Ckiiiit
Sebuah rumah minimalis berdiri tepat di sebelah jalan. Di sana terparkir sebuah mobil. Pohon yang sudah sepenuhnya gugur daunnya itu terlihat menjulang tinggi di sebelah rumah. Grethe tersenyum, dengan adanya mobil itu berarti si empunya rumah jelas berada di rumah.
Tok tok tok
Grethe mengetuk pintu, ia melirik ke belakang tepat Aron berdiri. Pria itu seperti kikuk, mungkin karena dia akan bertemu orang lain lagi. Tapi badan tinggi nan tegap ditambah otot-otot yang terbentuk itu sangat tidak cocok dengan ekspresi wajahnya yang menurut Grethe sedikit imut.
Cekleeek
Ngeeek
" Hoaaaam Grethe, tumben sekali kamu datang kemari pagi-pagi begini," oceh Marcus. Ia membuka pintu dengan masih menggunakan piyama dan sambil menguap serta mengucek sebelah matanya.
" Selamat pagi Ketua Marcus, maaf mengganggu pagi ini. Tapi kami datang memang ingin mengganggu Ketua, he he he."
marcus mengernyitkan alisnya, terlebih saat ia melihat pria yang datang bersama Grethe. selama ini gadis itu tidak pernah bersama dengan seorang pria kecuali bersama anggota AIE. ia mempersilahkan keduanya untuk masuk dan duduk terlebih dulu.
" Jadi, tolong jelaskan dulu, siapa pria yang ada bersama mu itu?"
" Begini Ketua, dia adalah Aron Wengler. Dia pri ayang aku ceritakan kepada Ketua Marcus waktu itu. Aron adalah petarung di Pelea De Lobos yang terbelenggu oleh alat Oliver."
Sambil menjelaskan siapa Aron, satu persatu Gretrhe membuka benda yang menyamarkannya. Mulai dari syal, wig dan terakhir softlens. Ya, ternyata Grethe juga memakaikan lensa kontak pada mata Aron.
Deg!
Ketika Aron tampil dengan apa adanya dirinya, Marcus sesaat terkejut. terlebih pada bagian mta. Mata hitam kekuningan itu terlihat sangat mencolok. Sesuatu yang juga jarang dimiliki oleh orang di negara itu, sama halnya dengan rambut perak Grethe.
Tapi seketika itu juga Marcus menyadarkan dirinya yang terhanyut oleh mata Aron. Dia kembali menatap Aron tepat di bagian lehernya. Ada rasa marah yang mencuat, entah mengapa dia sendiri juga tidak tahu.
" Apa itu kalungnya, boleh ku lihat?" marcus meminta izin kepada Aron, dan Aron hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Marcus kemudian mendekat dan menyentuh kalung itu, dia juga mengamatinya. Sebuah hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya. Grethe dan Aron paham apa maksud pria paruh baya itu.
" Apakah ini sulit, Pak?" aron mengeluarkan suaranya. Sedari tadi dia diam akhirnya ia berbicara juga.
" JIka aku boleh jujur, ya ini sedikit sulit. Tapi tidaka ada yang tidak mungkin, Ada seseorang di tim ku yang pandai dalam memecahkan sandi. Kita akan coba memintanya untuk memecahkan kunci ini," jelas Marcus.
Aron tersenyum, meskipun tahu bahwa itu pasti tidak akan mudah tapi dia tetap senang. Selanjutnya Grethe menjelaskan urusan yang lain. Ia juga mengatakan rencananya untuk Aron.
" Grethe, kamu jelas tidak bisa menjadi walinya. Dia harus masuk dalam kartu keluarga jika ingin dapat identitas dan kalian juga harus menikah dulu jika mau membuat kartu keluarga. Begini saja, dia akan ku masukkan dalam kartu keluarga ku. tapi sebelumnya aku akan mengambilkan baju untuknya berganti lebih dulu."
Marcus beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar. Sedangkan Aron menatap Grethe. Ia sedikit merasa khawatir soal kartu identitas itu.
" Jangan risau Aroon, ketua Marcus adalah orang yang baik. beliau menawarkan itu padamu berarti beliau siap menjadi penyokong mu."
Hari itu Aron bersama Grethe dan Marcus menuju kantor kependudukan untuk membuat identitas baru bagi Aron. Semuanya mudah karena Marcus sebagai salah seorang pegawai di AIE. Hanya membutuhkan waktu setengah hari, Aron mendapatkan identitas baru.
" Aron Walter, kamu akan menggunakan nama belakangku. kamu akan menjadi anakku yang hilang dan baru ditemukan. Cerita itu cukup bagus."
" Terimakasih Pak."
Aron tersenyum lebar ketika memandang kartu identitas dirinya. Ia tidak menyangka akan memiliki hal itu. Tapi sebuah syarat diajukan oleh Marcus, yakni Aron diminta menyembunyikan matanya itu. Warna mata yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan kegaduhan nanti. Setidaknya itu yang ada di pikiran Marcus. Aron dan Grethe tidak tahu mengapa Marcus bersikap seperti itu.
" Nah, ini adalah tujuan kita selanjutnya. Club LL atau Luchador Libre. Ini akan menjadi tempat yang cocok untukmu."
Aron terpana melihat tempat itu. Tidak terlalu besar tapi terlihat bersih dan ada energi positif yang membuat Aron merasa nyaman.
" Sepertinya kamu menyukai tempat ini Aton," bisik Grethe. Ia bisa melihat pria disampingnya itu melihat setiap sudut bangunan dengan mata yang antusias.
Marcus membawa Aron ke sebuah ruangan. Ternyata pria paruh baya tersebut sudah membuat janji dengan si pemilik club.
" Selamat datang Marcus, long time no see. Ada apa ini, sungguh kebahagiaan melihatmu berkunjung ke tempat ku ini. Apa kamu ingin mengulang masa dulu?"
" Tck bukan seperti itu, aku kemari untuk memasukkan seseorang. Nah ini dia, Aron perkenalkan dia adalah Felipe, teman sekaligus pemilik Club LL. Dan Felipe, dia adalah Aron. Dia anak asuhku, Aron lah yang akan masuk ke dalam club ini. Aah iya, bukankah satu bulan lagi kamu akan ada pertandingan? Coba ikutkan Aron dalam pertandingan itu."
" Eh?"
Felipe sedikit terkejut. Pasalnya marcus mengenalkan seorang pemuda dan langsung meminta untuk ikut serta dalam pertandingan besar yang memang diadakan setahun sekali. Kejuaran gulat bebas, itu adalah pertandingan yang akan diadakan oleh asosiasi olah raga di negara S setiap tahunnya. Banyak orang yang akan mengikutinya karena memang cara itu bergengsi.
" Waah kamu jangan bergurau Marc, bagaimana bisa anak ini ikut. Mereka anak-anak ku butuh waktu setengah tahun untuk persiapan. Dan ini sebulan, jangan mengada-ada. Aku tidak mau membuat tubuh anak ini babak belur nanti." Ucapan keberatan dari Felipe jelas sekali.
Bukannya dia meremehkan Aron, tapi dia lebih merasa khawatir terhadap pemuda itu. Terlebih wajah Aron yang terlihat lemah dan polos seperti pemuda yang ringkih dan akan patah jika di sentuh.
Marcus hanya tersenyum. Ia sudah menduga Felipe akan bicara seperti itu. Tidak salah memang, karena jika dilihat sekilas Aron memang hanya tampak sebagai seorang pemuda lemah. Marcus sendiri sebenarnya juga belum tahu mengenai kemampuan Aron. Tapi cerita Grethe menjelaskan bahwa Aron adalah petarung yang hebat.
" Coba saja dulu. Kita tidak bisa menilai kucing dalam karung bukan? Maka dari itu kucing itu harus kita keluarkan. Kita harus melihat bagaimana si kucing menunjukkan cakarnya."
Marcus berkata yakin tapi Felipe masih belum merasa seperti itu. Tapi dia akan melihat dulu seperti apa Aron akan melakukannya.
" Baiklah, mari kita coba dan lihat kemampuanmu Aron."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
marie_shitie💤💤
dan kenyataan itu memang benar
2024-03-18
0
Sugiharti Rusli
belum tahu aja dia sekuat apa si Aron sebenarnya🙃🙃
2024-03-08
1
Kholis Majid
paling aron anaknya marcus yg hilang. bisa tes DNa
2024-03-08
1