" Bagaimana kondisi Aron, Nona Eloisa. Ini sudah hampir satu bulan. Aku harap dia sudah sembuh sempurna."
Ternyata Oliver memanggil Grethe untuk menanyakan kondisi Aron. padahal selama ini pria itu tidak pernah bertanya sekalipun perihal Aron. Ia tidak pernah melihat Aron. Sejauh yang Grethe dengan dari para pelayan di tempat itu, katanya Oliver sangat menyukai Aron. Tapi mengapa Oliver seakan tidak peduli dengan hidup dan mati Aron.
" Tuan Aron sudah sembuh total, Tuan."
" Bagus, karena besok ada pertunjukkan besar. Tidak sia-sia aku mengumpulkan para kaum borjuis itu selama seminggu. Mereka besok benar-benar bisa menikmati hiburan yang indah. Baiklah kembalilah ke kamar mu."
Grethe sedikit membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada Oliver. Ia lalu pergi menuju ke kamarnya. sesampainya di kamar Grethe langsung masuk ke kamar mandi. Di sana ia meluapkan rasa marahnya. Bahkan dia meninju tembok karena saking kesalnya.
" Bedebah, ternyata dia bukannya peduli. Dia bertanya karena akan menggunakan Aron. Dasar pria bangsat, tempat laknat ini memang harus segera di bumi hanguskan."
Grethe hanya bisa melampiaskan amarahnya di tempat itu. Tapi baginya hal tersebut adalah pencapaian besar karena dia bisa menahan emosinya saat ada di depan Oliver.
" Aku harus segera mengirim pesan kepada atasan. Semua bukti yang aku kumpulkan sudah sangat cukup untuk bisa menggerebek tempat ini."
Grethe mengambil sebuah alat yang ia sembunyikan di bawah belakang closet. Seperti sebuah walkie talkie, tapi ini lebih kecil lagi. Dan jangkauan frekuensinya lebih luas.
Alat itu adalah alat khusus milik corp kesatuan agen elit di negara S dimana Grethe adalah salah satu anggotanya. Grethe Kayleigh, gadis berusia 25 tahun itu merupakan salah satu agen AIE.
" tut-tuuut-tut-tuut."
Grethe mengirimkan pesan menggunakan sandi morse. Itu adalah cara berkomunikasi paling aman yang sudah disepakati oleh para agen AIE. Jika tertangkap oleh radar maka hanya akan dianggap sebagi kerusakan jaringan.
" Aku harap ketua bisa segera datang. Kondisi orang-orang yang dijadikan alat pertunjukkan mulai memprihatinkan. Dan aku yakin Oliver juga menjalankan bisnis perdagangan manusia. Gila, apakah dia pikir ini adlah masa sejarah yang masih melegalkan perbudakan?"
Grethe hanya bisa marah, saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan. Satu-satunya adalah dnegan menunggu respon dan instruksi dari pusat. Dia tidak mungkin bisa bergerak sendiri, karena sangat riskan. Lagi pula ditempat itu semuanya adalah lawan.
Klang!
" Oooh tampaknya apa yang dikatakan oleh Nona Elisa benar adanya. Kau sudah kembali sehat, peliharaanku yang berharga. Aiiih, betapa beruntungnya aku bertemu dengan mu Aron."
Aron mengerutkan kedua alisnya. Bertahun-tahun hidup di tempat itu, baru sekarang dia merasakan kebencian yang luar biasa terhadap pria yang sudah membawanya. Dada Aron bergemuruh, ingin rasanya ia menghancurkan kepala Oliver saat ini juga.
" Wohooo lihatlah! Anjingku ternyata bisa marah juga. Tck tck tck, sepertinya setelah sakit yang begitu lama dia sedikit memberontak ya?"
Tuuut
Bluk!
Oliver memencet sebuah remote, dimana alat itu merupakan sebuah pengendali belenggu yanga ada di leher Aron.
Hal tersebut terbukti Aron yang tadinya masih berdiri, tiba-tiba terjatuh di lantai. Namun meskipun begitu tatapan nyalang masih ia tujukan kepada Olver.
" Nah, seperti itulah yang namanya anjing. Dia harus tunduk dan patuh kepada Tuannya. Kau harus ingat Aron, hidup dan mati mu adalah untuk ku. Jadi jangan pernah berani untuk mencoba melawanku. Camkan itu!"
Oliver berbicara sambil menjambak rambut Aron. Sebelum keluar dari tempat itu, Oliver mengibaskan kepala Aron hingga Aron jatuh tersungkur. Ia tertawa puas melihat Aron yang sama sekali tidak berkutik didepannya.
" Aaah lupa, persiapkan dirimu. Besok kamu harus melakukan yang terbaik Aron. Jangan kecewakan aku, oke!"
" Grrrrrr"
Aron mengeram marah, dan Oliver hanya tertawa terbahak-bahak. Ia sangat puas dengan apa yang sudah dia lakukan itu.
" Bedebah, kalung ini sungguh membuatku tidak bisa melakukan apapun. Sialan!"
Aron berteriak marah, ia mencoba menarik kalung di lehernya. Tapi tentu saja itu adalah perbuatan yang percuma. Kalung itu tidak akan lepas dengan mudah. Benda itu baru bisa dilepaskan dengan menggunakan remote yang ada di tangan Oliver. Dan cara lainnya adalah ketika Aron mati. Jika Aron mati, maka kalung itu tidak akan berfungsi lagi.
" Haaah, apakah aku akan mati di sini dengan cara seperti ini!"
Aron berjalan menuju ke tempat tidur, ia lalu menjatuhkan tubuhnya di sana. Saat ini tidur merupakan pilihan tepat. Apalagi yang bisa ia lakukan selain itu.
Setelah malam dia bermimpi soal tempat pertarungan masa kuno itu, selama sebulan itu Aron beberapa kali memimpikan hal tersebut. Meskipun dengan lawan yang berbeda, namun tempat dan pakaian yang ia kenakan masih sama. Sorakan-sorakan yang memanggilnya sebagai 'iblis' pun selalu ia dengar.
" Sebenarnya mimpi itu apa. Oh ya, bukankah waktu itu luka ku sembuh setelah aku bermimpi. Saat ada cahaya terang menghantam tubuhku, aku terbangun dan sama sekali tidak merasakan sakit. Bahkan setelah itu, setiap kali aku terbangun dari memimpikan hal itu, aku merasa tubuh ku semakin kuat. Lalu itu apa? aku masih belum mengerti. Tidak mungkin kan aku adalah orang jaman kuno itu. Haah entahlah."
Semakin dipikirkan, maka semakin ia tidak mengerti. Dan pada akhirnya Aron memilih mengacuhkan semua itu. Matanya terpejam dan dalam hitungan detik ia pun tertidur. Namun tak berselang lama matanya kembali terbuka. Sebuah hembusan nafas kasar keluar dari bibir pria berusia 26 tahun tersebut.
" Haaah, di sini lagi. Sepertinya sudah seminggu aku tidak bermimpi tentang ini. Mengapa harus sekarang, besok aku harus bertarung dan sekarang malah mimpi bertarung juga," keluh Aron.
Sebuah pedang dan perisai sudah siap di kedua tangannya. Pakaian ala gladiator juga sudah membalut tubuhnya. Dan pastinya lawan juga sudah siap untuk dia tebas.
Tapi kali ini ada yang berbeda. Lawan Aron bukan hanya satu melainkan 5 sekaligus. I la sesaat tercengang, namun kemudian ia kembali fokus. Sorakan-sorakan menggema di tempat itu. Sebagian menginginkannya mati, dan sebagian lagi ingin dia hidup. Taruhan yang mereka berikan cukup untuk menikmati tontonan manusia yang akan saling bunuh.
" Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
" Iblis menang! Iblis menang!"
Aron mulia tidak peduli dengan sorakan para orang itu. Saat ini yang penting adalah menghabisi lawan agar dia masih bisa bernafas nanti. Agar nyawanya masih melekat di raga esok.
" Tidak di dunia nyata, tidak di mimpi, hidupku tergantung pada kematian manusia lain. Haaah, ayo maju kalian semua!"
Trang!
Trang!
Bugh bugj bugh!
Sreeeet
Argggh!
Jleb
Sabetan pedang yang beradu dengan pedang dan juga perisai terdengar nyaring seiring teriakan para penonton. Terlebih saat Aron bisa membunuh satu persatu lawannya. Semua bersorak senang.
" Hidup iblis! Hidup!
" Haah, terserahlah!
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
ada koneksi apa yah sebenarnya sama mimpi si Aron yang berulang tersebit,,,
2024-03-03
0
marie_shitie💤💤
astaghfirullah dasar bia,dab
2024-03-01
0
marie_shitie💤💤
dasar licik bgt luh
2024-03-01
0