Setelah 7 Tahun

Buughh !

“Dasar anak-anak nakal ! Sudah berkali-kali dibilang jangan main bola di dekat sini !”

Wanita berpakaian kantor itu langsung mengomel dan turun dari mobil mewah yang mengantarnya pulang.

“Kita langsung jalan sekarang, Tuan ?”

“Tunggu sebentar.”

Pria itu memijat kepalanya sambil memperhatikan wanita yang baru turun tadi sedang memarahi bocah perempuan yang menunduk ketakutan sementara bocah lelaki yang berdiri di sampingnya melawan sambil menatap si wanita dengan berani.

“Dasar anak kurang ajar !”

“Jangan gampang main tangan !”

Wanita itu terkejut saat sebuah tangan kekar menahan lengannya yang sudah melayang di udara. Ia baru sadar kalau dirinya sudah kehilangan kendali sampai tidak sadar kalau pria berjas itu turun dari mobil.

Dasar bocah si**alan !

Rusak sudah sandiwara yang dimainkannya selama ini, membangun image wanita idaman yang layak diperhitungkan sebagai calon istri meskipun statusnya janda beranak satu.

“Mereka berdua anak nakal, Greg, bukan kali ini saja membuat onar di sini. Mereka sering bertengkar dengan Ferdi dan tidak segan-segan mengeroyoknya.”

Greg melepaskan cekalannya lalu melewati Juwita dan berdiri di hadapan kedua bocah yang tengah menatapnya.

Alis Greg menaut, sakit kepalanya mendadak hilang namun jantungnya berdegup tidak karuan saat melihat bocah perempuan yang polos itu tersenyum manis sementara si bocah lelaki menatapnya dengan tajam dan sedikit sinis.

Joe yang ikut turun segera menghampiri bossnya yang bergeming. Ia sangat terkejut dan matanya langsung membola saat menatap kedua bocah itu.

“Siapa nama kalian ?” tanya Joe.

“Mereka teman sekolah Ferdi dan….”

“Joe bertanya pada mereka bukan padamu !” tegas Greg.

Juwita terkejut dengan reaksi Greg namun ia tidak berani membantah.

“Aku Senja dan ini kakak kembarku Langit,” sahut si bocah perempuan.

Bibirnya tersenyum sambil mengerjapkan matanya, raut wajahnya tidak terlihat ketakutan seperti tadi.

“Langit, kenapa diam saja ?” Senja menyenggol lengan saudara kembarnya dengan sikut.

Pandangan Greg beralih pada bocah lelaki yang wajahnya benar-benar duplikasi wanita yang sudah 7 tahun dibuangnya jauh-jauh.

Greg mencoba membalas tatapan Langit tapi belum sampai 5 menit kepalanya kembali diserang rasa sakit dan kali ini lebih hebat dari sebelumnya.

“Kita jalan sekarang !”

Greg segera berbalik badan langsung berjalan kembali ke mobil namun baru beberapa langkah, pandangannya berkunang-kunang dan tubuhnya seperti kehilangan tenaga.

“Tuan !”

“Greg !”

Dengan sigap Joe menahan tubuh kekar itu supaya tidak terjembab ke aspal. Sopir yang sejak tadi menunggu di dalam mobil pun ikut turun dan membantu Joe mengangkat majikan mereka lalu membawanya ke dalam mobil.

“Aku ikut ke rumah sakit Joe !”

Joe ingin bilang tidak namun Juwita sudah masuk ke dalam mobil dan memangku kepala Greg yang pingsan.

Ketiga bocah yang ada di situ hanya berdiri memperhatikan kesibukan para orang dewasa yang kembali pergi ke rumah sakit.

“Kita pulang, Senja.”

Langit menggandeng adik kembarnya dan pergi meninggalkan Ferdi tanpa pamitan.

“Kenapa kamu marah pada om tadi, Langit ?”

“Aku tidak marah !”

“Jangan bohong, aku kembaranmu. Aku bisa merasakan kalau kamu tidak suka padanya. Memangnya kamu kenal om tadi ?”

Langit tidak menjawab hanya mengeratkan gengamannya dan menyuruh Senja mempercepat langkahnya.

*****

“Tolong tinggalkan kami berdua.”

“Tapi Greg…”

“Nona, tolong jangan membantah.”

Juwita menghela nafas dengan wajah kesal. Ia menepiskan tangan Joe yang memegang sikutnya.

“Aku bisa sendiri,” ketus Juwita.

Joe tersenyum sinis mengikuti Juwita. Ia tidak suka dengan wanita yang sok perhatian pada bossnya.

Juwita memang putri salah satu direktur yang bekerja di bagian Humas dan sudah lama mengincar Greg yang berstatus duda.

Wanita sombong itu sering pamer dan bilang kalau dirinya adalah calon nyonya pemilik perusahaan padahal Greg tidak pernah menganggapnya lebih dari karyawan.

Bagi Greg, kedekatan mereka hanya sebatas pekerjaan dan demi perusahaan meskipun ayah Juwita terang-terangan minta pada Greg untuk menjadi menantunya.

“Masih aja tuh cewek nempel kayak ulat bulu,” sindir Charles, sahabat sekaligus dokter pribadi Greg.

Greg tidak menyahut hanya tersenyum tipis.

“Elo yakin kalau kondisi kepala gue baik-baik aja ?”

“Jadi elo nggak percaya dengan kecanggihan teknologi atau nggak yakin dengan kemampuan dokter-dokter spesialis yang ada di sini ?”

“Bukan begitu, pemeriksaan di Singapura juga sama aja hasilnya, tapi sakit kepala ini nggak mau reda meski udah minum obat sakit kepala.”

“Hasil analisa gue dan beberapa dokter di sini, elo menderita psikosomatis *). Sebaiknya elo menemui psikiater untuk mencari penyebabnya.”

“Maksud elo gue sakit jiwa ?”

“Mungkin karena udah waktunya elo mengakhiri status duda apalagi sebentar lagi umur kita udah kepala 4.”

“Nggak ada hubungannya !” sahut Greg dengan nada ketus.

Charles tertawa. Teman sekolahnya yang satu ini memang keras kepala.

“Atau jangan-jangan elo masih mengharapkan Mia ?” tanya Charles dengan mata menyipit.

“Masih betah hidup ?” tanya Greg dengan lirikan maut.

“Atau jangan-jangan elo udah nggak suka sama perempuan lagi ?”

“Elo yakin masih pantas jadi dokter spesialis ? Diagnosa pasien kok kayak main tebak-tebakan.”

Charles tidak tersinggung, malah kembali tertawa melihat kekesalan Greg.

“Joe bilang elo pingsan setelah bertemu 2 bocah di depan rumah Juwita. Dia juga bilang kalau bocah itu…”

“Nggak usah diterusin ! Gue nggak mau membahasnya. Gue mau istirahat, tolong tinggalkan gue sendirian dan titip pesan sama para perawat untuk tidak usah repot bolak balik ke kamar ini kalau nggak penting.”

“Mereka harus menjalankan prosedur, Greg.”

“Elo sendiri yang bilang kalau kondisi tubuh gue baik-baik aja jadi lupakan segala prosedur yang berlaku.”

Charles menghela nafas menatap Greg yang sudah merebahkam tubuhnya sambil memejamkan mata.

“Char, tolong bilang Joe kalau gue tidak menerima kunjungan termasuk dia kecuali gue minta.”

“Ada lagi ?”

“Nggak ada. Thanks a lot.”

Charles kembali menghela nafas sebelum keluar meninggalkan Greg sendirian.

Setelah memastikan tidak ada orang lain di kamar, Greg beranjak bangun. Di tangan kirinya terpasang jarum infus padahal ia merasa baik-baik saja.

Greg menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Bayangan kedua bocah itu benar-benar menganggu pikirannya hingga ia sulit memejamkan mata.

Greg seperti berkaca saat berhadapan dengan Senja dan melihat sosok lain dalam diri bocah lelaki yang bernama Langit itu.

LANGIT SENJA

Greg mengucapkan kedua nama dalam hatinya.

“Nama yang aneh,” gumamnya pada diri sendiri sambil tersenyum sinis.

Greg meraih botol air mineral yang disiapkan oleh Joe dan meneguknya sampai setengah dengan harapan hatinya bisa tenang lagi tapi degup jantungnya malah kembali berdetak tidak karuan.

Greg memejamkan mata sambil memukuli kepalanya dengan satu tangan, berusaha mengusir bayangan yang terus menganggu pikirannya.

“Jangan tinggalkan aku, Greg. Aku sedang hamil anak kita.”

“Demi nyawaku, Greg, aku tidak berbohong apalagi selingkuh darimu. Apakah kamu tidak bisa merasakan kalau aku sangat mencintaimu ?”

Greg menggeleng-gelengkan kepala sambil memukuli kedua pelipisnya dengan tangan, mencoba mengusir suara-suara yang kembali mengusik ingatannya.

“Greg !”

Charles yang baru membuka pintu dibuat terkejut dengan pemandangan di depannya. Ia bergegas menghampiri Greg dan langsung memegangi kedua tangan pria itu.

“Kepala elo sakit lagi ?” tanya Charles saat Greg sudah kembali tenang.

Greg menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

“Sorry kalau gue melanggar perintah elo,” ujar Charles.

“Maksudnya ?” Charles menoleh ke arah pintu diikuti oleh Greg.

”Selamat sore, Om.”

Mata Greg langsung membola, terkejut melihat ketiga mahluk yang berdiri di pintu kamarnya.

Terpopuler

Comments

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

seru nih

2024-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Hati yang Mengeras
2 Setelah 7 Tahun
3 Bertemu
4 Suara Hati
5 Alasan Joe
6 Mereka Anakku
7 Kejujuran Langit
8 Bertemu Saingan
9 Para Musuh
10 Aku Suamimu
11 Pe-De-Ka-Te
12 Pelindung
13 Siapa Firman ?
14 Bertemu Om Hendrik
15 Pindah
16 Ungkapan Firman
17 Dilema Mia
18 Pelakor atau Mantan ?
19 Mengurai Masalah
20 Senjata Makan Tuan
21 Membasmi Pengerat
22 Keruwetan Mia
23 Kejujuran Hati
24 Maaf untuk Lukamu
25 Aku Masih Ragu
26 Bukti Baru
27 Bertemu Kristin
28 Kekhawatiran
29 Kekesalan Anne
30 Hati Maunya Apa ?
31 Aku Cemburu ?
32 Temuan Baru
33 Bukan Pelakor
34 Makan Siang
35 Kencan
36 Curhatan Hati
37 Joe & Kristin
38 Adik dan Kakak
39 Keluarga
40 Kekecewaan Greg
41 Curhatan Greg
42 Mia Menghilang
43 Hasutan
44 Dilema
45 Memulai Misi
46 Penangkapan
47 Kedatangan Kristin
48 Pengakuan Mengejutkan
49 Ketahuan
50 Perang Dingin
51 Bertemu Peter
52 Mami Sayang Papi
53 Wanita 3 Tahun Lalu
54 Dua Empat Lima
55 Bukan Urusanku
56 Tergoda
57 Penegasan
58 Memastikan
59 Permintaan Kristin
60 Nasehat Teman
61 Permintaan Maaf
62 Welcome to Bali
63 Memulai Kembali
64 Tentang Malam Pertama
65 Kado Istimewa
66 Cerita Mia
67 Kecelakaan Kristin
68 Perasaan Joe
69 Joe yang Menyebalkan
70 Kehangatan Cinta
71 Obrolan Joe dan Kristin
72 Belajar Terbiasa
73 Pria Baper
74 Hati yang Ikhlas
75 Dulu dan Sekarang
76 Karyawan Baru
77 Calon Suami
78 Makan Siang
79 Menyerah
80 Ungkapan Hati Kristin
81 Wanita Penggoda ?
82 Cinta Lama
83 Kecewa
84 Seharusnya Bahagia
85 Siap Nikah
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Hati yang Mengeras
2
Setelah 7 Tahun
3
Bertemu
4
Suara Hati
5
Alasan Joe
6
Mereka Anakku
7
Kejujuran Langit
8
Bertemu Saingan
9
Para Musuh
10
Aku Suamimu
11
Pe-De-Ka-Te
12
Pelindung
13
Siapa Firman ?
14
Bertemu Om Hendrik
15
Pindah
16
Ungkapan Firman
17
Dilema Mia
18
Pelakor atau Mantan ?
19
Mengurai Masalah
20
Senjata Makan Tuan
21
Membasmi Pengerat
22
Keruwetan Mia
23
Kejujuran Hati
24
Maaf untuk Lukamu
25
Aku Masih Ragu
26
Bukti Baru
27
Bertemu Kristin
28
Kekhawatiran
29
Kekesalan Anne
30
Hati Maunya Apa ?
31
Aku Cemburu ?
32
Temuan Baru
33
Bukan Pelakor
34
Makan Siang
35
Kencan
36
Curhatan Hati
37
Joe & Kristin
38
Adik dan Kakak
39
Keluarga
40
Kekecewaan Greg
41
Curhatan Greg
42
Mia Menghilang
43
Hasutan
44
Dilema
45
Memulai Misi
46
Penangkapan
47
Kedatangan Kristin
48
Pengakuan Mengejutkan
49
Ketahuan
50
Perang Dingin
51
Bertemu Peter
52
Mami Sayang Papi
53
Wanita 3 Tahun Lalu
54
Dua Empat Lima
55
Bukan Urusanku
56
Tergoda
57
Penegasan
58
Memastikan
59
Permintaan Kristin
60
Nasehat Teman
61
Permintaan Maaf
62
Welcome to Bali
63
Memulai Kembali
64
Tentang Malam Pertama
65
Kado Istimewa
66
Cerita Mia
67
Kecelakaan Kristin
68
Perasaan Joe
69
Joe yang Menyebalkan
70
Kehangatan Cinta
71
Obrolan Joe dan Kristin
72
Belajar Terbiasa
73
Pria Baper
74
Hati yang Ikhlas
75
Dulu dan Sekarang
76
Karyawan Baru
77
Calon Suami
78
Makan Siang
79
Menyerah
80
Ungkapan Hati Kristin
81
Wanita Penggoda ?
82
Cinta Lama
83
Kecewa
84
Seharusnya Bahagia
85
Siap Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!