Persiapan ulang tahun ayah.

Kanaya dan ke tiga sahabatnya, terlihat sangat sibuk memasang hiasan untuk acara ulang tahun Ayahnya yang akan di laksanakan nanti malam.

"woy, jangan di situ! Kiri sedikit." Ruby berteriak memerintah Saka supaya meletakan poster itu dengan benar.

"ckk ... Dari tadi salah mulu heran, kau sajalah yang pasang!" kesal Saka.

Saka turun dari tangga dan beralih merangkai bunga di sebelah kanan Kanaya. Saka sangat kesal dengan Ruby, dari tadi hanya menunjuk dan berteriak.

"ish, jadi cowok kok baperan banget sih," ujar Ruby.

"sudahlah, kalian ini malah bertengkar. Lebih baik cepat selesaikan sebelum Ibu dan Kakak tiri Kanaya pulang." Lucy menghampiri Ruby agar anak itu tidak berbuat hal yang tidak-tidak.

sedangkan Kanaya, dia hanya menggelengkan kepalanya ketika sahabatnya mulai ricuh dan berdebat.

"ok, sebentar lagi selesai. Ayo semangat!" seru Kanaya.

"lagian, apa susahnya sih memesan jasa orang lain saja untuk mengias halaman ini, kenapa harus kita yang repot." ketus Ruby.

"Aku memang bisa memesan jasa untuk menghias halaman ini untuk ulang tahun Ayah. tetapi, kau tau sendiri jika hubunganku dan ayah sempat renggang, bahkan Ayah sempat membenciku. Jadi, aku berusaha memperbaiki itu semua Ruby. Mungkin dengan cara ini, Ayah akan terkesan. Dan hubungan antara Ayah dan aku akan semakain membaik kedepannya." Kanaya menundukan kepalanya karna merasa sedih dan menyesal.

Hal itu membuat Ruby menyesal telah berkata demikian kepada Kanaya. Dia tidak bermaksud membuat Kanaya bersedih.

Ruby dan Lucy menghampiri Kanaya dan segera memeluknya. Sedangkan Saka, dia sudah tersungkur di samping Kanaya karna dorongan Lucy.

"kalian jika ingin berpelukan ya pelukan saja, jangan dorong orang juga dong!" marah Saka.

Kanaya, Lucy dan Ruby seketika menoleh dan menahan tawa, ketika melihat wajah Saka yang sudah memerah karna marah.

"maaf ...," ucap mereka bersamaan.

Ketiganya melepas pelukan dan tertawa setelahnya. Sekali lagi Kanaya bersyukur memiliki mereka saat ini. Mereka selalu membuat nya tertawa di kala sedih, dan selalu mebuatnya semangat ketika terpuruk.

Ketika mereka asik dengan kegiatannya tidak lupa perdebatan dan ke randoman nya. Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari belakang mereka.

"Apa-apaan ini? Siapa yang mengizinkanmu untuk menghias halaman ini hah?" teriak Nura.

"hiasan jelek begini siapa yang akan menyukainya," ejek Zeva.

Kanaya dan yang lainnya menghentikan kegiatan mereka dan beralih menghampiri Nura dan Zeva. Kanaya maju selangkah untuk lebih dekat dengan Nura.

"Aku tidak memerlukan izin dari siapapun untuk menghias halaman rumah ini, karna rumah ini adalah milik Ayahku, itu berarti rumah ini adalah rumahku juga. Dan lagi, aku adalah pewaris satu-satunya Davian Mahendra." Kanaya berkata seraya mengibaskan rambutnya dan menyeringai cantik ke arah Ibu dan Kakak tirinya.

"ha ha ... kau sangat percaya diri sekali Kanaya, Ayah sudah tidak lagi menyayangimu, maka dari itu ayah akan menyerahkan hartanya kepadaku, anak kesayangannya," ujar Zeva.

"Astaga siapa yang terlalu percaya diri di sini, aku atau kalian? Lebih baik kita nantikan saja pesta nanti malam, dan buktikan siapa yang lebih berarti untuk Ayah." Kanaya berbalik meninggalkan Zeva dan Nura.

"ayo teman-teman, sebaiknya kita selesaikan secepatnya, dan segera pergi dari sini. Bukankah kita akan mencari hadiah untuk Ayah?" ucap Kanaya sedikit keras.

"I-iya cepat selesaikan, nanti kita terlambat," sahut Lucy.

Setelah itu, Kanaya dan yang lainnya segera menyelesaikan acara menghias halaman dan segera pergi dari sana. Sedangkan Nura dan Zeva berjalan dengan sombong melewati Kanaya dan yang lainnya menuju ke dalam rumah.

"hhaaaaahh, kenapa aku yang merasa tegang?" ucap Ruby.

"Ini akan menjadi pertunjukan seru," sahut Saka.

"ok ok,sekarang rencana selanjutnya apa?" tanya Lucy.

"emmm salah satu dari kita harus tetap tinggal untuk mengawasi gerak gerik mereka. Jika ada yang mencurigakan, segera abadikan untuk di jadikan bukti." Kanaya mulai melirik satu persatu dari ke tiga sahabatnya tersebut.

"kau saja ya!" tunjuknya kepada Ruby.

"Aku? Apakah aku akan baik-baik saja?" lirih Ruby.

"Kau aman Rubi, di sini ada bi tuti yang akan membantumu, kau jangan hawatir. Bi tuti ada di pihakku." Kanaya menepuk pundak Ruby untuk meyakinkannya.

"baiklah, kalian jangan lama-lama!" tegasnya.

"Tidak akan Ruby ...," jawab Kanaya.

Setelah itu Kanaya mengantarkan Ruby ke dalam kamarnya, lalu dia dan ke dua sahabatnya, segera berlalu untuk keluar mencari hadiah terbaik untuk Ayahnya.

Terpopuler

Comments

Sev

Sev

/Kiss/

2024-04-21

0

Najwa Nuralifah

Najwa Nuralifah

siap 🏃‍♀️

2024-03-18

0

Zeyn Seyi

Zeyn Seyi

lnjut

2024-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!