Kejujuran Langit

“Mia, suamimu menunggu di gerbang sama Langit dan Senja.”

Mia tersenyum tipis dan mengangguk saat Hilda bicara dari depan pintu ruang guru.

“Suami tampanmu yang tadi datang bertemu Pak Rachmat, ya ? . Hati-hati banyak yang langsung jatuh cinta sama suamimu,” ledek Yulia yang duduk di depan Mia.

Mia hanya tersenyum dan sedikit tergesa menuju gerbang SD.

Langit dan Senja sudah pulang jam 11 sedangkan Mia masih harus mengajar sampai jam 13.15. Biasanya si kembar menunggunya di ruang guru atau perpustakaan.

Mia menghela nafas saat melihat Greg berdiri di gerbang menggendong Senja dan menggandeng Langit. Ketiganya asyik bercengkrama dan sesekali tertawa.

Langit yang biasanya kaku dengan orang asing kelihatan mulai nyaman dengan Greg.

“Aku akan membawa mereka untuk makan siang dan mengantarnya pulang. Tolong beri alamat rumahmu.”

“Tidak perlu. Aku sudah membawakan mereka makan siang.”

“Gimana Langit, Senja ? Mau ya pergi makan siang sama Papi ?”

Langit terlihat ragu-ragu sebelum mengangguk sedangkan Senja langsung mengangguk-angguk sambil tersenyum dan tangannya menangkup di depan wajah.

“Mami please ! Langit dan Senja janji nggak akan nakal dan minta macam-macam sama Papi.”

Mata Mia membola, sejak kapan ia mengijinkan anaknya memanggil pria ini dengan sebutan papi.

“Langit ?” tanya Mia sambil menatap putranya.

“Boleh ya, Mi ?”

Mata Mia kembali membola saat Langit malah tersenyum dan matanya mengharap Mia memberi ijin.

“Tidak usah diantar ke rumah, bawa mereka kembali lagi ke sini.”

“Kamu lupa kalau semua orang tahunya kita suami istri dan orangtua mereka ? Kamu mau orang-orang akan semakin mengejek anak-anak kita sebagai pembohong ?” bisik Greg sambil memegang lengan Mia.

Dasar pria licik ! geram Mia dalam hati.

“Janji kalian nggak boleh nakal ya ! Dan jangan pulang terlalu sore.”

“Nggak pulang sore tapi habis makan malam,” ledek Greg sambil tertawa.

”Garing !” desis Mia dengan wajah kesal.

Sejak kapan pria kaku ini bisa bercanda ?

Mia hanya bisa menghela nafas sambil membalas lambaian tangan Senja yang tidak mau turun dari gendongan Greg.

Entah rencana apa yang sedang disusun Greg saat ini. Mia bertekad tidak akan lengah apalagi memberikan celah supaya Greg bisa merebut anak-anaknya karena kalau sampai terjadi, Mia pasti akan kehilangan hidupnya juga.

***

“Langit capek ?” tanya Greg sambil duduk di samping putra sulungnya.

“Nggak,” sahutnya sambil menggeleng.

“Kok udahan mainnya ?”

“Om kemana aja selama ini ?”

Greg menarik nafas pelan sambil menatap Langit yang bertanya namun enggan bertatapan dengannya.

“Kok nggak panggil Papi ?”

“Belum biasa dan rasanya aneh.”

“Mami bilang Papi kemana ?”

“Mami bilang nggak boleh pertanyaan dijawab dengan pertanyaan.”

Greg tertawa mendengar jawaban Langit.

“Mami kamu belajar dengan baik.”

“Maksudnya ?”

“Dulu Papi yang ngajarin Mami supaya menjawab pertanyaan bukan dengan pertanyaan lagi.”

Langit tidak menjawab, kakinya bergoyang dan tangannya memilin ujung celana pendek merahnya.

“Papi pergi kerja, sering jalan-jalan keluar kota bahkan keluar negeri. Kalau Langit dan Senja mau, kapan-kapan akan Papi ajak.”

“Nggak usah, Langit mau temenin Mami aja.”

“Mami diajak juga.”

“Mami nggak akan mau. Habis dari rumah sakit Mami bilang Om bukan papinya kami. Mami janji akan cari papi buat Langit dan Senja yang sayang sama kami semua dan nggak akan pergi-pergi lagi, kayak Om Firman.”

“Om Firman ?”

“Iya, Om Firman temannya mami sejak kami masih di Yogyakarta. Sejak tinggal di Jakarta, Om Firman lebih sering datang, ajak kami jalan-jalan dan ke mal kayak sekarang.”

“Jadi selama ini kalian tinggal di Yogyakarta ?”

Langit hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Mami bilang kalau Om Firman akan jadi papi kalian ?”

“Mami nggak bilang tapi Langit mau punya papi kayak Om Firman.”

Hati Greg tercubit, ada sedikit rasa sakit mendengar pengakuan jujur bocah 6 tahun ini.

“Om Firman suka bikin mami tertawa, nggak kayak kalau lihat foto Om. Mami pasti nangis malam-malam kalau lihat foto Om dan Mami waktu jadi pengantin.”

“Om Firman sayang sama Langit dan Senja ?”

“Iya, Om Firman juga sayang sama Mami.”

Greg tertawa getir. Perasaannya tidak menentu tapi Greg tidak tahu apa yang berkecamuk di hatinya.

Selama 7 tahun berpisah, Greg akui dia tidak terlalu mempedulikan nasib Mia meski sekali-sekali kenangan tentang gadis lincah dengan kuncir ekor kuda itu tiba-tiba muncul dalam ingatannya.

“Kalau diminta memilih, siapa yang Langit inginkan jadi papinya Langit dan Senja ? Papi atau Om Firman ?”

Langit melirik Greg sekilas, raut wajahnya terlihat ragu untuk menjawab jujur.

“Papi nggak akan marah dengan jawaban Langit.”

Bocah itu menghela nafas.

“Langit akan pilih Om Firman karena Om Firman bisa bikin mami ketawa dan bahagia. Om Firman sering datang dan nggak suka pergi lama-lama tanpa bilang sama mami.”

“Langit, Papi nggak akan marah kalau memang Om Firman jadi pilihan kalian tapi Papi tetap Papinya Langit dan Senja sampai kapanpun.”

“Kenapa Papi nggak pernah pulang sama sekali atau telepon atau kirim wa supaya mami nggak nangis sendirian kalau Langit dan Senja udah bobo.”

Greg kembali tersenyum tipis sambil bertatapan dengan Langit.

“Papi nggak bisa cerita sekarang. Papi janji kalau Langit sudah besar dan masih mau ketemu, Papi akan ceritakan kenapa Papi nggak suka pulang.”

Pembicaraan serius itu terputus saat Senja keluar dari area bermain diikuti oleh Joe dan langsung menghampiri Greg dan Langit.

“Kamu nggak capek ? Sini Papi lap dulu keringatnya.”

Greg mengeluarkan saputangan miliknya dan mulai mengusap keringat di dahi dan pipi Senja.

“Papi pakai saputangan yang tadi ? Kan udah bekas ingus Senja.”

“Iya, Papi hanya bawa 1 saputangan.”

“Yaaahh ingusnya pindah ke pipi Senja dong.”

Greg tertawa saat melihat bibir Senja mengerucut. Tingkah laku putri kecilnya ini banyak menggali ingatan Greg pada Mia yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ceria dan murah senyum.

“Tadi nggak ada ingusnya, hanya air mata. Nih pipi Senja nggak lengket kok.”

“Makanya jadi anak jangan cengeng !” ledek Langit sambil mencibir.

“Namanya juga perempuan. Kamu kan bilang sendiri kalau mami biar udah gede masih suka nangis juga,”

sahut Senja dengan wajah menggemaskan.

“Ya udah sekarang kita makan es krim dulu sebelum pulang. Kalau Langit dan Senja mau, habis ini kita jemput mami dulu untuk makan malam.”

“‘Mau ! Mau ! Senja mau es krim dan makan malam sama mami. Es krim-nya boleh yang 2 rasa Pi ?”

“Senja !”

Greg tertawa saat melihat Senja mencibir pada Langit yang melotot padanya. Mia mengajar kedua anak ini dengan baik karena mereka tidak suka memanfaatkan kebaikan orang alias aji mumpung.

“Nggak apa-apa, Langit juga boleh yang 2 rasa. Kita belikan mami juga rasa strawberry.”

“Kok Om tahu kalau mami suka es krim strawberry ?”

Greg hanya tertawa meski wajah Langit mengharapkan jawaban. Tangannya langsung menggandeng kedua anak kembar itu.

Joe yang sejak tadi menemani ikut tersenyum melihat Greg yang berusaha mengenal anak-anaknya meski masih terlihat kaku dan canggung.

“Langit kenapa panggilnya masih Om sih ! Nanti kalau ada teman-teman kita yang dengar bisa-bisa mereka menganggap kita tukang bohong.”

“Aku belum terbiasa.”

“Makanya dibiasain dong ! Papi, papi, papi. Ayo coba !”

“Senja apaan sih !” Langit mengomel sambil menepis tangan Senja yang terus menoel-noel lengannya.

Greg kembali tertawa. Ada sesuatu yang hangat mengalir di dalam hatinya melihat tingkah laku si kembar yang menggemaskan.

Terpopuler

Comments

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

emang greg itu gk cinta Mia , datar banget jadi orang

2024-03-05

1

nining

nining

akan kah hati mia luluh melihat kebersamaan anak sama bp nya...kita tunggu jawaban nya dari author🤣🤣

2024-03-01

2

lihat semua
Episodes
1 Hati yang Mengeras
2 Setelah 7 Tahun
3 Bertemu
4 Suara Hati
5 Alasan Joe
6 Mereka Anakku
7 Kejujuran Langit
8 Bertemu Saingan
9 Para Musuh
10 Aku Suamimu
11 Pe-De-Ka-Te
12 Pelindung
13 Siapa Firman ?
14 Bertemu Om Hendrik
15 Pindah
16 Ungkapan Firman
17 Dilema Mia
18 Pelakor atau Mantan ?
19 Mengurai Masalah
20 Senjata Makan Tuan
21 Membasmi Pengerat
22 Keruwetan Mia
23 Kejujuran Hati
24 Maaf untuk Lukamu
25 Aku Masih Ragu
26 Bukti Baru
27 Bertemu Kristin
28 Kekhawatiran
29 Kekesalan Anne
30 Hati Maunya Apa ?
31 Aku Cemburu ?
32 Temuan Baru
33 Bukan Pelakor
34 Makan Siang
35 Kencan
36 Curhatan Hati
37 Joe & Kristin
38 Adik dan Kakak
39 Keluarga
40 Kekecewaan Greg
41 Curhatan Greg
42 Mia Menghilang
43 Hasutan
44 Dilema
45 Memulai Misi
46 Penangkapan
47 Kedatangan Kristin
48 Pengakuan Mengejutkan
49 Ketahuan
50 Perang Dingin
51 Bertemu Peter
52 Mami Sayang Papi
53 Wanita 3 Tahun Lalu
54 Dua Empat Lima
55 Bukan Urusanku
56 Tergoda
57 Penegasan
58 Memastikan
59 Permintaan Kristin
60 Nasehat Teman
61 Permintaan Maaf
62 Welcome to Bali
63 Memulai Kembali
64 Tentang Malam Pertama
65 Kado Istimewa
66 Cerita Mia
67 Kecelakaan Kristin
68 Perasaan Joe
69 Joe yang Menyebalkan
70 Kehangatan Cinta
71 Obrolan Joe dan Kristin
72 Belajar Terbiasa
73 Pria Baper
74 Hati yang Ikhlas
75 Dulu dan Sekarang
76 Karyawan Baru
77 Calon Suami
78 Makan Siang
79 Menyerah
80 Ungkapan Hati Kristin
81 Wanita Penggoda ?
82 Cinta Lama
83 Kecewa
84 Seharusnya Bahagia
85 Siap Nikah
86 Masih Lanjut
87 Kekesalan Mia
88 My Bodyguard
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Hati yang Mengeras
2
Setelah 7 Tahun
3
Bertemu
4
Suara Hati
5
Alasan Joe
6
Mereka Anakku
7
Kejujuran Langit
8
Bertemu Saingan
9
Para Musuh
10
Aku Suamimu
11
Pe-De-Ka-Te
12
Pelindung
13
Siapa Firman ?
14
Bertemu Om Hendrik
15
Pindah
16
Ungkapan Firman
17
Dilema Mia
18
Pelakor atau Mantan ?
19
Mengurai Masalah
20
Senjata Makan Tuan
21
Membasmi Pengerat
22
Keruwetan Mia
23
Kejujuran Hati
24
Maaf untuk Lukamu
25
Aku Masih Ragu
26
Bukti Baru
27
Bertemu Kristin
28
Kekhawatiran
29
Kekesalan Anne
30
Hati Maunya Apa ?
31
Aku Cemburu ?
32
Temuan Baru
33
Bukan Pelakor
34
Makan Siang
35
Kencan
36
Curhatan Hati
37
Joe & Kristin
38
Adik dan Kakak
39
Keluarga
40
Kekecewaan Greg
41
Curhatan Greg
42
Mia Menghilang
43
Hasutan
44
Dilema
45
Memulai Misi
46
Penangkapan
47
Kedatangan Kristin
48
Pengakuan Mengejutkan
49
Ketahuan
50
Perang Dingin
51
Bertemu Peter
52
Mami Sayang Papi
53
Wanita 3 Tahun Lalu
54
Dua Empat Lima
55
Bukan Urusanku
56
Tergoda
57
Penegasan
58
Memastikan
59
Permintaan Kristin
60
Nasehat Teman
61
Permintaan Maaf
62
Welcome to Bali
63
Memulai Kembali
64
Tentang Malam Pertama
65
Kado Istimewa
66
Cerita Mia
67
Kecelakaan Kristin
68
Perasaan Joe
69
Joe yang Menyebalkan
70
Kehangatan Cinta
71
Obrolan Joe dan Kristin
72
Belajar Terbiasa
73
Pria Baper
74
Hati yang Ikhlas
75
Dulu dan Sekarang
76
Karyawan Baru
77
Calon Suami
78
Makan Siang
79
Menyerah
80
Ungkapan Hati Kristin
81
Wanita Penggoda ?
82
Cinta Lama
83
Kecewa
84
Seharusnya Bahagia
85
Siap Nikah
86
Masih Lanjut
87
Kekesalan Mia
88
My Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!