Terkejut dan tidak menyangka

Seorang anak nakal duduk di bangku yang ada di halaman belakang mansion. Memandang lurus ke depan ke arah lapangan golf yang luas dan indah dengan rerumputan hijau.

Suara kicau burung menambah kesan tenang. Membuat siapapun akan merasa tenang dengan suasana ini. Tak ayal dengan anak nakal itu.

"Badaimana tala ue mendapattan pontel ya? Tetala Tan ue matut te dalam lada ni botil. matih tetil, Patti Daddy ataupun Mommy tida atan membelitan ijin untuttu".

Sebenarnya ingin sekali Lea melakukan kehidupan pertamanya, tapi apa mau dikata? Itu terasa sangatlah sulit. Apalagi ketiga sahabatnya yang begitu baik kepadanya. Dirinya tak tahu harus berbuat apa, secara dia ini berada di raga seorang bocah berusia dua jalan tiga tahun.

Lea menghela nafas panjangnya "Talau ue peldi tetemu meleta di taat ue tudah dewata, patti meleta tudah tua dan patti meleta Juda tida atan peltaya tepadatu".

"Apa ue lupatan Taja ya? Lupatan temuana yan beltaitan denan mata lalu ue".

Lea akan bertekad untuk melupakan masa lalunya dan menjalani kehidupan keduanya ini dengan bertingkah layaknya seorang bocah. Walaupun terasa sulit, tapi dia akan tetap melakukannya.

Sedangkan didalam mansion ternyata sudah dihebohkan dengan hilangnya sang permata Draper. Siapa lagi jika bukan Lea? Ketika Claudia bangun dirinya tak mendapati sang putri disampingnya. Dia pun memutuskan untuk mencari keberadaan anak nakal tersebut. Alhasil pencariannya tak membuahkan hasil. Seluruh sudut mansion sudah mereka cek. Claudia sudah bertanya kepada pelayannya, namun jawaban mereka adalah mereka tidak melihat kemana dan dimana perginya nona muda mereka itu.

Claudia memilih untuk pergi ke halaman belakang mansion. Dia ingin menenangkan pikirannya, mencoba untuk berpikir positif. Dengan memijat pelipisnya sontak kedua netranya menangkap sosok yang dia cari tengah terduduk diam memandang lurus ke lapangan golf.

Dia pun mendekat dan duduk disamping putrinya itu "Sayang, Mommy mencarimu ternyata kamu disini?".

Anak itu hanya diam. Dia sendiri tidak sadar jika Mommy-nya sudah duduk disampingnya dan menatapnya dengan dalam.

[Disini gue bahagia, tapi gue rindu sama bokap dan nyokap gue. kira-kira siapa yang sering datang ke makam mereka?] batinnya.

Dia mendongakkan kepalanya menatap langit pagi ini yang sangat cerah [Yah, Bun. Lea kangen, bisakah kalian datang ke mimpi Lea? Walaupun Lea berada di raga orang lain?].

Claudia mengerut memandang anaknya itu. Ada apa dengan anaknya? Kenapa terlihat seperti sedang sedih? Dan kenapa juga anaknya tidak menyadari akan keberadaan disini? Pikirnya.

Tanpa pikir panjang Claudia langsung mengangkat tubuh mungil itu dan didudukkan di pangkuannya menghadap kearahnya.

"Hey? Sayangnya Mommy, kenapa? Baby sedih?" ucapnya selembut mungkin.

Perlakuan itu membuat Lea sadar. Sejak kapan wanita cantik itu berada disini? Bukankah wanita itu sedang tidur tadi? Kenapa sekarang ada disini?.

"Mommy tejat Tapan ada ditini?" Lea balik bertanya.

Claudia tersenyum lembut "Sejak tadi".

Sontak hal itu membuat Lea seketika panik [Jangan sampai dia dengar omongan gue tadi, bisa bahaya nih gue].

Claudia yang melihat itu mengerutkan keningnya "Kenapa, sayang?".

Lea menelan salivanya paksa "Tejat tadi?".

Claudia mengangguk tanpa membalas. Satu tangannya mengelus-elus Surai rambut panjang milik anaknya itu.

"Emm...apatah Baby beltelita tetuatu tadi?" tanyanya hati-hati. Takut jika nanti ternyata wanita cantik yang ada dihadapannya ini ternyata mendengarkan semua yang dia ucapkan tadi.

"Bercerita sesuatu? Perasaan baby hanya diam melamun. Memangnya baby bercerita apa tadi?".

Lea pun bernafas lega [Untung aja dia gak denger].

"Hehe tida, mom. Lea hana beltana taja".

Claudia masih mengelus surai rambut anaknya itu, tatapannya yang lembut terus menatap wajah menggemaskan putrinya itu.

"Apakah baby mau membuat janji bersama Mommy?".

"Janji?".

"Hum".

"Janji apa?".

"Janji untuk Baby tidak akan meninggalkan Mommy apapun yang terjadi. Bagaimana? Apakah baby bisa berjanji?".

Dengan semangat Lea mengangguk "Tentu taja! Baby tida mau menindaltan Mommy talena Baby tanat menayani Mommy!".

Claudia tersenyum dan mengulurkan jari kelingkingnya "Promise?".

"Plomise!".

Claudia pun memeluk tubuh mungil itu dengan erat. Sesekali dia mengecup kepala anaknya [Mommy harap itu janji yang sebenarnya, sayang].

"Mom?".

"Hm?".

"Baby boleh tida untut minta tetuatu?".

Sontak Claudia melepaskan pelukannya dan memandang anaknya dengan tanda tanya.

Lea menunduk takut [Duh, nih jantung gak bisa diajak kompromi sih! Takut nih gue jadinya].

"Jangan menunduk, sayang" ucap Claudia seraya mengangkat kepala anaknya untuk menatapnya kembali.

"Mau minta apa, hm?".

"Emm...baby boleh tida untut minta pontel?".

"Untuk apa sayang?".

"U-untuk...emm...".

Claudia terkekeh geli "Untuk sekarang tidak oke? Nanti saja disaat umur Baby sudah cukup. Hm?".

"Yahh" Lea cemberut dengan bibir yang mengerucut dan pipi yang menggembung.

Claudia yang gemas pun mencubit pipi itu "Gemas deh! Baby pakai saja ponsel Mommy oke? Tapi mommy harus isi ponselnya dengan mainan yang bisa baby mainkan".

"Ote!"

***

"LEAAA!! AUNTY DATANG, SAYANG!! LEAA SAYANGG!" Teriak Cindy memasuki mansion. Tak lupa dengan dua tangan yang menenteng dua tas yang berlogo Dior dan LV.

"Jangan berteriak Cindy! Kau pikir ini dihutan?!" ucap Claudia yang datang dari arah belakang dengan Lea yang berada di gendongannya.

Lea pun mengangguk menyetujui "Benal! Ini di mantion tau, aunty! Jadi janan teliat-teliat! Tan bita jadi aunty tepelti Monet Yan hobi belteliat".

"Pffttt" Claudia menahan tawanya, sedangkan Cindy melongo tak percaya. Kurang ajar memang ponakannya ini.

"Kau bilang apa?".

"Aunty tama tepelti monet!" dengan wajah sombong Lea berkata.

Mata Cindy membelalak dan Claudia yang hanya bisa menahan tawanya saja. Sungguh anaknya ini memang luar binasa! Eh salah, luar biasa maksudnya.

"Oke jika begitu! Aunty tidak akan memberikan ini untukmu!" ucap Cindy seraya mengangkat kedua tas itu.

Lea melipat kedua tangannya didepan dada, wajahnya terlihat sombong namun menggemaskan bagi Claudia dan juga Cindy.

"Tiapa juda yan inin itu, Daddy Baby uanna Banat! Daddy bita membelitan lebih dali itu! Baby tindal minta taja! Eatty butan? Tiapa dulu? Lea!" ujarnya sombong.

Claudia pun terkekeh "Lihat? Anakku memang luar biasa! ".

Cindy menghentakkan kakinya dengan kesal "Ish! Kakak menyebalkan!".

"Kenapa kakak?".

"Ck! Lihat? Ini mahal, baby! Kau benar-benar tidak menginginkannya? Sungguh? Ayolah! Aunty membelikan ini khusus untuk-...".

"Belitit!" protesnya sambil menggosok kedua telinganya. Pergerakan itu tentu membuat telinganya memerah.

Claudia yang melihat itu kembali terkekeh. Sedangkan Cindy hanya melongo tak percaya. Dia menatap Claudia dengan cengo.

"Kak? Really? Ayolah! Come on! Don't make me look like a fool!".

"Wouldn't you be right if you were stupid?".

"Kak!" rengeknya dan Claudia hanya terkekeh.

"Aunty denal Baby ya! Walaupun itu mahal, tapi baby Juda bita membelina. Daddy baby Tan banat uan!".

Cindy memutar bola matanya malas "Kak, anakmu ini kenapa seperti ini? Sebenarnya dia anakmu atau bukan? Kelakuannya, Oh God!".

Lea sontak mendelik ke arahnya "Tentu taja Baby anatna Mommy dan Daddy! Aunty tali yan butan anatna Dlandpa dan Dlandma".

Cindy pun kembali melotot. Anak nakal memang!.

Claudia pun tertawa terbahak-bahak, Cindy memang kalah telak dengan anaknya ini "Sudahlah Cindy, kau tidak akan pernah bisa untuk mengalahkan anakku. Lihat kan? Dia sangat pintar dan luar biasa!".

"Pintar apanya? Bicara saja cadel seperti itu!".

"Bialin, yan pentin Baby pintal! Wle!" ejek Lea menjulurkan lidahnya dengan wajah yang terlihat sangat menjengkelkan.

"Ck!" decak Cindy.

Dia lalu meletakkan tas yang dia tenteng begitu saja, lalu melipat kedua tangannya didepan dadanya. Dengan wajah yang penuh kemenangan dia menatap Lea "Coba jelaskan silsilah keluarga inggris yang pertama".

Cindy pun tersenyum senang [Pasti dia tak akan bisa menjawabnya. Haha!] batinnya.

Claudia sontak melongo "Apa-apaan kamu ini? Kau pikir anakku siapa? Seenaknya kamu bertanya tentang itu, dia saja belum sekolah! Umur saja belum tiga tahun!" protesnya.

Cindy hanya mengedikan bahunya acuh. Namanya juga menjahili anak kecil.

"Dampan tot!" Lea memperlihatkan wajah sombongnya "Denal pendelatan baby ya!".

"Coba saja!".

"Tiltilah telualda telajaan Indlit yan peltama adalah latu Anne Ttualt tejat delapan Malet tahun telibu tujuh latut dua, dia menjadi latu Indlit, Ttotlandia, dan Illandia. Latu Anne letmi menjadi latu Indlit peltama pada Tatu mei tahun telibu tujuh latut tujuh, hinda Tatu Aduttut Telibu tujuh latut empat belat".

[Sumber dari Tante google ya guys ya! Wkwk].

Penjelasan itu mampu membuat Claudia dan Cindy membelalak tak percaya. Keduanya cengo menatap anak nakal itu.

"Ba-bagaimana bisa?" Cindy sontak menatap kakak iparnya dengan bingung "Kak?".

Claudia pun sama terkejutnya. Dia menggeleng pelan sambil menatap anaknya "Baby, kamu...tahu itu semua dari mana?".

Lea pun jadi gelagapan. Apa yang harus dia katakan. Secara dia mengetahui itu dari kehidupan pertamanya.

Dia lalu mengedikan bahunya "Emm...itu...baby...anu...emm" [Duh, gimana cara gue jawabnya ya? Bangsat lah!] lanjutnya dalam hati.

"Baby?".

"Eh? Iya, itu...dali tv...iya...tv Mom hehe" jawabnya sedikit gugup.

Claudia mengerut "Tv?".

"Apa kau merekamnya tadi?" tanyanya pada Cindy yang masih berdiri diam ditempat. Dirinya masih tidak percaya dengan jawaban yang terlontar dari mulut mungil ponakannya itu.

"Bagaimana bisa?" gumamnya pelan.

"Cindy?".

"Eh? Iya kak, aku merekamnya".

Claudia mengangguk singkat "Sudahlah, lupakan saja. Kenyataannya anakku sangatlah pintar! Kamu memang luar biasa, sayang!" ujarnya bangga.

To be continued...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!