“Papi !”
Senja berlari menghampiri pria yang duduk di teras. Tangannya terentang siap memeluk gadis kecil itu dan membawanya ke pangkuan.
Mia menghela nafas. Pria ini sangat keras kepala dan tidak pernah main-main dengan ucapannya. Isi pesan yang rutin dikirim untuk Langit dan Senja benar-benar diwujudkannya.
“Hai jagoan Papi !”
Greg beranjak bangun dengan satu tangan menggendong Senja dan tangan lainnya mengusap kepala Langit lalu memeluknya.
Langit tidak menolak tapi juga tidak membalas pelukan Greg. Bagi pria itu tidak masalah karena ia paham kalau Langit terluka karena merasa diabaikan sang ayah selama 7 tahun.
“Itu koper siapa ?” tanya Langit saat melihat benda itu di dekat kursi.
Mia dan Firman ikut melongok dan melihat satu koper ukuran sedang dan satu kantong besar terhalang oleh badan Greg.
“Koper Papi. Rencananya malam ini Papi mau menginap di sini dan tidur sama Langit. Boleh ?”
Mata Mia membola dan ingin langsung mengusir Greg yang semakin berani bertindak tanpa kompromi dulu.
“Om beneran mau tidur sama Langit ?”
Greg mengangguk saat bocah itu merenggangkan pelukan dan menatapnya dengan ekspresi yang campur aduk antara kaget, tidak percaya dan rasa bahagia yang tidak mampu disembunyikannya.
“Iya beneran. Boleh ?”
“Terus kapan tidur sama Senja dan Mami ?” si bawel Senja protes.
“Kapan saja kalau Mami mau. Kita bisa tidur berempat.”
Greg tersenyum sambil melirik Mia yang sedang melotot kepadanya.
“Jangan asal bicara !” tegur Mia dengan wajah kesal.
Greg mengabaikan omelan Mia dan mendekati Firman yang masih berdiri di belakang istrinya.
“Terima kasih sudah membawa istri dan anak-anak saya bersenang-senang hari ini. Untuk ke depannya saya pastikan tidak akan menyusahkan anda sepertini ini lagi karena mulai sekarang sayalah kepala rumah tangga.”
Mulut Mia sudah gatal ingin memaki Greg tapi tidak mungkin karena kedua anaknya ada di dekatnya.
“Jadi Langit dan Senja nggak boleh jalan-jalan lagi sama Om Firman ?”
Greg mengusap kepala Langit sambil tersenyum.
“Nanti kita bicarakan lagi, ya. Sekarang sudah malam dan kalian belum mandi. Om Firman juga harus pulang karena besok mau kerja lagi.”
Greg bergeming sambil tersenyum pada Firman. Tatapannya seolah memberi isyarat supaya pria itu segera meninggalkan rumah Mia.
“Aku pulang dulu, Mia. Langit, Senja, jangan lupa mulai belajar supaya bisa naik kelas dengan nilai bagus.”
“Oke Om.”
“Siap Om.”
Greg sempat memutar bola matanya. Entah kenapa hatinya mulai tidak suka melihat Firman menepuk bahu Mia dan melakukan tos dengan kedua anaknya saat pamitan.
Mia mengantar Firman sampai ke gerbang tapi sengaja tidak menggemboknya.
“Tunggu !” cegah Mia saat Greg berniat membawa kopernya ke kamar Langit.
Greg tersenyum dan memberi isyarat kalau ada Langit di sampingnya.
“Sayang, Mami sama Papi keluar sebentar ya. Ada yang harus Mami beli di minimarket depan. Langit sama Senja mandi dulu, Mami nggak akan lama.”
“Om jadi tidur sama Langit kan ?”
”Iya, tadi kan sudah janji.”
Huuffttt ! Dia benar-benar menguji kesabaran, gerutu Mia dalam hati.
***
“Kenapa kita harus pergi segala ? Aku hanya membutuhkan jawaban kenapa kamu bertindak seenaknya tanpa minta ijin dulu kepadaku ?”
“Karena aku tidak mau kamu meluapkan emosi di depan anak-anak. Perasaan Langit cukup sensitif karena aku sudah membuat hatinya terluka sejak kecil.”
Greg menghela nafas dan wajahnya menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam.
“Seharusnya kamu tidak perlu datang ke dalam kehidupan kami supaya semuanya tidak bertambah rumit,” gumam Mia sambil menoleh ke samping.
“Aku juga sempat bertanya-tanya kenapa bisa mendadak dipertemukan dengan Langit dan Senja setelah 7 tahun. Kenapa bukan 2 atau 3 atau 4 tahun setelah kita berpisah. Akal sehatku sempat menolak kenyataan kalau anak-anak itu sungguh darah dagingku tapi semakin aku menolak atau menyangkalnya, kepalaku semakin sakit.”
“Aku akan membawa mereka sejauh mungkin asal kamu berhenti saat ini juga ! Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggumu namun tolong jangan jejali pikiran mereka dengan janji-janji manis dan mimpi indah soal bagaimana rasanya memiliki ayah kandung setelah sekian lama menghilang.”
Suara Mia sempat meninggi dan Greg menepikan mobilnya di jalan yang agak sepi.
“Aku hanya mengikuti suara hatiku, Mia. Aku tidak bersandiwara demi menarik simpati Langit dan Senja. Apa kedatanganku membuyarkan rencanamu untuk menikah dengan Firman.”
“Apa yang aku minta tidak ada hubungannya dengan Firman !” geram Mia dengan mata mendelik.
“Aku hanya bertanya Mia karena Langit sempat cerita kalau ada kemungkinan Firman jadi ayah sambungnya.”
Wajah Greg berubah sendu bahkan ia langsung membuang muka ke samping.
“Saat mendengar Langit bicara jujur seperti itu, aku tidak merasa sakit atau kesal karena seperti aku bilang tadi, akal sehatku benar-benar merasa kalau semua kejadian yang tiba-tiba ini seperti cerita drama di televisi. Namun semakin aku menghindar, hatiku justru semakin mendesak ingin selalu dekat dengan Langit dan Senja. Ada rasa yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata dan lama-lama aku akui kalau hatiku tidak rela melihat mereka dekat dengan Firman:”
“Aku tegaskan sekali lagi kalau semua ini tidak ada hubungannya dengan Firman. Aku mohon jangan ambil mereka dari hidupku. Kamu memiliki segalanya, kamu bisa mendapatkan wanita yang kamu inginkan dan membuat banyak anak dengan mereka. Biarkan aku hidup tenang dengan Langit dan Senja.”
Greg menghela nafas dan melajukan kembali mobilnya tanpa bicara apa-apa hingga 20 menit kemudian, mobil Greg masuk ke area parkiran basement sebuah bagunan apartemen mewah.
“Kenapa kamu membawaku kemari ? Kita hanya perlu mencari tempat untuk bicara sebentar karena aku harus segera pulang.”
“Kita, bukan hanya kamu. Aku tidak mau dianggap pembohong oleh Langit.”
Greg mengambil satu amplop dari kursi penumpang belakang dan memberikannya pada Mia.
“Apa ini ?”
“Surat pembatalan permohonan cerai kita.”
“Maksudmu kita masih suami istri yang sah ? Darimana kamu dapatkan surat ini ? Jangan mengada-ada !”
“Aku tidak mengada-ada. Joe sudah memastikannya ke kantor Catatan Sipil dan benar kita masih sah sebagai suami istri.”
“Tidak mungkin kamu mengajukan pembatalan ini kan ?” sindir Mia dengan senyuman sinis.
“Papi dan Om Radit yang mengaturnya dengan memalsukan tandatanganku.”
“Kalau begitu kita ajukan ulang sekarang, aku tidak keberatan. Silakan suruh Joe mengurus permohonan yang baru dan jangan khawatir karena aku tidak akan mengajukan tuntutan apapun soal harta atau tanggungjawabmu pada Langit dan Senja. Hanya satu syarat yang aku minta.”
“Tidak akan ! Aku tidak akan mengajukan ulang permohonan cerai denganmu. Tidak akan pernah dan jangan berharap aku akan melakukan kesalahan yang sama sampai 2 kali.”
“Apa maksudmu ? Jadi benar dugaanku kalau kamu akan mengambil Langit dan Senja dariku ? Iya ?”
Greg menghela nafas panjang sambil menatap Mia yang memandangnya dengan perasaan marah.
“Aku sudah membuat kesalahan besar 7 tahun yang lalu dengan meninggalkanmu saat hamil dan mungkin saja aku juga salah soal keyakinanku kalau papi adalah penyebab meninggalnya orangtuaku.”
“Aku tidak mau membahasnya lagi, saat ini yang penting bagiku adalah Langit dan Senja. Tolong lepaskan kami. Berikan aku waktu sampai mereka menyelesaikan tahun ajaran ini, setelah itu aku janji akan menghilang lagi dari hidupmu.”
“Tidak akan !”
“Greg !”
Greg tersenyum sambil menatap Mia yang terlihat sangat emosi.
“Akhirnya kamu menyebut namaku. Charles dan Joe sempat bilang kalau mulutmu seperti orang alergi untuk menyebut namaku.”
“Jangan mengalihkan topik pembicaraan !”
Greg mengangguk-angguk sambil tertawa pelan.
“Aku tidak akan mengajukan permohonan ulang perceraian kita sampai kapanpun. Aku ingin membesarkan Langit dan Senja bersamamu.”
“Aku tidak mau ! Aku sangat membencimu dan sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkanmu !”
Greg tersenyum getir dan menghidupkan kembali mobilnya.
“Maaf aku tidak bisa memenuhi permintaanmu sekalipun kamu membenciku. Aku suamimu, suami sahmu dan aku berhak atas hidupmu. Apalagi saat ini kamu hanya sebatang kara.”
“Aku tidak terima !”
“Aku tidak peduli karena aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.”
Air mata karena emosi yang ingin meledak akhirnya tumpah juga. Mia mulai terisak sambil menatap keluar jendela samping.
Mia menepiskan tangan Greg yang mengulurkan tisu padanya.
“Jangan sok baik !”
“Aku bukan orang yang suka bersandiwara. Aku pernah menjadi lelaki yang brengsek karena memanfaatkanmu untuk melampiaskan dendamku. Tapi suka atau tidak, sejak kita mengucapkan janji sehidup semati sampai maut memisahkan kita, aku adalah suamimu !”
Mia tidak menanggapi lagi ucapan Greg yang keras kepala dan membiarkan pria itu membawanya kembali ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Safa Almira
syuka
2024-11-07
1
Putri Chaniago
berjuanglah Greg berjuang yg keras, moga cepat terbongkar konspirasi n kejahatan Hendrik y thor dalang kematian kedua org tua Greg n kedua org tua Mia
2024-03-03
3
nining
lanjut kak retha
2024-03-02
1