“Dasar bo**doh kalian semua ! Sudah 7 tahun aku suruh mencari selembar surat dan sampai detik ini jawaban kalian masih sama !”
Dua pria yang berdiri di hadapannya hanya menunduk saat Hendrik membentak sambil melemparkan sejumlah kertas yang ada di tangannya.
“Hanya selembar surat ! Sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan dan kalian hanya bisa bilang belum ketemu !”
“Maafkan kami Tuan. Orang yang saya tempatkan di kantor pengacara Radit sudah memastikan kalau tidak ada satu orang pun yang tahu masalah perubahan surat wasiat Tuan Juan termasuk putra dan mantan asisten Pak Radit yang sekarang meneruskan usaha kantor pengacara itu.”
Hendrik menyugar rambutnya dengan wajah gelisah dan diliputi rasa marah.
“Kalian tahu bagaimana sepak terjang Greg kalau dia sudah bergerak bahkan Juan bisa kecolongan juga. Bukan hanya aku yang terancam tapi kalian semua bisa dibuat menderita olehnya.”
“Saya sudah memastikan kalau Tuan Greg dan Nona Mia memang masih terikat pernikahan yang sah. Apa kami perlu melakukan sesuatu pada Tuan Greg atau Nona Mia, Tuan ?”
“Kalian gila !”
Hendrik langsung melotot dengan wajah memerah karena sangat emosi.
“Bukan dia yang akan terjebak oleh kalian tapi kita semua akan langsung habis olehnya dalam satu pukulan.”
Kedua pria itu terdiam kembali dengan kepala menunduk, menunggu instruksi selanjutnya dari Hendrik.
“Lakukan pendekatan lebih agresif lagi pada putra dan mantan asisten Radit. Tidak mungkin mereka sama sekali tidak tahu menahu kalau Juan merubah surat wasiatnya di detik-detik terakhir. Jangan lakukan apapun pada Mia dan anak-anaknya karena seperti yang kalian bilang, Greg sudah menempatkan penjagaan yang ketat pada istri dan anak-anaknya.”
“Baik Tuan. Ada lagi yang perlu kami lakukan ?”
“Perketat pengawasan pada Hilda dan istriku, aku tidak mau mereka jadi titik lemahku saat ini.”
“Baik Tuan. Kami permisi.”
“Tunggu !”
Kedua pria itu kembali membalikan badan mereka dan menerima sebuah amplop yang disodorkan oleh Hendrik.
“Namanya Firman, karyawan di sini. Aku sudah bicara padanya dan dia bersedia bekerjasama dengan imbalan Mia dan anak-anaknya. Pria bodoh ! Cinta membutakan segalanya dan dia tidak sadar siapa yang jadi saingannya. Manfaatkan perasaan pria itu sebagai kelemahan Greg dan kalian pasti tahu apa yang sebaiknya dilakukan.”
“Baik Tuan.”
Hendrik mengangguk dan mengibaskan tangan, menyuruh dua orang kepercayaannya itu keluar ruangan sementara dia sendiri menarik kursi kerja dan menghempaskan tubuhnya di sana sambil memijat kedua pelipisnya.
Rencananya mengalihkan sebagian besar aset perusahaan menjadi miliknya sudah setengah jalan namun kehadiran Greg bisa mengacaukan segalanya.
Kegelisahan Hendrik bukan sekedar kehilangan rampasannya namun kegilaan Greg yang bisa melakukan apapun untuk membuat Hendrik dan keluarganya menderita, lebih dari yang Mia rasakan.
*****
“Om Firman !”
Senja yang lebih dulu melihat Firman bergegas menghampiri pria itu sedangkan Langit menyusul di belakangnya sambil berjalan santai.
Greg yang sedang membayar di kasir supermarket langsung menghela nafas apalagi melihat wajah istrinya terlihat sumringah.
“Kamu nggak ikutan anak-anak kan ?” bisik Greg dari belakang Mia.
“Memangnya boleh ?”
Greg tidak menyahut namun ekspresi wajahnya sudah menunjukkan jawaban, membuat Mia langsung mencibir dan tersenyum mengejeknya.
Sudah lebih dari seminggu mereka tinggal bersama namun hubungan Mia dan Greg masih belum membaik.
“Hai Mia, apa kabarnya ?” sapa Firman saat pasangan suami istri itu datang menghampiri anak-anak mereka.
“Kabar baik dan kamu juga kelihatan sangat baik.”
Greg mendengus kesal karena Firman hanya menyapa Mia tanpa mengucapkan basa basi padanya yang berdiri persis di belakang Mia.
“Kenapa nggak bilang-bilang kalau kalian pindah rumah ?”
“Hmmm… Greg…”
“Aku yang mengajak istri dan anak-anakku pindah. Kenapa ? Masalah buat anda ?”
Mia memutar bola matanya dengan wajah kesal sementara Firman hanya tersenyum dengan wajah sedikit sinis.
“Aku janji mengajak Langit dan Senja makan es krim kesukaan mereka. Apa perlu minta ijin dulu pada anda Tuan Greg ?”
“Kebetulan aku memang mau mengajak mereka ke sana juga. Ayo Langit, Senja, kita minta Om Firman traktir es krim yang paling enak.”
Mia buru-buru menggandeng si kembar dan berjalan mendahului kedua pria yang masih saling bersitatap tajam.
Greg baru saja selesai menghubungi seseorang sebelum menyusul masuk ke gerai es krim dimana Istri dan anak-anaknya tengah menikmati es krim sambil bercanda dengan Firman.
“Papi mau ?”
Senja langsung menyodorkan miliknya saat Greg sudah berdiri di dekat meja.
“Papi nggak suka es krim,” sahut Mia.
“Itu dulu, sekarang Papi suka es krim.”
Greg mengangkat tubuh mungil Senja dan gantian duduk di kursi yang dipakai Senja sambil memangku putrinya.
Mata Greg mengernyit saat mencicipi es krim Senja, membuat Mia tersenyum lalu mencibir. Greg tidak suka makanan manis apalagi dengan aroma bubble gum yang dipesan Senja.
“Papi mau yang Mami punya aja.”
Tanpa permisi Greg langsung memegang tangan Mia dan ikut mencicipi es krim yang dipegang wanita itu.
Firman yang tidak memesan es krim mencibir dan menatap sinis ke arah Greg yang sengaja pamer di hadapannya.
Usai drama di es krim, Langit dan Senja menagih janji Greg membawa mereka ke area bermain anak-anak.
Barang belanjaan mereka sudah diambil oleh sopir yang mengantar Mia dan anak-anak ke mal dan langsung membawanya pulang ke apartemen.
“Mia.”
Mia menghentikan langkah dan menoleh saat tangan Firman menahan lengannya.
“Aku sudah minta ijin pada Greg untuk bicara berdua denganmu. Tidak lama.”
Mia nampak ragu. Saat ia menoleh Greg dan si kembar sudah agak jauh darinya. Mia pun mengambil handphone dari dalam tas dan menghubungi Greg yang langsung mengiyakan sebelum Mia minta ijin.
“Hati-hati saja sama dia. Kita belum tahu pada siapa dia berpihak,” pesan Greg.
Mia menghela nafas sebelum mengikuti Firman menuju salah satu cafe yang ada di lantai dasar. Keduanya hanya memesan minuman dan memilih tempat duduk dekat kaca.
“Jadi semudah itu kamu memutuskan kembali padanya ?”
“Aku tidak bisa egois, Fir. Suka atau tidak Greg adalah ayah kandung Langit dan Senja.”
“Apa kamu begitu yakin kalau Greg semudah itu percaya kalau si kembar adalah anak kandungnya ?”
“Memang ada alasan khusus yang membuat Greg harus ragu ? Dia pasti sudah mencari tahu soal kelahiran Langit dan Senja lalu dari situ dia bisa menghitung selisih waktu dengan tanggal kepergiannya.”
“Kamu lupa kalau Greg berhasil membuat orangtuamu yang begitu hati-hati terjerat tipu muslihatnya ? Kamu lupa bagaimana beratnya melewati hari-harimu sendirian saat membesarkan Langit dan Senja dalam keadaan yang morat marit ?”
“Ada Bik Sumi yang membantuku.”
Firman tersenyum dengan wajah sinis menatap Senja yang terlihat tengah bergumul dengan perasaannya.
“Kamu lupa bagiamana kamu suka menangis sendirian saat anak-anak dihina sebagai anak ha**ram karena hatimu bersikeras tidak mau mengungkapkan siapa ayah kandung mereka ?”
“Aku tidak lupa, Fir dan aku bersyukur karena selama 5 tahun ini selain Bik Sumi, aku memilikimu sebagai teman, kakak dan pembimbingku, tapi aku juga punya alasan kenapa membiarkan Greg menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah pada Langit dan Senja.”
“Dan sebagai suamimu juga kan ?”
“Hubunganku dengan Greg belum normal sedikit pun. Apa yang kelihatan hanya untuk anak-anak, demi Langit dan Senja yang mengharapkan punya orangtua lengkap.”
“Selain itu kamu masih sangat mencintainya !Bahkan tanpa kamu bicara aku bisa menangkap dari tatapan matamu,” ucap Firman dengan suara mulai meninggi.
Mia membuang muka ke lain arah, enggan menanggapi pernyataan Firman.
Tentu saja tidak akan semudah itu melupakannya. Greg bukan hanya cinta pertamaku tapi sampai saat ini baru Greg yang bisa membuat hatiku tidak menentu.
“Maaf kalau aku agak keras padamu. Rasanya sedikit janggal karena Greg semudah itu menerima Langit dan Senja lalu mengajakmu tinggal bersama. Biar bagaimana dia punya rekam jejak yang buruk di masa lalu bukan hanya padamu tapi juga orangtuamu. Selain itu….”
Firman seperti ragu-ragu meneruskan kalimatnya membuat Mia menatapnya sambil menautkan kedua alis.
“Selain itu ada apa, Fir ?”
Firman menghela nafas dan meraih gelas minuman dan meneguknya perlahan. Wajahnya terlihat ragu-ragu menjawab pertanyaan Mia.
“Aku tidak sengaja mendengar Tuan Hendrik membahas soal perubahan wasiat yang dibuat Tuan Juan sebelum beliau meninggal. Aku tidak tahu persis tapi sekilas aku dengar ada hubungannya dengan Langit dan Senja. Aku khawatir Greg juga tahu masalah ini dan berniat menguasai semuanya dengan alasan Langit dan Senja. Selain itu…”
“Aku tidak ingin membahasnya sekarang, Fir. Maaf kalau aku tidak memberitahu soal kepindahan kami. Aku mengharapkan masih bisa berteman denganmu sekalipun Greg tidak suka tapi kalau memang…”
“Tentu saja aku masih temanmu, Mia bahkan kalau kamu mengijinkan, aku ingin lebih dari itu. Aku ingin menggantikan posisi Greg di hatimu.”
Mata Mia membola dan mulutnya sedikit terbuka karena terkejut mendengar ucapan Firman yang lebih tepat disebut ungkapan cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
ayo mia bersikap bijaklah jg terpedaya hasutan firman
2024-06-02
2
nining
hais...syi firman aneh aja. mu jadi pebinor dia...udah jelas mia sama greg blom cerai
2024-03-13
3