Pagi hari yang cerah ini, seorang anak perempuan yang seharusnya dijaga dengan sangat ketat kini sedang bermain di halaman depan mansion. Dengan menggunakan sepeda kecil roda tiga, dia mulai mengelilingi sekeliling halaman depan mansion tanpa ada yang menyadari dan mengawasi
Kebetulan Mauren datang hari ini, tentunya hal ini membuat wanita itu tersenyum senang. Dengan membawa permen dan boneka dia mulai memanggil anak itu.
"Zoey" panggilnya. Pasalnya pos yang seharusnya tempat berjaga juga tidak ada orang, halaman sekeliling yang biasa dijaga oleh bodyguard juga nampak sepi.
Anak itu sontak menoleh, dia pun terkejut melihat wanita itu datang lagi.
Mauren tersenyum lembut "Sini sayang, ini Mami".
Dengan polos anak itu mendekat "Mami?".
"Iya, sayang. Mami".
[Perasaan dia baik kok, kenapa Mommy bilang dia jahat ya?] batin anak itu.
Masih dengan senyumannya Mauren memperlihatkan apa yang dia bawa "Lihat? Mami bawa permen dan boneka untuk kamu, sayang".
"Wahh! Pelmen! Boneta beluan?!" ucap anak itu dengan antusias.
Mauren mengangguk semangat "Iya, sayang. Ikut mami yuk? Nanti mami kasi permen dan boneka yang banyak! Baby suka boneka beruang kan? Mami akan membelikannya banyak!".
"Benaltah?".
"Tentu saja, sayang. Ikut ya?".
Tanpa ragu anak itupun mengangguk, membuat Mauren semakin kesenangan. Dia langsung memberikan kode pada anak buahnya untuk membuka gerbang itu secara hati-hati. Setelahnya dia langsung menggendong anak itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Tapi, Mommy badaimana? Aunty?" tanya anak itu ketika sudah di dalam mobil.
"Dia bukanlah Mommy kamu sayang. Mommy kamu itu Mami, Mami Mauren" jawab Mauren dengan santai.
[Jadi gue bukan anak kandung dari Mommy Claudia dong? Tapi anak dari ini orang?].
"Belalti, Baby anat dali tamu?".
Mauren mengangguk "Iya, sayang. Sekarang panggil Mami oke?".
"Telut, tenapa Baby bita tama Daddy Vinten dan Mommy Tlaudia?" tanya anak itu lagi.
"Karena Daddy kamu menculik kamu dari Mami, sayang" Mauren diam-diam tersenyum smirk. Rencananya berjalan dengan begitu lancar. Akhirnya dia akan memiliki anak ini seutuhnya. Anak itu akan menjadi anaknya!.
[Jadi gue diculik? Tapi kenapa mereka baik? Tapi bodoh amat deh, gue mau senang-senang aja sama Mami xixi].
"Tapi, Baby halut Uyyu. Nanti Baby Uyyu badaimana?" ucapnya cemberut.
Mauren tersenyum "Mami punya kok. Baby bisa Uyyu pada Mami. Punya Mami lebih enak dari Claudia".
Lea pun memandang Mauren dengan penuh binar "Wah! Ote talau beditu, Baby atan itut Mami! Yey!" serunya yang langsung membuat Mauren tersenyum senang.
[Vincent, Vincent. Kau pikir aku bodoh? Haha! Buktinya sekarang kau yang bodoh! Aku bisa dengan mudahnya membawa anakmu, ahh tidak, maksudku anakku! Haha!] batinnya tersenyum smirk.
"Mami, mami".
"Hemm?".
"Tita atan tindal dimana?".
"Kita akan ke Jepang, sayang. Tinggal disana oke?".
"Wah! Jepan?! Baby tuta! Xixi tayan Mami!" senangnya sambil memeluk sang Mami.
Mauren tentu membalas pelukannya "Mami lebih sayang Baby".
"Sekarang Baby Uyyu oke? Mami sudah sesak" ujar Mauren seraya membuka beberapa kancing kemejanya. Beruntungnya dalam mobil itu sudah ada penutup, jadi supirnya tidak dapat melihatnya.
Mauren pun mengarahkan nipple nya pada bibir Lea dan Lea menerimanya dengan baik, bahkan menghisapnya dengan kencang.
"Shh, pelan saja Baby. Itu hanya milik Baby seorang" ujarnya sambil mengelus pipi gembul Lea.
"Emmh".
Mauren tersenyum senang, akhirnya yang dia ingin terwujud juga. Demi Lea dia bahkan rela untuk mengikuti program ASI.
Sementara disisi lain, tepatnya di mansion. Vincent sekeluarga dibuat panik akan tidak adanya keberadaan sang permata keluarga. Claudia bahkan sudah menangis histeris, Vincent juga sedang memarahi para bodyguardnya yang sudah sangat lalai.
Dan sekarang mereka sudah berada di sebuah ruangan untuk melihat rekaman CCTV yang ada di gerbang depan. Dalam rekaman itu, dapat terlihat jika permata hati mereka ikut dibawah oleh Mauren, orang yang paling mereka hindari. Bahkan anak perempuan itu terlihat antusias ketika ikut dengan Mauren.
Yang membuat mereka lebih marah adalah Lea dengan mudah ikut dengan Mauren hanya karena di iming-imingi oleh permen dan juga boneka.
Claudia sudah menangis histeris dalam pelukan Cindy. Dirinya hanya bisa terduduk di lantai. Hancur sudah pertahanannya selama ini. Anak semata wayangnya dibawa pergi entah kemana.
"Tenang, Sayang. Kita akan melacak mereka" ucap Vincent berusaha menenangkan sang istri.
Claudia menggeleng keras "Tidak! Bagaimana aku bisa tenang?! Anakku dibawa pergi, Vincent! Dibawa pergi kau tahu?! Ini semua karena kamu! Aku kehilangan anakku karena kamu! Kamu tidak bisa melindungi anakku! Anak buahmu juga tidak berguna! Untuk apa sebanyak itu tapi tidak bisa menjaga anak kecil dia?!" keluar sudah unek-unek Claudia.
Vincent hanya diam, dia berusaha meredakan emosinya agar tidak membentak sang istri. Tanpa kata dia pun keluar dan berdiri tepat di hadapan seluruh anak buahnya yang sudah menunduk dengan takut. Jika sudah begini, maka tamatlah riwayat mereka.
"Kurang ajar! See?! Kalian sebanyak ini tapi tidak bisa menjaganya?! Brengsek!".
"Maaf, Tuan".
"Sial! Felix, berikan mereka satu orang satu tembakan pada lengan kanan mereka! Buat tangan kanan mereka lumpuh!" Titahnya dengan tegas.
Felix pun mengangguk takut, sungguh aura yang dikeluarkan oleh bosnya ini benar-benar menakutkan. Bahkan banyaknya bodyguard disana hanya bisa terdiam diri. Nyali mereka seketika menciut jika sudah dihadapan Vincent.
"Sesuai perintah anda, Tuan".
"Tuan, tolong ampunilah kami, Tuan. Kami akan bekerja lebih baik lagi dengan yang ini. Tapi kami sangat memohon padamu, Tuan. Tolong jangan membuat tangan kami lumpuh, tolong Tuan. Dengan segala kerendahan diri kami memohon pada anda" ujar salah satu dari mereka.
"Baiklah, saya ringankan hukuman kalian. Sebagai gantinya, masing-masing dari kalian harus mendapatkan cambukan sebanyak dua puluh kali! Saya tidak menerima bantahan lagi!" Vincent lalu pergi begitu saja, meninggalkan mereka yang hanya bisa pasrah. Setidaknya tangan mereka tidak lumpuh, biarlah punggung mereka yang jadi taruhannya.
***
"Vincent, kaki tangan papa bahkan tidak bisa melacak keberadaan Mauren. Sungguh, dia ini memiliki kekuasaan yang cukup setara dengan kita" ujar William.
Mendengarnya Vincent memijat pelipisnya "Sialan!".
"Apa yang harus kita lakukan, Pa? Kak?" tanya Cindy.
Keduanya hanya menggeleng, hal itu tentu membuat emosi Claudia semakin menjadi "See?! Bahkan kekuasaanmu tidak berguna Vincent! Aku! Aku harus kehilangan anakku karena anak buahmu yang tidak berguna itu!" teriaknya.
Vincent hanya memejamkan matanya. Semaksimal mungkin dia berusaha untuk meredakan emosinya.
"Seharusnya aku tidak mendengarkan mu tadi! Jika kau tidak memintaku untuk istirahat dan kau yang menjaga Baby maka hal ini tidak akan terjadi! Ini semua salahmu! Aku kehilangan anakku karena kamu! Kamu tahu?!" teriaknya lagi. Wajahnya bahkan sudah dibasahi oleh air matanya yang terus mengalir tanpa henti.
"Diamlah, Claudia! Kau pikir hanya kau saja yang hancur?! Aku juga! Kau dengar?! Aku juga!" Vincent seketika berdiri dari tempatnya dan tanpa sadar membentak sang istri.
"Aku tidak peduli! Intinya ini adalah salahmu! Ini salahmu! Brengsek!" Claudia semakin menggila sambil memukul-mukul dada bidang Vincent.
"Cukup!" ucap William dengan tegas.
"Bukan ini cara menyelesaikan masalahnya!".
"Vincent, bawa istrimu ke kamar. Masalah Baby akan kita bicarakan nanti. Papa harus melakukan sesuatu dulu" lanjutnya.
Tanpa kata Vincent langsung menggendong istrinya ala bridal style, lalu membawanya ke kamar mereka. Sedangkan Claudia hanya bisa terdiam sambil terus terisak. Tenaganya sudah benar-benar habis karena banyak menangis dan berteriak.
Cupp!.
Vincent mengecup kepala sang istri "Maaf, sayang. Aku tidak bermaksud untuk membentak dirimu" katanya lirih.
"..." Claudia hanya diam tak merespon. Pikirannya benar-benar kosong saat ini. Dalam pikirannya saat ini hanya ada Lea, anaknya.
Sesampainya dikamar Vincent langsung merebahkan tubuh Claudia dengan hati-hati. Setelahnya Claudia berbalik membelakangi Vincent yang menatapnya dengan tatapan sendu.
Dalam hitungan detik tatapan sendu itu berubah menjadi tatapan penuh emosi "Kau lihat saja Mauren. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang karena kau sudah berani membawa putriku!" gumamnya penuh tekat.
To be continued...
(Helo-helo hai! Seperti biasa ya! Hehe Timakacih udah baca! Dadah!).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Amriati Plg
Jiwa lea kan jiwa dewasa kok bisa2nya terpedaya n ngk curiga sama mauren itu
2024-05-15
1
Narimah Ahmad
semakin seru 👍
2024-05-12
0
Erna Ladi Yanti
lgian si Vincent ngapain aja sampai lea di bawa pergi jg g sdr
2024-05-02
0