“Jadi kamu udah tahu kalau Firman karyawannya Om Hendrik ?”
“Sudah.”
“Terus kenapa tetap berteman dan membiarkan dia dekat dengan anak-anak.”
“Firasatku bilang dia orang baik.”
Greg menghela nafas. Keduanya sudah dalam perjalan pulang ke rumah setelah Greg berhasil memberikan penjelasan mengenai kejadian 2 minggu lalu dan dokumen apa yang didapatinya di Singpura.
“Aku akan mengajakmu pindah. Kontrak rumahmu akan berakhir 2 bulan lagi kan ? Aku akan mengajak anak-anak tinggal di apartemen.”
“Tidak usah ! Anak-anak senang dengan tempat tinggal mereka yang sekarang dan tidak pernah menuntut apa-apa.”
“Jangan banyak membantah ! Apa perlu aku ingatkan terus kalau aku masih suamimu ? Sudah kewajibanku memberikan hidup yang layak untuk istri dan anak-anakku ? Lagipula sampai semuanya jelas, hidup kalian masih dalam bahaya. Mulai sekarang pria itu tidak boleh lagi dekat-dekat sengan kalian !”
“Firman maksudmu ? Mana bisa begitu ! Aku sudah megenalnya lebih dari 5 tahun dan semuanya baik-baik saja. Aku yakin dia bukanlah orang suruhan Om
Hendrik.”
Greg menggeleng tegas meskipun Mia terus membantah dengan wajah kesal.
Keduanya tidak lagi berbicara sampai mobil Greg berhenti di depan kontrakan Mia.
“Mau ngapain kamu turun lagi ?” ketus Mia.
“Tentu saja menemani istri dan anak-anakku.”
“Aku tidak akan mengijinkanmu menginap lagi. Jangan sampai rumah ini digrebek karena mereka menganggap kita kumpul kebo !”
Greg terlihat acuh. Ia tetap membuka pagar dan berjalan masuk sambil membawa tas pakaian yang diambilnya dari bagasi.
“Aku sudah bilang…” Mia menahan lengan Greg yang mendadak membalikan badan hingga Mia terhuyung ke belakang dan hampir terjungkal.
“Sengaja biar aku peluk ?” ledek Greg dengan senyuman mengejek saat Mia terkejut dalam pelukan Greg.
“Pria narsis ! Geli rasanya mendengar kamu makin sering mengucapkan istri dan anak-anak,” umpat Mia sambil melepaskan diri dari pelukan Greg.
Pria itu hanya tertawa dan mengetuk pintu yang dibukakan oleh kedua bocah lucu dan menggemaskan. Rupanya Langit dan Senja sudah menunggu kedatangan Greg.
Mia hanya bisa menghela nafas saat melihat Langit tidak lagi kaku saat memeluk Greg.
“Jangan khawatir, aku sudah lapor ke RT kalau aku adalah suamimu dan menyerahkan surat nikah kita.”
Mia melengos kesal dan masuk ke kamarnya tanpa mempedulikan Greg yang senyum-senyum dan mulai mengobral impian baru untuk si kembar.
***
“Saya bukan orang yang suka bertele-tele, Nyonya. Kalau bukan karena anda kenalan Tuan Hendrik, saya tidak akan meluangkan waktu berharga saya untuk hal-hal yang tidak penting.”
“Aku tahu kalau kamu menyukai Mia dan posisimu terancam karena Greg berniat kembali pada istrinya itu.”
“Anda terlalu berpikiran negatif. Hubungan saya dengan Mia hanya sebatas teman. Kalau tujuan anda hanya ingin membahas soal itu, saya permisi dulu.”
“Tunggu !”
Juwita menahan lengan Firman sebelum pria itu sempat bangun.
“Saya sudah berpengalaman soal lelaki, Tuan Firman. Cukup melihat tatapan mata anda, saya bisa tahu kalau anda merasa sakit hati dengan sikap Greg yang membatasi hubungan anda dengan Mia dan kedua anaknya. Bahkan saya lihat, anda sempat diusir saat mengantar Mia ke rumahnya.”
“Anda mengawasi saya dan Mia ?” tanya Firman dengan dahi bekerut.
“Jangan salah paham, tujuan saya adalah Greg. Kalau saja Greg tidak bertemu dengan dua bocah nakal itu, tidak akan ada cerita hari ini.”
“Anda bukan Tuhan yang diberi karunia untuk mengatur takdir hidup manusia lain.”
“Tapi manusia diberi akal untuk berusaha dalam rangka mewujudkan mimpinya. Saya yakin anda pasti setuju dengan pendapat itu. Jadi bagaimana kalau kita bekerjasama untuk mewujudkan keinginan kita bisa hidup bersama dengan orang-orang yang kita cintai ? Selain itu saya jamin posisi anda di perusahaan pasti akan langsung melesat dan otomatis gaji pun meningkat karena bisa membuat Om Hendrik senang.”
Firman menautkan alis, ekspresi wajahnya membuat Juwita tersenyum lebar.
Manusia susah menolak kalau sudah bicara soal uang, batin Juwita.
“Tiga keuntungan sekaligus yang anda dapatkan : memiliki Mia, peningkatan jenjang karir dan menambah pendapatan.”
“Saya bukan orang yang suka bermain sandiwara apalagi dalam urusan cinta.”
“Itu sebabnya perasaan anda pada Mia mudah terbaca Tuan Firman. Cukup sekali melihat anda bersamanya di pesta pernikahan itu saya langaung tahu kalau anda menganggap Mia lebih dari sekedar teman.”
“Tolong tidak usah bertele-tele membahas yang tidak penting.”
“Senang bekerjasama dengan pria yang spontan dan berterus terang seperti anda, Tuan Firman. Caranya mudah. Anda tetap menjalin hubungan dengan Mia seperti yang sudah berjalan selama ini biar Mia tidak merasa curiga dan tetap nyaman dengan anda, kalau perlu anda lebih sedikit agresif dan buat hati Mia bimbang dan ragu untuk kembali menerima Greg. Pria itu sangat pencemburu, Tuan, jadi sangat mudah memainkan perasaannya, dan anda pasti bisa membuatnya emosi.
Akan saya atur waktunya supaya terlihat sangat natural. Bagaimana ?”
Firman kembali mengerutkan dahi seperti orang sedang berpikir.
“Anda yakin bisa mengaturnya supaya Mia tidak tahu kalau kejadian itu adalah sesuatu yang disengaja ? Saya tidak mau hubungan kami langsung rusak karena kecerobohan anda.”
Juwita tertawa dan menatap Firman dengan seringai liciknya.
“Tinggal seujung jari saya berhasil membuat Greg menyerah dan menjadikan saya istri keduanya. Sayang, anak-anak si**lan itu mengacaukan semuanya. Kalau mereka tidak ke rumah sakit, saya bisa mengalihkan pikiran Greg untuk melupakan mereka.”
Firman hanya tersenyum dengan menarik satu sudut bibirnya.
“Buktikan pada saya, jangan sekedar omongan saja. Saya tidak suka basa basi.”
Firman menekan layar handphonenya lalu beranjak bangun.
“Harap nyonya ingat, jangan coba-coba mengawasi apalagi mengatur apa yang harus saya lakukan seperti anak kecil. Apa yang kita sepakati adalah kerjasama, saya bukan orang suruhan anda sekalipun status saya adalah karyawan Tuan Hendrik.”
“Tentu saja saya paham dan percaya dengan kemampuan anda, Tuan Firman.”
“Dan yang terakhir, kalau semua rencana ini berjalan dengan baik apalagi berhasil, jangan coba-coba melanggar janji anda atau membuat saya menjadi pihak yang bersalah. Sama seperti saya tidak pernah tahu jaringan apa yang anda punya, anda pun tidak akan pernah tahu siapa saya. Jangan main-main apalagi meremehkan saya !”
Bukannya khawatir, Juwita malah kembali tertawa sambil beranjak bangun dan mengulurkan tangannya.
“Saya benar-benar senang bisa bekerjasama dengan orang seperti anda Tuan Firman.”
Firman hanya tersenyum tipis dan tidak menanggapi uluran tangan Juwita.
“Saya permisi duluan.”
Firman bergegas keluar kafe sementara Juwita masih berdiam di situ sambil menatap pria tampan yang sudah pergi dengan mobilnya.
“Kamu pikir aku bisa percaya padamu begitu saja, pria yang rela melakukan apapun demi jabatan dan kekayaan,” gumam Juwita pada dirinya sendiri.
Firman langsung memacu mobilnya menuju rumah Mia namun di tengah jalan, 2 mobil menghalangi mobilnya dan 3 orang langsung menghampirinya.
“Selama anda bisa diajak kerjasama, semuanya pasti berjalan dengan baik.”
Firman tersenyum sinis menatap pria yang berdir di tengah menanti Firman turun dari mobil.
“Silakan anda naik ke mobil itu dan orang saya akan membawa mobil anda dengan aman.”
Firman menurut dan mengikuti pria itu lalu naik ke kursi penumpang belakang dimana pria lain sudah menunggunya di dalam.
“Apa tidak bisa mengajak saya bertemu secara baik-baik ?” tanya Firman dengan nada sinis.
“Sepertinya tidak karena bagi saya status anda adalah tersangka bukan sekedar saksi lagi.”
Firman hanya membalas dengan senyuman sinis dan membiarkan pria itu membawanya entah kemana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
masih gelap
2024-03-08
0
Fera Susanti
teka teki silang
2024-03-08
1