Sakit

"Baby mau itu, Mommy" tunjuk Lea pada sebuah boneka beruang yang ukurannya lebih besar dari pada yang dia punya.

Ya, Claudia membawa anaknya untuk shoping bersama dengan bodyguard yang mengawal mereka berdua.

"Mau yang itu?" tanyanya.

Lea dengan cepat mengangguk "Hum".

Claudia mengangguk paham "Oke, ayo kesana".

Mereka pun berjalan memasuki toko boneka itu. Didalam sana ada banyak sekali jenis boneka yang berukuran kecil maupun besar.

Claudia menatap anaknya yang nampak berbinar. Dia tersenyum melihat anaknya yang bahagia "Ada lagi? Atau hanya ini?".

Lea memiringkan kepalanya sambil mengerjapkan matanya "Tudah Mommy. Baby mau pulan taja".

Claudia mengerut, tumben sekali anaknya ini meminta pulang. Biasanya juga harus dipaksa terlebih dahulu barulah anak itu pulang.

"Kenapa pulang? Baby tidak ingin membeli sesuatu lagi?" ujarnya heran.

"Hum. Baby mau pulan taja, Mommy. Baby, mau milt" rengeknya.

Sontak Claudia terkekeh, rupanya ini alasan anaknya ingin pulang? Kenapa begitu menggemaskan sih? Pikirnya.

"Jadi, baby ingin pulang karena ingin Milk saja?".

Lea menggeleng "No, Mommy. Baby tetap inin pulan...pulann!" Lea merengek sambil menghentakkan kakinya.

"Baiklah-baiklah, kita pulang, hm? Jangan menangis, sayang" ucap Claudia mencoba meraih tubuh mungil anaknya.

Lea mundur "Baby tidat mau didendon! Baby mau jalan Taja!".

Claudia menggenggam tangan anaknya "Harus mommy pegang ya? Kalau Baby tidak mau, Mommy akan tetap menggendongmu".

Lea hanya mengangguk.

"Bawa belanjaan itu" pintanya pada bodyguardnya.

Mereka pun berjalan keluar dari mall itu. Sesampainya diparkiran, Lea melihat kupu-kupu dan mengejarnya. Dia berlari mengejar kupu-kupu itu tanpa memperdulikan jika nanti dia tersesat ataupun diculik.

"Tupu-tupu! Tunduin baby!" Lea terus mengejarnya, semakin menjauh dari Claudia.

Claudia tidak menyadari jika anaknya telah pergi dari sisi mereka "Ayo sayang, kita mas-..." ucapannya terpotong ketika tak mendapati anaknya.

Claudia dengan cepat mengedarkan pandangannya "Baby!".

Tak ada jawaban. Claudia segera meneriaki para bodyguardnya "BAGAIMANA BISA KALIAN TIDAK MENGAWASI PUTRIKU HAH? LIHAT? ANAKKU SEKARANG HILANG! SIALAN!" untuk pertama kalinya dalam hidup, Claudia berani meninggikan dan mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu.

"Cari anakku sekarang!" titahnya lemah.

Panik dan takut bercampur menjadi satu. Tubuhnya terasa lemah, kakinya terasa seperti tidak memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya.

"Baby! Jangan bercanda, sayang! Ayo! Sudah cukup sembunyinya!" teriaknya mencoba mencari anaknya.

Sementara yang membuat kerusuhan sedang menangis disebuah gang buntu. Dia tersesat dan tidak tahu berada dimana saat ini.

Duduk meringkuk memeluk lututnya sambil menangis, tubuhnya bergetar ketakutan "Hiks...Mo-mommy...baby...tatut...hiks...ditini delap...tatut....hiks...".

Lea berada di ujung gang itu tepat berada disamping sebuah tumpukan kayu, sehingga siapapun tidak bisa melihat tubuhnya dikarenakan dia mungil. Tidak ada juga yang dapat mendengar tangisannya, karena dirinya berada diujung gang yang jarang dimasuki oleh orang-orang sekitar, bahkan terbilang tidak ada. Kecuali hewan peliharaan, semisal kucing atau anjing.

"Hiks...tatit..." lirihnya menyentuh dada sebelah kirinya yang terasa seperti ditusuk-tusuk. Bibirnya pun mulai membiru.

"Mo-mommy...tolon..baby tatutt...hiks...dada baby...hiks..ju-juda tatit...tolon mo-mommy...".

Rintikan hujan mulai turun, perlahan membasahi tumbuhnya. Dia kedinginan, ketakutan dengan gelap, tubuhnya menggigil kedinginan, mulutnya semakin membiru.

"Hiks...dinin...Mo-mommy...tolon...dinin...aus...ba-baby..hiks mau milt...hiks dinin...tatit" ucapnya semakin melemah. Perlahan kedua matanya mulai tertutup. Dia tidak bisa menahan rasa sakit yang menusuk dadanya.

Kembali ke Claudia, saat ini mereka masih terus berjalan berpencar mencari keberadaan putri Draper itu. Disana sudah ada Vincen, William dan Lena. Mereka turut mencari, walaupun hujan mereka tetap mencari anak itu, princess mereka.

"Hiks...baby..mommy mohon sayang...kembalilah...hiks Mommy tidak sanggup jika harus kehilanganmu, sayang..." Claudia menangis dalam pelukan Vincent. Sudah hampir empat jam mereka mencari namun tidak membuahkan hasil apapun.

Vincent hanya bisa terdiam, mengelus punggung Claudia yang bergetar. Kondisinya sama seperti Claudia, tapi dia harus kuat karena hanya dia yang bisa menopang Claudia, menampung semua rasa sedih, sakit, dan takut.

"Vin, bagaimana ini?...ini hujan. Bagaimana jika putri kita kehujanan? Bagaimana jika jantungnya kembali kambuh? Dia pasti kedinginan...hiks...".

Keduanya berjalan memasuki sebuah gang yang mereka tidak tahu jika gang itu adalah jalan buntu.

"BABY! AYO SAYANG, KEMBALILAH! JANGAN MEMBUAT MOMMY TAKUT, SAYANG...HIKS... MOMMY MOHON..." teriak Claudia.

Tiba dimana mereka di ujung jalan itu "Ternyata buntu" ujar Vincent.

Claudia terus menangis "Sayang, Mommy mohon...hiks...kembal-...".

Claudia terhenti saat melihat sesuatu yang berada disamping tumbukan katu itu. Dia menajamkan matanya, seketika matanya membola.

"Baby!" Claudia langsung berlari mendekati putrinya yang sudah terkulai lemas di bawah guyuran hujan.

***

Setelah mereka berhasil menemukan Lea, mereka langsung membawanya kerumah sakit. Tentunya langsung mendapatkan penanganan medis.

Vincent sempat mengamuk dikarenakan jantung Lea sempat berhenti. Namun, disaat Claudia pingsan, jantung Lea kembali berdetak, membuat semuanya senang akan kabar itu.

Disinilah Lea, didalam ruangan VVIP dengan dia yang sudah berada di gendongannya Claudia. Dirinya terus merengek, jika Claudia duduk, dia akan menangis. Jadilah Claudia menimang-nimang putrinya itu.

Claudia mengelus pelipis anaknya yang terasa panas "Jangan membuat Mommy takut seperti tadi, sayang. Mommy sangatlah takut jika kamu meninggalkan Mommy" ujarnya. Dirinya hampir merasa gila tadi setelah mendengar kabar buruk itu dari dokter. Saking shock nya, dirinya sampai pingsan. Untungnya ketika dia bangun, anaknya sudah sadar.

Cupp!.

"Emphh...hiks..hiks Mo-mommy...hiks..".

"Iya sayang. Kenapa, hm?".

"Tatit...tatit hiks" tunjuknya pada lehernya.

"Utututu, sayangnya Mommy. Iya sayang, sakit ya? Jangan nangis oke? Nanti sakitnya akan semakin sakit" Ujar Claudia.

"Milt...baby mau..milt" ucapnya mendusel wajahnya didada Claudia.

"Oke, tapi harus berbaring oke?".

Lea menggeleng cepat "No! Hiks...tida mau...huaaaa...tida mau...baby tida mau!".

Claudia pasrah, dia membuka kancing kemejanya dan mengeluarkan melon itu dari sarangnya "Ini, sayang. Tidur ya?".

Lea langsung menghisap nipple Claudia dengan begitu cepat [Kok gue jadi kaya bocil beneran sih? Tapi kan tubuh ini bocil, tapi bodoh amatlah. Lagian gue hidup didalam tubuh nih bocil] batinnya.

Claudia meringis, rongga mulut anaknya terasa begitu panas ketika menyentuh nipple nya. Dia terus berjalan memutari ruangan itu sambil menimang-nimang anaknya. Tentunya sambil bersenandung.

Claudia melihat anaknya sudah tertidur, tapi hisapannya belum berhenti. Dia memandang anaknya itu dengan dalam "Mommy tidak bisa bayangkan jika kamu benar-benar meninggalkan Mommy, sayang. Pasti Mommy akan benar-benar gila, dan jika itu terjadi Mommy memilih untuk ikut denganmu" ujarnya.

"Aku juga. Dimanapun kalian berada, aku akan selalu ikut" Timpal Vincent yang langsung merangkul Claudia.

Claudia hanya tersenyum, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Vincent "Tadi aku benar-benar takut Vin. Aku tidak sanggup jika itu benar-benar terjadi".

Mereka memandang wajah tidur itu dengan sendu "Dengar sayang, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya dari kita. Sekalipun itu bertentangan dengan Tuhan. Aku tidak akan mengizinkannya! Never!" ucapnya penuh tekat.

"Aku tidak mau itu terjadi, Vin. Kita sangat sulit untuk mendapatkannya. Usaha kita untuk mendapatkannya sangatlah sulit. Aku tidak ingin untuk kehilangannya, Vin. Hanya dia yang kita miliki...aku juga sudah tak dapat untuk memberikanmu satu lagi..".

"Aku tidak menuntut mu untuk itu, sayang. Begitupun dengan Papa, mama. Dengan adanya dirimu dan putri kita, itu sudah lebih dari cukup bagiku. Jangan berpikiran negatif oke?".

Claudia diam memandangi wajah putrinya "Aku benar-benar akan gila jika putriku pergi dariku. Aku tidak akan rela".

Cupp!.

"Ya sayang, dia adalah semesta kita. Hidup kita. Belahan jiwa kita. Dan segalanya bagi kita. Dialah yang menjadi obat bagi kita" ujar Vincent.

Interaksi keduanya tak luput dari perhatian William dan Lena. Keduanya sama-sama bahagia akan anak dan menantu mereka.

"Aku sangatlah senang, Pa. Mereka begitu saling mencintai dan menguatkan satu sama lain".

"Ya. Tuhan maha pengasih, dia mengembalikan Baby kepada mereka" ucap William.

To be continued...

Terpopuler

Comments

Irmha febyollah

Irmha febyollah

jiwa nya udah besar ko cuma kesasar aja nangis🤣

2024-04-22

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!