Suka Atau Hanya Perduli?

Setelah beberapa saat, Gavin dan Kanaya sampai di sebuah taman yang terlihat tidak begitu ramai. kemudian, Gavin membawa Kanaya ke sebuah kursi panjang, yang terdapat di bawah pohon rindang.

Mereka berdua duduk, sambil menatap hamparan bunga yang bermekaran di hadapan mereka. Gavin masih diam seribu bahasa semenjak membawa Kanaya pergi. Sedangkan Kanaya, dia tidak memperdulikan Gavin di sampingnya. Kanaya justru asik memotret berbagai bunga untuk di abadikan.

Bunga-bunga itu sangat indah, jadi sangat di sayangkan jika di lewatkan. Hingga akhirnya, Kanaya beranjak untuk lebih dekat dengan bunga-bunga tersebut. kanaya berjongkok, dan berselfi ria bersama bunga mawar putih yang di genggamnya.

"Ini sangat indah. kenapa aku tidak tahu, jika di sini terdapat taman bunga yang begitu indah dan berwarna," gumam Kanaya.

"Ada yang lebih indah dari taman ini Kanaya ...," sahut Gavin.

Kanaya menoleh dan menatap Gavin yang juga sedang menatapnya, setelahnya Kanaya berdiri di saat Gavin beranjak untuk menghampirinya.

"kau mau tau, hal apa yang lebih indah dari taman ini?" tanya Gavin.

Gavin menatap dalam ke arah mata Kanaya yang hanya diam menunggunya berbicara."kau Kanaya ... kau lebih indah dari apapun yang terdapat di taman ini." ucapnya, seraya membenarkan helaian rambut Kanaya yang sedikit berantakan karna terkena angin.

Bukannya merasa tersanjung atau salah tingkah, Kanaya justru memutar bola matanya malas, karna merasa sebal dengan Gavin. Bisa-bisanya gombal di saat yang tidak tepat.

"Apakah seperti ini jika buaya berbicara?" tanya Kanaya tiba-tiba.

"H-aahh b-uaya ...,?" lirih Gavin.

"iya ... buaya. kau sudah seperti laki-laki buaya, baru saja putus dengan kekasihnya, masa sudah berani gombal kepada wanita lain?" sindir Kanaya.

"Ha ha ... bukan seperti itu Kanaya, kau salah paham." elak Gavin yang bergerak gelisah di tempatnya.

Kanaya menatap Gavin dengan waspada dan penuh curiga, apa lagi dia sering memergoki jika Gavin diam-diam suka memperhatikannya dari kejauhan.

"Gavin ... apakah kau menyukaiku?" tanya Kanaya.

"Apa? Iya ... eeh tidak ... tidak, aku tidak menyukaimu." Jawab Gavin semakin panik.

Gavin sangat gugup dengan wajah yang sudah memerah, tangannya bergerak menggaruk tengkuknya, yang sama sekali tidak gatal. Sial selama ini dia tidak pernah merasakan hal seperti ini seblumnya. sejak kapan dia merasa gugup, berhadapan dengan wanita?.

"Sungguh? kau tidak berbohong?" desak Kanaya, yang membuat Gavin semakin gugup.

"Aku tau, akhir-akhir ini kau sering memperhatikanku kan? dan untuk tadi, kau bahkan membelaku di hadapan Zeva. Apa aku benar?" lanjutnya.

Gavin terhenyak, ketika mengetahui jika Kanaya ternyata menyadari sikapnya terhadap Kanaya. memang setelah bertemu pertama kali waktu itu, Gavin tertarik dengan Kanaya. Tetapi, Gavin belum yakin dengan perasaannya terhadap Kanaya.

"Itu ... aku hanya perduli, ya perduli. Aku perduli karna kau selalu di perlakukan buruk oleh Zeva dan Tante Nura." Jawabnya sambil berusaha menutupi kegugupannya.

"Oh perduli ... baguslah! Jangan menyukaiku, karna aku tidak ingin berususan lagi dengan kekasihmu, dia pasti akan mengamuk jika mengetahui Gavin kesayangannya, menyukai wanita lain, apalagi wanita itu aku." Ujar Kanaya, sambil berlalu untuk kembali duduk di kursi taman.

"Dia bukan kekasihku lagi Kanaya, aku sudah memutuskannya." ucapnya seraya berjalan mengikuti Kanaya .

Kanaya tidak menjawab ucapan Gavin, dia kembali Fokus ke arah ponselnya. Kanaya sama sekali tidak perduli, dengan hubungan Gavin dan Zeva. begitu pun, dengan perasaan Gavin untuknya. Mau hanya perduli atau pun menyukainya, Kanaya tidak akan memperdulikan hal-hal yang menurutnya merepotkan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***