Pagi ini direcoki oleh bocah nakal itu. Dimana sedari tadi dia terus meminta ASI. Ibunya yang kepalang gemas pun menjahili anak nakalnya itu.
"Milt! Baby mau milt!" serunya kesal. Sejak tadi meminta namun belum diwujudkan. Kan kesal jadinya.
Claudia terkekeh geli "Tidak! Baby sudah besar, jadi sudah tidak boleh untuk milk lagi!" ujarnya menatap lurus ke arah putrinya.
Bocah itu menghentakkan kakinya "Milt! Mommy! Milt! Huaaa!" bibirnya mulai melengkung kebawah, mengartikan bahwa sebentar lagi dia akan menangis.
Claudia hanya diam. Dia ingin melihat sejauh mana anaknya ini berusaha.
Lea menatap Mommy-nya dengan kesal [Sepertinya gue harus make cara jitu nih! Kesel gue! Lihat aja nanti!] batinnya.
Kedua tangannya terkepal dengan erat "Talau Mommy tida membelitana baby tida mau belnapas!" ancamnya.
Claudia tetap tak perduli. Dia menahan tawanya [Menggemaskan sekali putriku ini].
[Bangsat! Yaudah! Gue tahan nafas aja, biarin aja gue mati lagi! Kepalang kesal gue, dari tadi gak dikasih!] batinnya kesal.
Lea pun mulai menahan nafasnya.
Claudia hanya menatapnya dengan santai. Palingan juga sepuluh detik sudah berhenti tuh anak. Pikirnya.
Tanpa dia sangka, lewat dua puluh detik itu anak masih menahan nafasnya. Bahkan wajahnya sudah pucat memerah. Tentunya hal itu membuat Claudia panik.
"Sayang? Hei?" Claudia menyentuh kedua bahu Lea.
Lea hanya diam [Rasain Lo! Senang banget gue!].
Claudia pun semakin panik jadinya "Sayang? Bernafas! Jangan membuat Mommy takut!".
Tetap saja, anak itu diam tak menjawab sampai waktu ke empat puluh detik.
[Duh, dada gue mana sakit lagi!].
"Baby! Mommy bilang nafas! Baby!".
Claudia mengguncangkan tubuh anaknya itu "Sayang! Bernafas!".
"Eleanor!".
"Bernafas Lea!".
Claudia semakin panik, anaknya itu tak menunjukkan tanda-tanda untuk menarik nafasnya.
[Udahlah berhenti aja gue, gak kuat] ucapnya dalam hati. Dia lalu menutup matanya sambil menarik nafasnya, merilekskan pernafasannya.
Setelahnya dia menatap Mommy-nya dalam keadaan diam.
Claudia langsung menarik anaknya ke dalam pelukannya "Mommy minta maaf, hm? Baby mau milk?" ucapnya.
Dia melepaskan pelukannya, lalu memandang wajah anaknya. Dia janji untuk tidak akan melakukan hal itu lagi. Sungguh! Yang tadi sangatlah menakutkan!.
"Hey? Kenapa diam? Baby marah sama Mommy?" lirihnya melihat anaknya hanya terdiam.
[Gue menangis aja deh].
Bibirnya mulai melengkung kebawah "Huaaa! Mommy jahat! Baby tida tuta!! Hiks...Huaaaa!" dia menghentakkan kakinya.
"Maaf sayang, Mommy tidak akan mengulanginya lagi, ya? Maaf" sesalnya.
"Milt! Baby mau milt!".
Claudia langsung membawa Lea untuk pergi ke dalam kamar "Iya sayang, kita ke kamar saja oke?".
***
Claudia menatap wajah tidur anaknya itu dengan dalam "Kau membuat Mommy takut, sayang. Jangan ulangi lagi, ya? Mommy sangatlah takut tadi. Bagaimana bisa kamu melakukan itu?" ucapnya memandang anaknya.
"Kenapa harus kamu sayang? Kenapa harus kamu yang merasakannya? Kenapa tidak Mommy saja? Hati mommy sangatlah sakit ketika harus kamu yang menerima penyakit itu. Mommy takut. Sangatlah takut. Mommy takut jika kamu meninggalkan Mommy. Mommy sudah tidak bisa untuk mengandung kembali. Hanya kamu yang mommy miliki, mommy tidak ingin kehilanganmu. Jika kamu pergi, maka mommy akan ikut!" gumamnya.
Cukup lama dia memandangi wajah itu, menikmati setiap unsur yang hanya mirip dengannya, hanyalah warna bola mata Vincent yang menuruni anaknya, sisanya milik Claudia.
***
Lea terbangun ketika merasakan boneka kesayangannya tidak ada disampingnya. Dia lalu duduk dengan sebelah mata yang masih tertutup.
"Boneta ue mana ya?" dia melirik ke kanan dan kiri dan mendapat bonekanya berada di ujung kasurnya "Ditana lupana" dia pun meraih boneka itu lalu bersusah paya untuk turun dari kasur itu.
Dia berjalan ke arah balkon kamar, berdiri disana dengan tatapan yang lurus ke arah langit "Dimana Tama teadaan teman-teman ue ya? Apatah meleta tehat? Apa meleta bait-bait Taja?" gumamnya.
[Udahlah gapapa, kehidupan gue kali ini sangat berbeda. Tak mungkin aku kembali ke kehidupan lama gue, dimana tubuh gue sudah dimakamkan. Jika gue kembali kesana, yang ada mereka gak akan percaya. Lebih baik gue tutup saja ini semua dalam-dalam. Gue akan melupakan semuanya, semuanya].
Claudia yang sudah sejak tadi berada didalam kamar, menatap anaknya dengan tatapan bingung [Ada apa dengan anak itu?].
"Baby?".
Lea memutar tubuhnya, lalu tersenyum lebar ke arah Mommy-nya itu "Mommy!".
Claudia tersenyum, merentangkan kedua tangannya "Kemari, sayang. Kita makan dulu, hm?".
"Ote!" Lea berlari, masuk ke dalam gendongan Mommy-nya.
***
Saat ini Lea sedang bermain dengan Lego-Lego miliknya, menyusun dan membentuknya dengan berbagai bentuk sembari bernyanyi.
"Blatpin in youl aleaaa!".
"Baby det a medapon, put on youl speatel, i say i Tan heal you....nananananaa".
Kepalanya bergoyang-goyang beriringan dengan nyanyiannya.
"Tudah ah! Botan!" dia lalu berdiri, berjalan keluar dari kamarnya.
Lea pergi ke lift untuk anak-anak, lalu turun ke lantai satu. Disana dapat dilihat Mommy-nya sedang sibuk dengan iPad nya. Dipastikan jika Mommy-nya itu tengah disibukkan dengan butik miliknya.
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Claudia tengah sibuk mencari pendonor jantung untuk anaknya nanti. Dia ingin anaknya sembuh walaupun tidak bisa sesehat anak kecil seusianya. Dia hanya ingin, jantung anaknya sehat. Tidak seperti sekarang, memiliki jantung yang lemah.
Kembali ke Lea, anak itu kini sudah berada dihalaman belakang. Satu tangannya memegang biskuit yang sudah diberikan oleh pelayan tadi.
Dia duduk di gazebo dengan kaki yang bergoyang-goyang [Gue gak akan nakal lagi deh. Gue akan jadi anak baik-baik aja].
"Ote, top natal-natal! Baby Atan jadi anat bait!" ucapnya.
"Ummm! Enat tetali! Bituit tetutaan baby meman tidat ada duana! Lual biata!".
"Hey sayang" ujar Claudia yang tiba-tiba saja sudah berada disitu.
Lea menoleh "Eh Mommy".
Claudia tersenyum, lalu duduk disamping Lea sambil mengelus kepala anaknya "Enak, hm?".
"Eung!" jawab Lea mengangguk.
"Mommy bisa bertanya?".
Lea kembali mengangguk memberikan jawaban 'iya'.
"Apa baby, mau untuk dioperasi?".
Lea menatapnya dengan mata mengerjap "Oplelati?".
Claudia mengangguk "Hum! Supaya dada Baby tidak akan sakit lagi".
[Kayaknya maksud dia operasi untuk jantung kan? Pasti ada orang yang mau mendonorkan jantungnya untuk gue. Okelah, gue harus pura-pura polos].
"Jadi baby tida Atan tatit ditini ladi?" tunjuknya pada Dadannya.
Claudia mengangguk "Hum. Tapi tidak sekarang, nanti disaat umur baby sudah cukup oke? Mommy hanya bertanya saja kok".
Lea mengangguk paham, lalu merentangkan kedua tangannya meminta agar digendong.
Claudia yang mengerti segera menggendong anaknya dan membawanya untuk masuk ke dalam mansion.
"Mom?".
"Hm?".
"Baby natal ya?".
Sontak Claudia langsung menghentikan langkahnya dan menatap putrinya "Kan baby, masih kecil. Jadi wajar saja".
Lea mengalihkan pandanganya ke arah kolam renang "Baby janji, baby tida Atan natal ladi. Baby Atan jadi anat bait-bait" ujarnya.
Claudia mengerut "Oke, baiklah. Kita masuk sekarang".
Walaupun bingung, tapi Claudia mengiyakan saja. Namanya juga anak-anak, pasti akan berubah-ubah pikirannya.
***
"Daddy pulang!" teriak Vincent memasuki mansion.
Lea yang berada di ruang tamu langsung berlari ke arah Daddy-nya "Daddy!".
"Hap!" Vincent menangkap tubuh mungil itu, lalu menggendongnya.
Cupp!
"Apa Baby nakal?" tanyanya. Dia terus berjalan mendekati ruang tamu dan duduk disana.
Lea menggeleng "Tida. Baby tudah beljanji, untut tida natal-natal ladi. Baby atan jadi anat bait dan penulut".
Vincent mengerut "Natal-natal?".
Lea mengangguk semangat "Iya! Natal!".
Vincent menoleh mendapati sang istri yang berjalan mendekati mereka "Maksudnya apa sayang? Aku tidak mengerti".
Claudia menggeleng "Maksudnya, dia tidak akan nakal lagi dan akan menjadi anak baik dan penurut".
"Ohh" Vincent mangut-mangut paham.
"Kamu sih! Sibuknya minta ampun!" Claudia duduk disamping suaminya.
Vincent cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal "Hehe. Namanya juga kerja, sayang. Aku kan kerja untukmu dan anak kita".
Claudia merotasikan bola matanya "Eleh!".
Ketika Vincent ingin berucap, Lea sudah mendahuluinya "Milt Mommy!".
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments