mendekati calon mantunya setelah bersalaman dengan Yana. dan tersenyum lebar. " Yuk sayang.. Tante senang sekali kamu akhirnya datang." Ucap Velisha antusias. Velisha memperhatikan sikap Cahaya yang kurang suka dan tak nyaman.

"Makasih tan. Jadi ini Kafe yang tante bilang.? " Tanyanya  basa-basi.

"Iya. Kamu nggak suka tempatnya? " Tanya Velisha merubah topik, agar Cahaya merasa nyaman dan tidak canggung.

"Senang kok Tan. Adem.." Jawabnya apa adanya.

"Syukurlah. Mari duduk dekat tante ya." Velisha menggandeng tangan calon mantunya . Velisha bisa merasakan tangan Cahaya yang dingin.

Setelah semuanya duduk. Pesanan pun datang.. Para pelayan sibuk menghidangkan. Menu terbaik di kafe ini untuk bosnya.

"Ayok kita makan dulu. Nanti baru kita lanjutkan acaranya." Ucap Hendra.

"Acara apa Pak? " Tanya Cahaya berbisik pada  Abiyan yang duduk di sebelahnya. Abiyan menoleh ke sampingnya dan tersenyum.

"Aku juga nggak tahu. Ini semua rencana mereka." Jawab Abiyan lirih.

"Kalian ngapain bisik-bisik. Makan saja dulu, nanti kalian di beri kesempatan bicara." Ucap Velisha.. Semua nya tersenyum, kecuali Cahaya, Ia makin nggak nyaman..

Acara makan pun selesai, berdirilah salah seorang MC. Semua mata pun tertuju ke depan.  Karena restoran  AV juga ada Karoke.  Serta bisa buat acara resmi kecil-kecilan.

"Selamat datang buat semua tamu undangan semoga semua suka dengan hidangan yang :telah kami suguhkan. Dan kali ini kami persembahkan sebuah lagu nostalgia." MC itu membuka hiburannya.

Hendra membuka pembicaraan dengan santai."Lan. Aku pikir sebaiknya kamu urus saja tuh bengkel. Karena Abiyan calon mantu mu itu nggak mau. Dia lebih suka Sepeda gunung. Dasar anak gunung." Ledek papanya.

"Pa..." Abiyan hanya bisa merintih..

"Jangan bercanda lah Hen. Aku kan hanya montir, nggak paham dengan bisnis. Nanti bengkel mu bangkrut. Jawab Yolanda sungkan.

"Santai saja lah bro. Nanti aku bantu-bantu. Lagian kamu tuh memang skillnya di sana. Aku kan sudah baca hidupmu." Jawab Henda dengan sombongnya.

Cahaya terpaku. " Jadi sombongnya dari papanya. Tapi nggak terlalu sih." Pikir Cahaya.

"Pa. Kok papa nggak cerita kalau Pak Yolanda ini teman SMA papa dulu." Ucap Velisha penasaran..

"Papa saja baru tau ma. Kan kemaren mama kasih data lengkap dan juga foto nya. Nah di situ papa ingat sesuatu wajah yang tak asing. Sebab waktu papa ke bengkel. Yolanda kan kerja di bengkel. Papa jarang masuk ke bengkel hanya masuk kantornya saja. Dan belum kenal semua karyawan." Ucap Hendra..

"Benar Velisha. Mungkin kami juga sudah lama tidak bertemu. Makanya kami nggak ingat." Jawab Yolanda.

Yana hanya mendengar pembicaraan mereka yang bernostalgia. Tiba-tiba Abiyan berdiri dan naik ke panggung. Mengambil gitar dan bernyanyi.

Cahaya menundukkan kepalanya. Ia nggak mau melihat ke panggung. Abiyan yang sedang bernyanyi melihat sikap Cahaya merasa bersalah. Di saat ia bernyanyi datang Arabela  And the geng. Langsung berdiri di depan panggung melihat Abiyan bernyanyi.

"Waduh.. Aku suka melihatmu nyanyi sayang.." Ucap Arabela menggoda.

Abiyan menyelesaikan nyanyinya satu lagu saja. Ia  turun tanpa memperhatikan Arabela .

Velisha sangat kesal melihat situasi itu. Ia nggak mau acara pertemuan keluarga ini gagal karena gadis gatal itu. Ia pun mencegat tangan Arabela yang berusaha memegang lengan Abiyan.

Hendra pun ikut memanas. Ia merasa malu pada anaknya." Abiyan.. Apa maksudmu ini, dan siapa dia.? " Tanya Hendra menunjuk Arabela tidak suka.

"Hm.  Mahasiswa ku pa. Dia yang selalu ngejar aku. Walau sudah aku tolak seribu kali." Jawab Abiyan datar merasa tidak bersalah.

Arabela melihat ke arah orang yang memarahi Abiyan  yang di panggil nya papa. Arabela terkejut.

Hendra mendekati Arabela "Halo anak manis. Mulai sekarang jauhi Abiyan ya. Karena ia sudah bertunangan dengan anak sahabatku itu." Tunjuk Hendra pada Cahaya.

Cahaya terpaku mendengar jawaban Hendra papanya Abiyan. Sedangkan Arabela terkejut tak percaya.

"Maaf om. Tapi saya mencintai anak om." Jawab Arabela sedikit menunduk.

"Saya tak larang kamu untuk mencintai siapa. Yang saya larang kamu jangan dekati lagi anak saya. Karena ia sudah bertunangan dan tak lama lagi akan menikah. Kamu mengerti?" Ucap Hendra tegas.

Arabela makin menunduk. Ia nggak tahu kalau Abiyan bertunangan dengan gadis kampung yang baru masuk kuliah itu..

Cahaya ingin menjawab. Namun Yana menahannya. Agar tidak menambah suasana makin memanas dan kacau.

Hendra naik ke panggung. Mengambil Mic yang di pegang MC. Assalamualaikum. Selamat siang semuanya. Silahkan menikmati hidangannya. Kami tidak akan mengganggu acara makan anda semua." Ucap Hendra.

"Namun saya minta waktu sedkit pada hadirin semuanya. Saya minta pada anak saya Abiyan dan istri saya. Serta Yolanda bersama istri dan anaknya.  untuk naik ke panggung kita akan lanjutkan acaranya lagi." Ucap Hendra.

Ini semua bukan dia yang harusnya tampil ke depan. Namun karena suasana tidak kondusif. Makanya Pak Yandra yang langsung tampil menenangkan situasi yang desa desus.

Sedangkan Arabela terpaku. Dia pun berlari ke luar menanggung malu. karena semua orang tertuju padanya.

Acara pertunangan pun berlangsung. Cahaya dengan terpaksa menerima cincin yang di sematkan Abiyan ke jarinya. begitu juga ia terpaksa memasangkan cincin ke jari Abiyan.

Setelah pemasangan cincin. mereka kembali duduk. Hendra memberi kode pada anaknya. saat akan duduk.

"Ica. kita duduk di sana yuk. ada yang aku omongin berdua denganmu." Lirih Abiyan pada Cahaya saat beriringan jalan.

Cahaya melihat sekilas. dan mengangguk. Karena ia juga ada yang mau di tanyakan.

Abiyan mengajaknya duduk di sebuah tempat yang banyak bunga. tidak terlihat oleh keluarganya. sengaja Abiyan pilih di sini. agar Cahaya bebas bercerita.

"Duduklah." Abiyan menarik kursi dan mempersilahkan Cahaya duduk. Cahaya terpaku dengan perlakuan manis laki-laki di depannya.

"Kenapa bengong. duduklah.." Ulang Abiyan, karena Cahaya belum juga duduk. menatapnya heran.

"Bapak tuh punya seribu wajah ya. aku jadi heran." Cahaya terpaku dengan perlakuan manis laki-laki yang duduk di depannya.

"Maksudnya.?" Tanya Abiyan tersenyum.

Cahaya kembali terhipnotis. ia melongo. Sedangkan Abiyan memberikan kode pada pelayan. agar di antar pesanannya.

Tak lama datang sebuket bunga dan minuman coklat yang harum menggoda.

Cahaya masih tak menyadari. pikiran menerawang ke mana-mana. Hanya wajahnya yang menghadap Abiyan.

"Nggak baik melamun begitu. Cahaya. mau kah kamu menikah denganku.?" Tanya Abiyan yang jongkok di depan Cahaya. Sambil menyerahkan sebuket bunga.

"Aku...entahlah.." Jawab Cahaya bingung.

Abiyan tetap berjongkok di depan Cahaya. Karena tak tega. Akhirnya Cahaya menerima bunga tersebut.

"Bapak tu aneh.. tadi kan udah tunangan kok masih melamar... " Imel Cahaya. Abiyan sudah tahu sifat calon istrinya dari sepupunya.

Dengan spontan. Abiyan mencium bibir Cahaya sekilas. saat ia berdiri dari jongkoknya. dan berjalan ke kursinya .

Tentu saja Cahaya terpaku. ia memegang bibirnya yang mungil tersebut. Ia meraba bibirnya yang baru di kecup Abiyan.

"Kamu mau nambah sayang.." Goda Abiyan yang dapat pelototan Cahaya. Tentu saja mengundang tawa Abiyan. ia terkekeh geli melihat tingkah calon istrinya yang membuatnya gemes.

"Pak. kita belum muhrim." ucap Cahaya spontan.

"Jadi kalau sudah aku halalkan boleh dong." Goda Abiyan yang makin gemes saja.

Cahaya kembali melototkan matanya. Abiyan terkekeh geli. Sikap Cahay merupakan hiburan tersendiri baginya. Benar kata sepupunya. Kalau hidupnya akan berwarna jika menikahi gadis yang di depannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!