“Mia tunggu !”
Charles bergegas mengejar Mia yang langsung membawa anaknya pergi.
“Mia tunggu ! Tolong dengarkan penjelasanku dulu !”
Mia terpaksa berhenti karena Charles berhasil menahan lengannya. Ditatapnya pria itu dengan perasaan marah sekaligus kecewa.
“Kenapa dokter tidak bilang sejak awal kalau orang yang dicari anak-anak saya adalah dia !”
“Sudah 2 tahun ini Greg sering mengalami sakit kepala dan belum ada dokter yang bisa mendiagnosa penyakitnya.”
“Bukan urusan saya ! Dia sudah punya cukup banyak uang untuk mencari dokter atau apapun yang bisa menyembuhkannya.”
“Ini bukan soal uang karena Greg sudah melakukan pemeriksaan sampai ke luar negeri dan hasilnya baik-baik saja tapi rasa sakitnya tidak kunjung pergi.”
“Mungkin ini saatnya dia membayar karma,” desis Mia dengan senyuman sinis.
“Mungkin saja.”
“Tujuan saya kemari murni karena kedua anak ini ingin minta maaf padanya. Langit tidak bermaksud menendang bola ke arahnya apalagi sampai membuat dia pingsan, jadi tolong sampaikan permintaan maaf kami dan saya berjanji tidak akan membiarkan anak-anak ini mengulangi perbuatannya lagi.”
Charles menautkan alisnya dan menatap kakak beradik itu dengan wajah bingung karena bukan seperti itu kejadian yang ia dengar dari Joe.
Senja mundur ke belakang Mia dan menggelengkan kepalanya pada Charles. Tatapannya memohon supaya dokter itu tidak meralat ucapan Mia dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.
“Ayo kita pulang !”
Mia kembali menarik kedua anaknya namun lagi-lagi Charles menahannya.
“Mia tolong berikan aku satu kesempatan untuk mencoba pengobatan dengan cara yang berbeda. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi kalau sampai Greg menolak atau tidak ada kemajuan apapun dalam pengobatannya.”
“Tidak ada gunanya ! Suruh dia mengeluarkan lebih banyak uang untuk mencari jalan supaya bisa sembuh.”
Charles tidak ingin memaksa sampai tiga kali namun dahinya langsung berkerut saat melihat Langit menghentakkan tangan sampai terlepas dari genggaman Mia.
“Langit !” tegur Mia dengan tatapan galak.
”Langit tidak mau pulang sebelum bertemu Papi !” tegasnya dengan suara meninggi.
Bukan hanya Mia yang dibuat terkejut tapi Charles dan Senja sama kagetnya mendengar ucapan Langit.
“Maksud kamu apa Langit ?” tanya Senja dengan wajah bingung.
Mia menggeleng saat Langit menatapnya tapi bocah berusia 6 tahun malah menghela nafas panjang.
“Langit tahu kalau diam-diam Mami suka menangis sendirian sambil menatap foto papi dan mami saat jadi pengantin, Langit pernah meliht foto itu dan wajah papi sama dengan om yang tadi.”
Mia tidak menjawab dan membuang muka ke samping karena tidak sanggup melihat tatapan anaknya yang minta penjelasan.
“Langit kamu nggak bohong kan ? Om itu papinya kita ?”
Langit mengangguk tanpa keraguan sedikit pun.
“Senja juga mau ketemu sama Papi, Mi.”
Mia menggigit bibirnya, berusaha menahan gejolak hatinya hingga tanpa bisa ditahan, kedua sudut matanya mulai basah.
“Mami bilang Papi pergi jauh dan nggak akan pernah kembali lagi, terus kenapa sekarang Papi ada di sini ?”
“Senja, maksud Mami pergi jauh ya pergi bukan berarti Papi sudah meninggal.”
Senja mengangguk-angguk saat Langit memberikan penjelasan.
“Mami,” Langit menyentuh jemari Mia yang buru-buru menghapus air matanya.
“Langit mau ketemu Papi buat tanya kenapa nggak pernah datang menemui kita selama ini. Langit mau marahin Papi karena sudah membuat Mami sering menangis. Langit janji nggak akan pergi meninggalkan Mami biar Papi minta sama Langit.”
Senja ikut mendekat dan menggenggam jemari Mia yang sebelah lagi.
“Senja juga sama kayak Langit. Senja cuma pingin tahu kayak apa muka Papi tapi Senja nggak akan ninggalin Mami sekalipun teman-teman bilang kami ini anak haram karena nggak pernah tahu siapa papinya..”
Charles menghela nafas, menahan haru saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh kedua bocah berusia 6 tahun itu.
“Mami tidak mau om itu menyakiti Langit dan Senja karena baginya kalian bukan siapa-siapa.”
Langit dan Senja yang belum paham benar maksud ucapan Mia tidak terpengaruh. Tatapan keduanya masih berharap agar Mia memberikan ijin.
“Berikan mereka kesempatan, Mia. Aku akan mendampingi dan melindungi mereka seandainya Greg menolak atau bahkan menyakiti mereka secara verbal.”
Mia menghela nafas saat kembali menatap Langit dan Senja. Egonya ingin bilang tidak namun nuraninya sebagai seorang ibu merasa kalau kedua anaknya berhak tahu siapa ayah mereka.
“Kalau Om itu tidak mau bertemu, jangan memaksa. Cukup kalian minta maaf dan berjanji kalau kalian tidak akan mengganggu om itu lagi. Bisa ?”
Kedua bocah itu mengangguk sambil tersenyum.
“Mami tunggu di sini dan waktu kalian hanya 15 menit.”
“Yes !”
Keduanya sama-sama menggerakan tangan mereka lalu melakukan tos.
“Apakah setiap anak kembar selalu kompak seperti ini ?“
“Anda ahlinya, dokter Charles.”
Charles mengangguk-angguk sambil tersenyum lalu mengulurkan kedua tangannya, siap membawa si kembar menemui Greg.
Greg masih duduk di ranjang saat Charles masuk bersama Langit dan Senja.
Senja terlihat takut-takut sampai bersembunyi di balik tubuh Charles sedangkan Langit tanpa ragu menatap Greg yang mencoba bersikap biasa-biasa saja saat melihat wajah Langit yang begitu mirip dengan Mia.
“Selamat sore, Om,” sapa Langit sambil tersenyum tipis.
“Selamat sore, Om,” Senja ikut menyapa dengan malu-malu.
“Bagaimana kalian tahu kalau saya ada di sini ?”
Langit langsung menghela nafas, hatinya kecewa mendengar kalimat pertama yang diucapkan Greg. Sepertinya ia mulai mengerti kenapa maminya enggan menemui mereka dengan sang papi.
”Dari Ferdi, Om. Saya memaksa Ferdi untuk memberitahu kemana Tante Juwita membawa Om. Maaf kalau kami kepo dan membuat Om kesal.”
Greg menangkap kalau Lintang kesal dengan pertanyaannya. Bukan kebiasaanya mendadak canggung seperti ini apalagi laki-laki yang berbicara padanya hanya seorang bocah.
Senja yang paham dengan sifat Lintang langsung mendekat dan menggenggam jemari kembarannya. Hatinya juga merasa kecewa dengan sikap Greg namun Senja ingat dengan ucapan Mia kalau pria dewasa di depannya tidak pernah menganggap mereka.
“Kami kemari hanya ingin minta maaf, Om dan kami janji nggak akan datang ke rumah Ferdi lagi supaya tidak ketemu sama Om.”
“Siapa Ferdi ?” tanya Charles dengan alis menaut.
“Anak Juwita,” sahut Greg.
Charles pun mengangguk-anggukan kepalanya.
“Memangnya apa hubungan Ferdi dengan Om ini ?” tanya Charles kembali pada Langit dan Senja.
“Ferdi pernah bilang kalau dia akan punya papa lagi. Ganteng, keren dan orang kaya. Tadi siang kami lihat tante Juwita pulang dengan om ini,” tutur Senja panjang lebar.
“Tapi saya bukan calon papanya Ferdi,” tegas Greg dengan nada kesal.
Charles membuang muka ke samping sambil senyum-senyum melihat reaksi Greg.
“Karena om adalah papi kami ?”
“Senja !”
Senja langsung menutup mulutnya saat Langit menegurnya dengan keras.
“Maaf,” lirihnya dengan wajah menunduk.
Greg menatap ke arah Charles yang mengangkat kedua bahunya, menyuruh Greg bertanya langsung.
“Maaf kami sudah mengganggu Om. Kami pulang dulu.”
Langit menarik tangan Senja dan buru-buru mengajaknya keluar kamar. Suasana terasa aneh dan perasaan Langit juga tidak menentu.
“Tunggu !”
Langit dan Senja langsung menghentikan langkah mereka dan Charles tersenyum mendengar ucapan Greg.
“Bagaiamana kalian bisa bilang kalau saya adalah papi kalian ?”
Langit menghela nafas dan rasa kecewa kembali memenuhi hatinya. Bocah itu berbalik badan dan menatap Greg dengan tajam.
“Senja hanya ngomong asal-asalan karena dia ingin teman-teman berhenti memanggil kami anak haram jadi Om tidak usah terlalu ge-er atau berpikir kami iri pada Ferdi dan ingin punya ayah juga seperti Om.”
Greg terkesima mendengar jawaban Langit dan hatinya sedikit tercubit saat melihat mata Senja mulai berkabut menatapnya namun Greg masih bertahan dengan wajah datar dan biasa-biasa saja.
“Ayo Senja, maaf kalau aku salah melihat orang.”
“Tidak apa-apa Langit.”
Charles hanya bisa menghela nafas dan membiarkan kedua bocah itu pergi keluar kamar sedangkan Greg tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
ariyan
asli Thor bikin 😭
2024-03-01
2