3 hari menjelang operasi penyergapan yang akan dilakukan oleh AIE. Grethe terus mencari cara untuk membuka belenggu yang ada di leher Aron. Dia mendiskusikan hal itu kepada Marcus. Dan keduanya membuka laman pencarian yang membahas mengenai hal tersebut, hingga Grethe menemukan gambar kalung yang serupa dengan milik Aron.
" Kamu yakin dia menggunakan itu Grethe?" tanya Marcus. Agaknya Marcus sedikit terkejut atau lebih tepatnya heran.
" Iya benar Ketua Marc ... Aron, dia mengenakan itu pada lehernya," jawab Grethe yakin. Fi tidak mungkin salah melihat kalung yang melingkar fi leher Aron.
" Apa kau tahu Grethe, itu adalah sejenis kalung untuk anjing buas. Mereka biasa memakaikannya agar anjing tersebut menurut. Biasanya juga itu digunakan karena si anjing tidak bisa dijinakkan atu dikendalikan," papar Marcus.
Grethe mengangguk, dia tentu tahu apa yang dimaksud oleh marcus. Marcus seakan-akan tidak percaya ada orang yang memakai benda itu. Tapi semua itu memang benar, dan Grethe juga bukannya mengada-ada.
" Ketua, itu benar. Aron, nama pria itu yang sekarang di lehernya terdapat benda itu. Kemarin kami gagal membawanya keluar karena kalung itu," jelas Grethe dengan wajah lesu.
Kini Marcus sepenuhnya paham situasinya. Terlebih saat Grethe menjelaskan siapa Aron. Sehingga Marcus bisa mengambil kesimpulan bahwa Aron ini adalah aset utama Oliver.
" Baik, mari kita cari cara melepaskan kalung itu. Tidak mungkin tidak bisa dilepaskan. Percayalah, buatan manusia itu masih bisa untuk dicari seluk beluknya."
" Baik ketua!"
Marcus tersenyum, ia mengusap kepala Grethe dnegan lembut. Melihat Grethe seperti melihat anak yang belum pernah ia lihat sama sekali. Jika anaknya masih hidup, mungkin usianya tidak jauh beda dengan Grethe.
" Baiklah Grethe, lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Aku harus memeriksa kesiapan kita."
Grethe mengangguk patuh, dia harus fokus dengan apa yang ada di hadapannya. Semua demi janjinya kepada Aron yang ingin membawanya keluar dari neraka tersebut.
Di Pelea De Lobos, Aron benar-benar tidak diberi makan. Hanya air putih saja yang disodorkan ke dalam ruangannya. tapi itu masih lebih baik, pasalnya tenggorokannya tidak kering dan perutnya masih bisa terisi akan sesuatu.
" Luka ini benar-benar sudah sembuh hanya dalam waktu semalam. Aku tidak bisa membiarkan semua orang yang ada di sini tahu. Kotak obat ... Grethe waktu itu meninggalkannya di sini."
Aron mengambil kotak obat yang kecil yang ditinggalkan oleh Grethe. Ia lalu mengoleskan obat luka dan kapas lalu memasang plester di seluruh bagian luka dalam tubuhnya.
Meskipun dia belum pernah keluar dari tempat ini, Aron juga bukan pria bodoh yang tidak mengerti apapun. Jika kecepatan penyembuhannya yang luar biasa itu diketahui oleh Oliver, maka dia akan semakin tidak bisa keluar dari tempat itu. Entah apa yang akan Oliver pasangkan dalam tubuhnya. Sampai detik ini tidak ditanami chip dan di stempel cap di tubuhnya, itu adalah hal yang patut di syukuri.
" Lebih baik aku tidur. Tidak ada yang bisa aku lalukan sekarang. Dan aku juga sudah lama tidak bermimpi."
Aron naik ke ranjang, ia lalu merebahkan tubuhnya. Semua kenangan tentang Grethe muncul. Ia tersenyum kecil. Di tempat yang suram dan dingin itu, Aron merasakan sedikit cahaya yang bisa membuat hatinya menghangat.
" Apakah kita akan bertemu lagi? Haaah, jangan mimpi Aron. Dia masih mengingatmu saja sudah bagus."
Pyaaaar
Sebuah botol anggur berhamburan di lantai diikuti dengan gelas sloki yang masih anggur separuh penuh. Mata Oliver menatap nyalang ke arah partner barunya yang membawa Big Stone.
" Apa semua ini adalah rencana mu hah! Kau ingin mengacaukan tempatku ini? Kau ingin membuatku malu sekaligus bangkrut?" pekik Oliver. Pria itu terlihat kalap. Sebuah gelas kembali melayang tepat mengenai pria tesebut.
" Ma-maaf Tuan OLiver. Sungguh semuanya yang Big Stone lakukan bukan atas kehendak saya. Semua itu keinginan dia sendiri. Jika saya yang merencanakan ini, pastilah sekarang saya sudah pergi bersama para tamu Anda yang lain."
Barnes, nama pria itu. Saat ini dia sedang menahan darah yang mengucur di kepalanya dengan sapu tangan. lemparan gelas itu begitu keras dan serta merta membuat kepalanya mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
" Meskipun aku tidak percaya ocehan mu, tapi aku akan mencoba memercayainya. Sekarang beritahu aku, dari mana kamu memungut pria sialan itu. Mengapa dia harus melarikan diri saat di sini, dan bukan ketika bersamamu."
Gluph!
Barnes menelan saliva nya dnegan susah payah. Seakan menelan duri, ia bahkan merasa sangat kesulitan mengatur nafasnya juga.
" Jika apa yang ku katakan tidak bisa diterimanya, maka pasti aku akan dihabisi di sini saat ini juga," ucap Barnes dalam hati.
Pria berusia 30-an itu diam sejenak. ia mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ia merasa seperti ditepi jurang. Jika salah melangkah maka nyawanya bisa hilang saat itu juga.
" Jadi, waktu itu ... ."
" Tuan!"
Teren datang ke ruangan itu dengan sedikit berlari. Nafasnya terengah-engah dan raut wajahnya terlihat penuh dengan kekhawatiran. Oliver mengerutkan kedua alisnya melihat Teren yang tidak biasa bersikap sedemikian.
" Kenapa? ada apa?"
" Tuan, kita ... kita di serang. Mereka ada;ah pasukan intelejen. Kita ... kita harus segera lari."
" Apa?"
Oliver sungguh terkejut mendengar ucapan dari Teren. Bagaimana bisa Pelea De Lobos yang sudah berdiri begitu lama disatroni oleh Intelejen, ini seperti sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Sangat mengejutkan dan tidak pernah masuk di pikirannya.
Oliver mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. pikirannya buntu.
" Tuan!" teriak Teren. " Kita harus segera pergi dari sini!" ucap Teren kembali.
" Ya kau benar Teren, kita harus segera pergi. Aron, bawa dia. Dia saja cukup, aku tidak peduli dengan yang lainnya." Akhirnya Oliver bisa kembali menemukan akal sehatnya. Ia yang awalnya panik sekarang sudah bisa kembali berpikir. Dan yang ia ingat hanyalah untuk membawa Aron. Daam kondisi apapun, Aron harus tetap ada bersamanya.
Drap! Drap! Drap!
Dor!
Dir!
Klang!
" Kalian ikut kami keluar! Kami akan membawa kalian ke tempat yang aman! CEPAT!"
Beberapa petugas dari intelejen menembaki pintu ruangan dan mengeluarkan para orang yang ditahan oleh Oliver. Selain para petarung, ada beberapa anak-anak juga yang ada di sana. Mereka ternyata siap untuk diperjual belikan.
" Sapu bersih tempat ini, jangan sampai ada yang tersisa."
Perintah seseorang yang terlihat seperti pemimpin itu dipatuhi oleh yang lainnya. Mereka menyebar ke seluruh bangunan Pelea De Lobos.
Dor! Klang!
" Hei, apakah kamu masih hidup!'
" Ehh, siapa kalian? Apa kalian datang kemari untuk mengeluarkan kami dari tempat ini. Tapi bagaimana bisa? Apa kalian adalah teman-teman Grethe?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
si Aron akan lolos ga nih sekarang dari cengkraman Oliver,,,
2024-03-07
2
Kholis Majid
sippp.
2024-03-07
1