Aron kali ini tertidur sedikit lama dari biasa. Tapi ia merasa tidur seperti tidak tidur. Karena dalam tidurnya pun dia terus melakukan pertarungan. Bahkan seakan-akan dirinya hidup di dua waktu dan tempat yang berbeda secara bergantian.
Klang! Klang! Klang!
" Waktunya keluar. Tuan memintamu untuk makan malam bersama."
Aron mengerutkan keningnya, sudah lama Oliver tidak memintanya untuk makan bersama. Tepatnya setelah kejadian dia tidak mau menuruti Oliver untuk mengalah dalam sebuah pertarungan. Tapi Aron juga enggan bertanya, dia masuk ke kamar mandi terlebih dulu untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat Aron pun keluar, dia berjalan menuju tempat dimana Oliver sudah menunggunya. " Dimana wanita itu, dia tidak terlihat," gumam Aron lirih. Rupanya dia mencari keberadaan Grethe. Semenjak terkahir Grethe mengunjunginya, mereka belum bertemu lagi.
Cekleek
" Duduklah, aku sudah menyiapkan makanan yang kamu sukai. Makanlah sebelum pertarungan dimulai," ucap Oliver. Ia menghentikan sejenak tangannya yang sedang memotong steik.
Di meja makan yang memiliki ukuran lebar 1.5 meter dan panjang 5 meter itu memang tersaji banyak sekali makanan. Dan benar saja, semua itu adalah makanan yang disukai oleh Aron. Pemuda 26 tahun melihat kearah Oliver, tapi Oliver acuh. Ia terus memotong steik dan memasukkan potongannya ke dalam mulut.
Aron membuang nafasnya kasar. Ia yakin bahwa pasti ada udang di balik batu. Semua yang Oliver berikan saat ini pasti akan diminta bayarannya. Namun saat ini Aron acuh, dia akan memakan semua yang bisa ia makan di meja tersebut. Setelah terkurung selama 1 bulan dan tidak diberi makan yang layak, ini adalah kesempatannya untuk mengisi perut dan juga energinya. Persetan apa yang akan Oliver lakukan nanti, begitu lah isi kepala Aron.
Ting ting ting
Hening, hanya suara garpu dan pisau yang beradu dengan piring yang terdengar. Para pelayan juga hanya memilih diam, mereka jelas tidak berani untuk bersuara barang sekecil pun.
Tak!
Oliver meletakkan pisau dan garpunya, ia mengambil lap dan menyeka mulut. Itu menandakan bahwa dirinya sudah selesai makan. Seharusnya Aron juga harus berhenti, tapi dia tidak peduli kali ini. Rasa takut Aron terhadap Oliver seakan terkikis. Dia enggan mengikuti apa yang sudah ia lakukan dulu.
" Ekhem ... Sebentar lagi kau akan masuk ke arena. Segera bersiaplah!"
" Oh baiklah."
Aron menghentikan kegiatan makannya, tanpa bicara lagi dia langsung berdiri dan meninggalkan tempat itu. Aron sungguh enggan berlama-lama di tempat itu bersama dengan Oliver.
" Anak itu, sepertinya ada yang berubah dari dirinya? Apakah kau juga merasa seperti itu Teren?" tanya Oliver kepada asisten pribadinya sekaligus tangan kanannya.
Teren, pria berusia 50 tahun, berperawakan tinggi dan rambut putih sepenuhnya itu mengiyakan pertanyaan Tuannya. Ia tentu tahu bagaimana Aron dari awal hingga sekarang. ia juga sedikit terkejut kepda Aron mulai dari pemuda masuk ke ruang makan hingga pergi.
" Haah, sudahlah Ter. Biarkan saja dia, yang penting acara sebentar lagi berjalan lancar. Aku yakin dia sudah menyadari semua kesalahannya kemarin."
" Baik Tuan. Aah iya, ini sudah waktunya Tuan untuk ke arena. Acara pembuka sudah dimulai dai 15 menit yang lalu."
Oliver menarik sudut bibirnya ke atas, ini adalah hal yang begitu dinanti. Selama sebulan tidak ada hal yang menarik karena Aron tidak turun, maka malam ini suasana di arena pasti akan sangat menyenangkan dan berwarna.
Plok! Plok! Plok!
" Aron! Aron! Aron!
Riuh suara tepuk tangan dan sorakan dari para penonton yang didominasi oleh para kaum jetset dan tidak sedikit dari pejabat itu terlihat begitu antusias saat melihat Aron memasuki arena pertarungan. Sebuah arena yang berbentuk menyerupai colosseum tapi versi mininya itu terlihat terang meskipun malam hari.
Dari tadi memang Aron lah yang mereka tunggu, sudah selama sebulan mereka tidak bisa menyaksikan kehebatan Aron dalam menumbangkan para lawannya. Dan malam ini saat itu datang, bahkan mereka rela merogoh kocek yang lumayan dalam. Tapi sebenarnya bagi mereka itu termasuk uang yang sedikit.
" Ho ho ho, aku sungguh bahagia melihat para wajah lapar itu," ucap Oliver sambil tersenyum. Ia berada di tempat paling strategis di sana. tempat itu memang tempat khusus baginya yang bisa ia gunakan untuk mengawasi setiap jalannya pertarungan.
Ya, Oliver mendapatkan untung yang sangat banyak dalam kemunculan Aron kali ini. Sebenarnya ia memang menjual pemuda itu untuk meraup keuntungan yang menggunung. Satu orang dikenakan biaya 1-3 juta euro sebagai tiket untuk melihat Aron bertarung.
" Dasar para bedebah itu. Sungguh ini tidak ada bedanya dengan mimpiku. Mereka semua berteriak seperti orang gila. Persis seperti pecandu," ujar Aron geram. Ingin rasanya ia menusuk mata para ornag yang menatapnya seakan dirinya itu adalah mainan. Tapi jelas itu tidak bisa ia lakukan.
" Huh, dasar kalung sialan!"
Aron memasuki arena pertarungan, beberapa orang sudah siap untuk melawan dirinya. dari yang berwajah takut hingga yang benar-benar berhasrat untuk menghabisinya.
" Jika ada pedang sepeti yang ada di mimpi pasti akan lebih menyenangkan. Mereka akan lenyap dalam sekali tebas, tapi apa boleh buat, di sini tidak ada dan tidak boleh. Haaah, kalian maju lah bersamaan, agar semuanya segera selesai.
" Cuih, dasar sombong. mentang-mentang populer dia sungguh besar kepala."
Hiaaat!
Bugh!
Bugh!
Gedebugh!
Arghh!
Aron benar-benar dikeroyok, dia di serang dari berbagai sisi oleh 5 orang lawannya. Pukulan dan tendangan ia dapatkan secara bertubi-tubi.Dia juga jatuh beberapa kali.
" huuuuuu!!!"
Sorakan ketidakpuasan terdengar dari penonton. Ia memang sengaja melakukan itu. Ekspektasi penonton adalah Aron bisa mengalahkan para lawan dengan sekali serang, dan Aron tidak akan memenuhinya. Ia sengaja membuat dirinya sendiri kalah.
" Bedebah itu, apa yang dia lakukan?" geram Oliver. Air mukanya berubah, dari senyum kini menjadi sangat marah.
" Katakan kepadanya, jika tidak melakukan dengan benar maka aku tidak akan membiarkan dia hidup."
" Baik Tuan."
Oliver meminta Teren untuk menyampaikan apa yang tadi ia katakan. Ia sungguh panik, terlebih saat para penonton menatap tajam ke arahnya. Bukan seperti ini yang mereka mau.
" Aron, Tuan~"
" Cih, dasar bajingaan."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
apa si Aron akan beneran menghabisi lawan" nya sekaligus,,,
2024-03-03
0
marie_shitie💤💤
biarkan si Oliver kelimpungan dasar g PNY hati
2024-03-01
0
Kholis Majid
wuihhh.. seruuu
2024-03-01
0