“Beneran ini kamar Senja, Pi ?”
“Iya kamar Langit di sebelahnya,” Greg mengangguk sambil tersenyum.
”Yeay akhirnya Senja punya kamar sendiri !”
Bocah itu bersorak kegirangan di depan pintu dan badannya berputar-putar lalu berakhir dalam pelukan Greg.
“Terima kasih Papi.”
Senja menciumi seluruh wajah Greg berkali-kali membuat pria itu tertawa kegelian.
“Nanti malam Mami temani, ya. Senja kan belum biasa tidur sendiri.”
“Nggak usah Mami,” tolak Senja sambil menggoyangkan kedua telapak tangannya yang terbuka.
“Senja juga berani kayak Langit meskipun anak perempuan. Apalagi bulan depan umur Senja sudah 7 dan sebentar lagi naik kelas 2.”
“Malam ini saja Mami…”
“Mami temenin Papi aja. Kasihan Papi udah lama bobo sendirian terus,” celetuk Langit.
“Sok tahu deh,” ledek Mia sambil menoel hidung Langit yang langsung cemberut.
“Kata Om Joe !” sahut Senja dengan suara lantang.
“Memangnya Om Joe bilang apa ?” pancing Greg sambil senyum-senyum.
“Om Joe bilang papi suka kedinginan dan demam karena tinggal sendiri dan tidur nggak ada yang temani,” sahut Senja dengan penuh semangat.
“Nggak ada hubungannya ! Om Joe aja lebay. Buktinya Langit nggak pernah kayak gitu,” tukas Mia dengan wajah mulai cemberut.
“Itu kan karena Langit nggak tinggal sendirian, Mami. Udah gitu setiap malam sebelum tidur, Mami pasti peluk dan cium langit,” sahut si sulung.
Greg membuang muka ke lain arah sambil menutup mulutnya yang tersenyum sumringah. Ucapan asistennya terlalu mengada-ada tapi sangat bermanfaat untuk memprovokasi pikiran si kembar.
“Papi !”
Greg menoleh dan putrinya hanya memberi isyarat dengan mata dan gerakan tangan menunjuk koper pakaian milk Mia.
”Senja !” tegur Mia
”Nggak apa-apa. Siap putri cantik. Papi bawa pakaian Mami ke kamar ya.”
Mia memutar bola matanya dan menatap Greg dengan wajah kesal.
“Jangan terlalu memanjakan anak-anak !” gumamnya saat Greg lewat sambil membawa koper milik Mia.
Benar-benar modus ! Ngapain juga suruh Joe ikiut meracuni pikiran anak-anak !
***
“Udah nggak takut ketinggian ?”
Mia terkejut dan buru-buru menjauh dari tepi balkon saat mendengar suara Greg.
”Apa nggak ada yang lebih rendah lagi dari ini ?” gerutu Mia tanpa mau menatap lawan bicaranya.
“Aku sudah pilihkan lantai yang paling rendah tapi masih bisa mendapatkan pemandangan bagus di malam hari. Kalau di bawah ini, hanya kelihatan dinding gedung dan jalan raya.”
Mia menghela nafas dan kembali memundurkan langkahnya.
“Setelah masalah ini beres…”
“Aku akan membawa kalian menempati rumah yang layak dan hanya 2 tingkat supaya kamu tidak cemas lagi.”
“Bukan itu yang mau aku katakan !”
Mata Mia membola karena saat membalikkan badan, posisi Greg begitu dekat dengannya.
“Kamu…..Kamu mau ngapain ?”
Greg memegang tangan Mia sambil tertawa. Semakin Mia berusaha melepaskan diri, genggaman Greg semakin kuat bahkan akhirnya wanita itu jatuh ke dalam pelukan suaminya.
“Lepasin aku nggak ! Jangan aneh-aneh ya ! Jangan pikir aku mau tidur…”
Cup.
Mata Mia langsung melotot apalagi melihat Greg kembali tertawa.
“Aku hanya mengikuti caramu membungkam mulutku setiap kali aku mengomel karena sikapmu yang kekanak-kanakan dan sering memaksakan perasaanmu padaku.”
“Keadaannya beda ! Dulu aku melakukannya karena cinta kalau sekarang kamu lakukan karena ingin membalas dendam !”
“Darimana kamu tahu kalau yang aku lakukan hanya sekedar balas dendam tanpa cinta ?”
Mata Mia kembali melotot saat tangan Greg membawa kepala Mia merapat ke dadanya.
“Bisakah kamu mendengar degup jantungku yang berdetak lebih cepat dari manusia normal ?”
Tentu saja aku mendengarnya, kamu membuat telingaku menempel di dadamu, batin Mia.
“Sebetulnya, degup jantung yang tidak biasa ini sudah lama aku rasakan. Meskipun kamu bukan wanita pertama yang aku cinta tapi kamulah yang memberikan pengalaman tentang ciuman pertama dalam
hidupku.”
“Semua sudah lama berlalu, tidak ada yang perlu dibahas lagi.”
Mia berusaha melepaskan diri dari pelukan Greg namun pria itu hanya merenggangkan dekapannya, kedua tangan Greg masih memeluk pinggang Mia.
“Maaf kalau aku pernah berbohong padamu soal perasaanku,” ujar Greg dengan wajah yang begitu dekat.
Mia langsung menoleh ke samping namun sapuan nafas Greg langsung membuat wajahnya merona.
“Kamu gadis yang baik dan apa adanya. Meskipun pada awalnya aku sering dibuat kesal karena sikapmu yang terus menerus memaksaku membalas perasaanmu, tanpa bisa aku cegah, aku merasa sepi dan takut kehilangan saat kamu menjaga jarak denganku dan yang terberat adalah waktu aku harus tetap meninggalkanmu bahkan setelah mendegarmu sedang hamil.
Sebagai laki-laki, rasanya gengsi untuk mundur dan bertemu kembali dengan papi. Itu sebabnya aku tidak pernah membuka surat dari Om Radit dan datang ke pemakaman papi dan mami.”
Greg sengaja melepaskan Mia hingga wanita itu membuat jarak di antara mereka.
“Itu sebabnya kita tidak akan pernah bersatu lagi karena terlalu banyak jejak luka dalam hubungan kita di masa lalu.”
“Tapi semua luka bisa diobati, Mia.”
“Tidak untukku,” gumam Mia dengan wajah sendu.
”Mia…”
Mia melangkah mundur kembali menjauhi Greg yang mendekatinya.
“Hatiku benar-benar hancur saat kamu mencampakkanku malam itu dan memperlakukan aku seperti perempuan murahan yang menuntut pertanggungjawabanmu.”
“Mia…”
Mia mengangkat telapak tangan kanannya yang terbuka sebagai isyarat supaya Greg jangan mendekatinya.
“Kamu tidak pernah tahu bagaimana perasaanku saat melewati malam pertama kita dengan kondisimu yang mabuk dan itupun terjadi sebulan setelah pernikahan kita.”
“Mia, bukan kamu penyebabnya tapi aku, diriku sendiri yang menjadi alasan kenapa aku menunda malam pertama kita. Dan soal mabuk….”
“Sejak kamu pergi hidupku hanya dipenuhi dengan penyesalan Greg !” pekik Mia dengan penuh emosi.
“Aku menyesal karena sudah memaksamu untuk mencintaiku sampai akhirnya papi menyuruhmu menikahiku.”
“Ralat Mia, bukan papi yang menyuruhku tapi akulah yang menemui papi dan melamarmu. Awalnya tujuanku memang untuk menjadikanmu sebagai tempat pelampiasan rasa marahku, tapi faktanya selama 3 tahun kita pacaran lalu 1 tahun menikah, aku tidak benar-benar bisa menjalankan tujuan awalku. Aku malah semakin terjebak dalam perasaan yang tidak menentu, Mia.”
“Tapi pada akhirnya kamu memilih meninggalkan aku dan membuangku begitu saja, Greg.”
Dari kedua sudut mata Mia mulai bergulir air mata.
“Kamu mencampakan aku dan menganggapku tidak pernah ada dalam hidupmu selama 7 tahun terakhir ini. Kamu tahu bagaimana rapuhnya diriku tanpa kamu, papi dan mami di sisiku tapi kamu tetap tidak peduli padaku, Greg. Duniaku benar-benar berputar 180 derajat dan tidak mudah bagiku untuk mengikuti perputarannya. Aku tidak menangis karena kehilangan harta benda, tapi aku takut karena merasa sendirian. Hanya ada Bik Sumi di sampingku.”
“Mia….”
Greg menghela nafas dan urung meneruskan kalimatnya.
Mia menghapus air mata dengan kedua punggung tangannya lalu tersenyum getir.
“Terima kasih buat segala yang kamu lakukan padaku, Langit dan Senja. Jangan memberikan terlalu banyak mimpi indah untuk kedua anak itu karena setelah semuanya beres, mereka harus berpijak kembali di tempat mereka yang seharusnya. Aku masuk dulu.”
Greg masih berdiri di balkon sambil menatap ke sekeliling apartemen. Beberapa kali pria itu tampak menghela nafas dengan wajah penuh penyesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
siapa gk sakit hati saat hamil ditinggal dan diragukan , terlalu banyak luka
2024-03-13
1
𝘛𝘳𝘪𝘚
huwaaa😭😭😭
semangat berjuang greg
2024-03-11
1
Lilik Juhariah
gk mudah melupakan kondisi buruk merawat senja dan langit, trs kamu kemana greg
2024-03-11
1