Mata Felipe membulat, nafasnya memburu dengan cepat setiap melihat gerakan Aron dalam melawan dan menangkis lawannya. Luar biasa, itu lah kata yang mewakili semua yang terlihat di depannya.
Bukan hanya Felipe, Marcus pun takjub dengan cara Aron bertarung. Teknik yang dia gunakan sangat bagus. Satu hal yang membuat Felipe dan Marcus kagum adalah ketika Aron melawan tapi berusaha untuk tidak melukai. Dia hanya mencari titik-titik lemah dari lawan untuk melumpuhkannya.
Plok! Plok! Plok!
" Luar biasa ... sungguh luar biasa. Baiklah, mulai besok kau bergabung di LL Club. Selamat datang di LL Club Aron Walter, sebuah kehormatan bisa menerimamu di klub ini."
" Terimakasih Tuan Felipe. Saya akan melalukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan Anda."
Aron meraih tangan Felipe yang sudah mengulur ke arahnya. Semua anak-anak ( maksudnya adalah anggota klub) Felipe melihat dengan takjub. Mereka tentu tidak pernah menyangka bahwa Felipe mengakui kemampuan seseorang dengan secepat itu. Butuh setidaknya setahun untuk mendapatkan kemampuan dari seorang Felipe, mantan petarung nasional negara S.
Saat Felipe membawa Marcus ke ruangannya untuk membuat kontrak, Grethe mengajak Aron untuk duduk sebentar. Ia juga mengambilkan Aron minum, tampak beberapa anggota Club LL menatap Aron dengan berbagai ekspresi. Ada yang kagum, penasaran, dan bahkan tidak suka.
Semua itu jelas terjadi. Kemampuan Aron yang bisa dikatakan melebihi mereka itu membuat rasa iri muncul.
" Cih aku yakin dia hanya beruntung, atau kebetulan menang."
" Lagi pula yang di lawan adalah si x yang belum pernah masuk turnamen. Jelas lah dia mudah kalah."
" Benar, aku setuju dengan kalian. Aku yakin itu hanya kebetulan."
Aron jelas bisa mendengar semua ungkapan ketidaksukaan mereka terhadap dirinya. Tapi itu bukan sesuatu yang baru baginya, sebelumnya saat di Pelea de Lobos, dia sudah sangat sering mendengarnya. Bukan hanya itu, dis juga kerap mendapatkan diskriminasi di awal-awal ia bergabung. Belum lagi sekarang, mereka menatap aneh dengan kalung yang ia pakai.
" Ron, apakah tidak apa-apa?" ucap Grethe sambil mengulurkan minuman. Ia sedikit merasa tidak nyaman dengan suara-suara orang yang membicarakan Aron.
" Tidak masalah Grethe, aku sudah biasa dengan itu semua. Lagi pula, sekarang aku punya tujuan. jadi ocehan mereka tidak ada artinya," jawab Aron. Ia tersenyum ke arah Grethe untuk meyakinkan gadis itu bahwa semuanya baik-baik saja dan dia tidak terpengaruh dengan semua ocehan itu.
" Aron, Grethe, Ayo pulang. Mulai besok kamu sudah bisa langsung berlatih di sini. Aku juga membawa kontraknya dari Felipe, dia ingin kamu membacanya dulu sebelum menandatanganinya."
Marcus keluar dari ruangan Felipe dengan membawa sebuah amplop coklat besar. Pria paruh baya itu tersenyum ke arah Grethe dan Aron. Ia sendiri merasa bahwa hal ini sangat menyenangkan, sebelumnya belum pernah ada perasaan ini. Terlebih ketika melihat Aron, Marcus seakan merasakan hal yang sangat familiar.
" Aku tidak mengerti mengapa aku seperti ini, tapi mata itu. Mata hitam kekuningan itu adalah milik klan keluarga yang sudah sangat jarang ada di negara ini. bahkan bisa dibilang sudah tidak ada. Mata itu adalah mata milik keluarga legenda petarung di awal abad masehi, sebuah cerita kuno yang menjadi sebuah dongeng. Karena cerita mereka tidak tercatat dalam sejarah, tapi sangat terkenal dan menyebar di kalangan masyarakat."
Marcus sibuk dengan pikirannya sendiri, melihat Aron ada perasaan yang begitu menyenangkan. Ada sesuatu dalam lubuh hati terdalamnya yang merasa bahwa mereka dekat. Padahal ini pertemuan pertama mereka.
marcus yang terhanyut dalam lamunannya tidak sadar bahwa mobilnya yang dikemudikan oleh Grethe sudah sampai di depan rumah. Di sana tampak sebuah mobil lain yang sudah terparkir rapi di sisi jalan.
" Aaah sudah sampai kah? Nah itu Jose, aku yang menyuruhnya kemari untuk memeriksa kalung Aron."
Grethe mengenal baik siapa Jose, mereka adalah rekan satu tim dimana Jose merupakan orang terbaik dalam memecahkan sebuah teka-teki. baik itu sandi ataupun petunjuk lain dalam pemecahan kasus.
Jose dan Aron berkenalan, Marcus juga ikut duduk di ruang tamu saat Jose memeriksa Aron. Sedangkan Grethe memilih untuk menyiapkan makan malam bagi semuanya. Rumah Marcus, Grethe sudah terbiasa pasalnya anggota tim sering berkumpul di tempat itu jika membahas akan sesuatu hal.
" jadi, apakah bisa cepat dilepaskan Jose?" tanya Marcus, ini sebenarnya yang membuat khawatir. Kalung itu saat Aron ikut dalam turnamen harus segera bisa dilepaskan.
" Ehmm. ini kombinasi unik Ketua. Agak susah dan kalau boleh bilang rumit. Tapi aku akan mencobanya. Hanya saja membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama."
" Satu minggu, aku bei kau waktu satu minggu untuk memecahkan kode itu."
Jose mengangguk cepat. Itu adalah waktu yang cukup baginya untuk mempelajarinya. Aron mengucapkan terimakasih, ia tidak menyangka bahwa ketika berada di dunia luar dia mendapatkan banyak bantuan. Dan orang-orang tidak membencinya.
" Apa Anda semua tidak merasa risih dengan saya, saya ini dibilang sebagai iblis saat di tempat itu," kata Aron lirih.
Marcus dan Jose tersentak, keduanya saling pandang. Mereka tidak menyangka bahwa Aron akan bicara seperti itu.
" Saya dijuluki iblis karena tidak punya belas kasih saat bertarung. Dan setiap melakukan pertarungan, saya memang sellau bahagia. Saya senang melihat lawan saya kalah di depan mata saya."
Deg!
Marcus terkejut mendengar pengakuan Aron. Sejujurnya dia tidak menyangka bahwa Aron akan berkata dengan lugas tentang dirinya di tempat itu. Dimana ia yakin bahwa anak itu pasti menderita psikologis yang tidak baik.
" Tidak maslaah, kamu melakukan itu semua untuk bertahan hidup bukan? Pria ban ... eh pri itu, pria yang bernama Oliver itu memang manusia yang tidak punya perasaan. Sekarang, ubah saja mindset mu. Jika dulu kamu bertarung untuk bertahan hidup, maka sekarang bertarung lah karena kamu memang menginginkannya. Bukan karena terpaksa, lakukan itu dengan hati dan bukan karena desakan seseorang."
Syuuut
mendengar kata-kata Marcus, Aron langsung menatap wajah pria paruh baya itu. Ada rasa nyaman dan senang. ia seperti mendapatkan nasihat dan pancaran kasih sayang yang tidak pernah ia terima selma 26 tahun hidupnya.
" Te-terimaksih banyak Pak. Terimakasih untuk apa yang sudah Anda ucapkan kepada saya," ucap Aron dengan senyum.
Marcus membalas senyuman Aron. Hatinya seperti tanah kering yang tersiram air hujan. Begitu damai dan menyegarkan. Tanpa sadar tangan Marcus terulur ke kepala Aron dan mengusapnya lembut.
" Hiduplah sesuai dengan keinginanmu, dan bukan keinginan siapa pun. Tubuh mu adalah milikmu, dan bukan milik siapapun. Hanya kamu yang punya kendali utuh akan dirimu sendiri dan bukan orang lain."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
yah betul sekali apa yang Marcus katakan, karena yang punya otoritas pada tubuh kita yah kita sendiri,,,
2024-03-09
2
GiZaNy
bener Aron... hiduplah dengan baik sesuai keinginan mu..
2024-03-09
1
Kholis Majid
kayaknya aron memang anaknya marcus
2024-03-09
1