Aron sangat yakin, ini adalah pakaian yang digunakan oleh seorang gladiator. Ia pernah menonton film tentang hal tersebut. Gladiator ada sejak abad pertama tahun masehi, dan itu merupakan pertunjukan yang berupa pertarungan di masa romawi kuno. Pertunjukan yang merupakan hiburan dengan mengadu manusia satu dengan manusia lain.
" Mengapa aku bisa ada ditempat ini?"
Trang!
Trang!
Aron terkejut ketika dia mendapatkan serangan dari lawan. Padahal dia belum sepenuhnya mengerti apa yang saat ini dihadapi. Ia berpikir ini adalah mimpi, tapi mimpi ini sungguh seperti nyata. Aron merasa sangat lelah ketika dia terus menerus menggerakkan tubuhnya.
Berkali-kali ia menghindar tapi tetap saja diserang. Mau tidak mau ia akhirnya melawan. Entah bagaimana tangannya bergerak sendiri, dan hanya beberapa saat Aron sudah bisa menghabisi lawannya.
" Woaaaaah!"
" Iblis! iblis! iblis!"
Dada Aron terasa begitu sesak sekarang. Apa yang dilihat oleh matanya seperti berputar. Sorakan orang-orang itu berubah menjadi dengungan. Aron menutup kedua telinganya erat, berharap dengungan itu segera hilang. Namun, ternyata suara itu tidak kunjung hilang. Malah ia sperti melihat sebuah cahaya yang menembak ke arah tubuhnya, sehingga membuat dirinya terpental jauh ke belakang.
" Arghhhhh! Hosh! Hosh! Hosh!"
Aron terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Ia lalu melihat ke sekeliling. Ada sebuah perasaan lega yang ia rasakan, yakni ia mengetahui dengan pasti bahwa semua yang ia alami itu adalah mimpi. Namun Aron juga merasa aneh, pasalnya mimpi itu seolah-olah adalah kenyataan. Ia benar-benar merasakan dirinya ada di sana.
" Mimpi ku tadi seperti bukan mimpi. Aku sungguh merasa ada di sana. Kedua tangan ini menebas tubuh orang secara nyata. Aaarghhhh!"
Aron melihat kedua telapak tangannya, setelah itu sakit kepala hebat menyerang. Dia mencengkeram kepalanya sendiri dengan kuat. Sakit kepala yang sama sekali belum pernah ia rasakan sebelumnya itu sungguh sangat menyiksa.
Bruk!
Aron terjatuh di tempat tidur. Matanya terpejam, entah pingsan atau tidur. Tapi yang pasti dia sama sekali tidak bergerak, dan hembusan nafasnya mulai teratur.
Aron rupanya tertidur, tapi pada tidurnya kali dia sama sekali tidak bermimpi. Air mukanya berubah menjadi tenang, dan tidak terlihat tegang ataupun kesakitan.
Tap! Tap! Tap!
Grethe berjalan dengan mengendap-endap. Dia harus menjalankan misinya sesegera mungkin. Ya, misi yang membuatnya harus berada di sini. Misi yang mungkin saja bisa menghilangkan nyawanya jika dia ketahuan nanti.
" Uuuuh, membawa barang ini sungguh sangat merepotkan. Tapi jika aku ketahuan berjalan-jalan saat malam seperti ini dengan tangan kosong, maka aku bisa saja langsung mati di tempat. Jadi Grethe, mari lakukan dan kembali segera."
Grethe mengitari gedung yang hampir menyerupai Colosseum itu dengan hati-hati. Ia membawa sebuah senter sebagai alat penerangan. Bangunan yang memiliki lorong itu benar-benar mirip bangunan pada masa kuno. Bahan bangunan yang digunakan juga dari batu, hanya saja tidak besar layaknya colosseum yang diceritakan dalam sejarah. Mungkin bisa dibilang ini versi kecilnya.
" Woaaah, ini sungguh gila. Berapa uang yang dikeluarkan pria bangsat itu untuk membangun ini semua?" gumam Grethe.
Tentu saja Grethe kagum dengan semua yang ia lihat. Selama ini dia hanya mendengar dari rumor, tapi saat melihat sendiri semuanya sungguh indah.
" Ohh tidak! Cukup Grethe, tugasmu bukanlah sebagai seorang pelancong, melainkan untuk menjalankan misi penyelidikan."
Wanita itu memfokuskan kembali dirinya. banyak tempat yang harus dia lihat. Terutama pada bagian dimana para petarung berada. Selain itu juga tempat tinggal tamu yang bersiap mengeluarkan uang dalam melakukan taruhan.
Tap! Tap! Tap!
Grethe kembali berjalan menyusuri lorong. Itu adalah sebuah tempat yang lumayan gelap, penerangan yang diberikan tidak banyak. Tapi masih cukup untuk bisa melihat agar tidak salah melangkah.
" Uuugh .. sakit. Aku sudah tidak tahan lagi."
" Aku lebih memilih mati dari pada seperti ini."
" Andaikan bisa bunuh diri, aku akan melakukan itu."
Beberapa keluhan dan rintihan kesakitan terdengar oleh Grethe dari luar. Ia Kemudian mendekat ke sebuah pintu dan mencoba melihat ke dalam melalui celah jeruji. Pintu kayu tebal dilapisi dengan besi di sekelilingnya itu memiliki sebah celah sekitar 30 x 30 cm, dan ada jerujinya.
Grethe melihat dari celah itu. betapa terkejutnya dia saat melihat beberapa orang sedang kesakitan karena luka di tubuh mereka. Bahkan ada luka yang sudah membusuk. bau tidak sedap juga menyeruak.
" Bajingan! Pria itu sungguh menganggap nyawa manusia hanya sebagai mainannya. Ini sudah sangat keterlaluan, dia merenggut kebebasan pribadi manusia."
Grethe sungguh geram, ingin sekali dia langsung bisa menghancurkan tempat itu. namun saat ini tentu dia tidak bisa. hal yang harus ia lakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya nya agar Oliver dan tempat ini bisa segera ditindaklanjuti secara hukum negara.
" Sial, baru dapat satu tempat saja sudah menghabiskan waktu beberapa jam. Tempat ini sungguh luas."
Grethe melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia harus segera kembali. Sebentar lagi penjaga akan berpatroli. ia tahu sedikit informasi itu saat ia masuk tadi.
" Apa yang Anda lakukan di sini Nona Eloisa?"
Deg!
Jantung Grethe berdetak dengan sangat keras. Bahkan ia sendiri sampai bisa mendengarkannya. Grethe mengambil nafasnya dalam-dalam, tangannya mengepal erat. Ia harus tenang dan tidak boleh terlihat gugup sama sekali.
" Aaah begini Tuan, saya ingin memeriksa tuan yang tadi. Karena biasanya menjelang dini hari seperti ini rasa sakit akan semakin menyiksa karena obat pereda rasa sakit yang diberikan sudah habis efeknya. Tapi sepertinya saya tersesat, ini adlah hari pertama saya bekerja di sini jadi saya belum hafal jalan menuju tempat Tuan yang terluka tadi."
Grethe tersenyum, ia menunjukkan kotan obat yang memang sudah ia siapkan sebelum keluar kamar. hal ini sudah ia prediksi sebelumnya maka dari itu ia harus membawa kotak itu meskipun sedikit merepotkan.
" Baik, saya akan mengantarkan Anda Nona. Tapi sebaiknya lain kali Anda tidak harus berkeliaran sendiri di tengah malam. Di tempat ini bukanlah tempat yang bisa Anda datangi secara sembarangan. Lakukan tugas Anda sesuai dengan job desk yang diberikan. Jangan pernah penasaran terhadap apapun."
Saran yang lebih seperti peringatan dan ancaman itu hanya bisa dijawab Grethe dengan anggukan kepala. Tentu saja ia akan menurut, ini bukan tugas yang mudah. Nyawanya menjadi taruhan, namun ia akan berusaha sebaik mungkin melakukannya.
" Tenang Grethe, aku yakin semua ini akan baik-baik saja. Celah itu pasti akan ada, dan pria bangsat itu akan mendapat hukumannya. Aku percaya itu!" ucap Grethe dalam hati.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
ternyata si Eloisa bisa dibilang agen rahasia yang sedang menyamar jadi perawat yah
2024-03-03
1
GiZaNy
lanjuutttt
2024-02-28
0
Kholis Majid
next
2024-02-27
0