Entah janji atau tidak, Lea hari ini kembali ingin melakukan aksi nakalnya atau aksi jahilnya. Setelah beberapa hari memilih untuk anteng, maka hari ini dia memilih untuk melakukan sesuatu yang pasti akan membuat orang geleng-geleng kepala.
Kemarin hari Vincent sekeluarga datang menginap di mansion Draper. Tentunya atas permintaan Tuan dan Nyonya Draper agar membawa cucu semata wayang mereka datang ke mansion itu.
Dan disinilah dia sekarang, duduk anteng diam di atas sofa yang ada di Living room. Didepannya ada sebuah tv berukuran besar yang menampilkan siaran favoritnya.
Awalnya dia masih diam sambil fokus memakan biskuitnya. Tapi setelah matanya menangkap sesuatu yang menyenangkan, dia langsung beralih ke tempat itu. Dimana itu adalah sebuah akuarium yang berisikan sebuah ikan koi. Ikan termahal didunia. Sebagai salah satu jenis ikan hias yang sangat istimewa, ikan koi bahkan ada yang dibiakkan untuk memiliki penampilan keindahan yang khusus. Harga ikan termahal kedua di dunia ini mencapai 1,8 juta Dollar atau sekitar Rp26,7 miliar.
"Xixi, ada itan!" Lea berjalan ke sana, inginnya dia masuk ke dalam akuarium itu, sayangnya itu terlalu tinggi. Mungkin sengaja diletakkan ketinggian agar Lea tidak dapat menjangkaunya.
Namun, jangan meremehkan kepintaran bocah nakal itu. Dia memiliki cara tersendiri agar bisa masuk ke dalam aquarium tersebut. Yaitu dengan cara, mendorong meja kecil dan naik di atasnya.
"Xixi! Telu banet! Halo itan! Peltenatan nama Baby itu, Eleanol pandil baby Lea! Tamu tiapa? Tamu itan apa tih?" ucapnya disaat dia sudah ada di dalam akuarium itu. Dia meraih ikan koi tersebut dan menggenggamnya erat, membuat ikan itu seketika langsung tak bernyawa karena ulahnya.
Asal ditahu saja, itu adalah ikan yang baru saja kemarin di beli oleh Tuan William. Setelah ikan kesayangannya mati karena ulah sang cucu, beliau pun memutuskan untuk kembali membeli ikan yang harganya tentu lebih mahal dari yang sebelumnya. Dan hari ini? Dengan polosnya anak itu membuat ikan yang baru saja dibeli kemarin sudah mati.
Matanya mengerjap lucu "Loh? Tamu tenapa tidul? Baby tan mau main tama-tama! Badaimana tih! Tida telu!" dengan sekuat tenaga dia melemparkan ikan itu ke sembarang arah.
Tahukah ikan itu mendarat dimana? Ikan itu mendarat tepat di dalam cangkir kopi milik Grandpa-nya, Tuan William. Lelaki paru baya itu sedang tertidur di atas sofa itu, dia diminta untuk mengawasi cucu nakal itu. Namun karena mengantuk, jadilah dia tertidur.
Melihat itu Lea terkikik geli "Xixi Itanna mendalat tepat! Xixi! Badut tetali! Matut te dalam topi puna Dlandpa! Xixi" saking senangnya dia berjoget-joget menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
Karena posisi akuarium yang tinggi dan tepat di pinggiran, jadilah mereka jatuh bersama. Dan itulah yang dinamakan dengan senjata makan Tuan! Haha! Kualat kan!.
Matanya mengerjap cepat, bibirnya bergetar membentuk kebawah "HUAAAA TATITTT!! HUAAAA! TATITTT!" teriakannya mampu membuat semua orang langsung datang ke arah Living room, termasuk William yang sedang tertidur seketika terbangun akan suara pecahan yang begitu keras.
Claudia yang melihat itu langsung panik. Dengan kepanikan yang luar biasa, dia langsung mengangkat anaknya ke dalam gendongannya dan langsung berlari keluar untuk masuk ke dalam mobil guna untuk membawa anaknya ke rumah sakit tanpa memperdulikan anggota keluarganya yang lain.
Bagaimana tidak panik? Air dilantai yang awalnya putih, kini berubah menjadi merah. Yang artinya si anak nakal telah terluka. Dan benar saja, bagian lutut dan telapak tangannya sama-sama sobek karena pecahan kaca itu. Jadilah Claudia panik setengah mampus.
***
Didepan ruang operasi semua keluarga nampak sedang menunggu dengan perasaan yang begitu gelisah. Terlebih lagi Claudia, betapa panik dan khawatirnya dia ketika melihat kondisi anaknya.
Dia bahkan sudah menangis dalam pelukan Vincent sambil menggigit ujung kuku jari jempolnya. Kadang-kadang dia menggeleng cepat, mencoba untuk menghilangkan pemikiran buruknya.
"Ya Tuhan, cucu kita, Pa" iba Lena. Dirinya juga ikut panik tadi ketika melihat kondisi sang cucu. Terlebih lagi saat mendengar suara tangisan dari cucunya yang menandakan bahwa dia benar-benar kesakitan.
Willian hanya diam sambil mengusap-usap punggung sang istri. Dalam hati dia berharap agar cucunya baik-baik saja.
Sementara Vincent berusaha menenangkan Claudia yang nampak sedang ketakutan, bagaimana tidak takut? Tadi disaat dia menggendong Lea, darah terus-menerus menetes. Sampai rumah sakit pun tetap menetes, sobekan yang diderita Lea sangatlah besar dan lebar, ada juga beberapa yang tertancap di lengannya dan kakinya. Beruntungnya tidak ada yang terkena dibagian kepala maupun perut.
"Tenang, sayang. Anak kita adalah anak yang kuat. Jangan berpikir yang tidak-tidak oke?".
Claudia tidak meresponnya. Manik cantik wanita itu sedang tertuju ke arah pintu ruang operasi dengan pandangan yang terlihat begitu ketakutan. Apalagi sudah sejam mereka menunggu tapi tidak ada tanda-tanda operasi selesai. Tambah khawatir lah si Claudia.
Vincen menarik tangan Claudia agar tidak lagi menggigit ujung kukunya "Stop it, honey. Calm, Do not be afraid".
Claudia menggeleng panik "Tidak! Putriku tidak akan pergi kan Vin? Tidak! Aku tidak menginginkan itu! Tidak!".
"Susstt, tenang honey, tenang. Jangan panik, kendalikan pikiranmu. Tidak akan ada yang terjadi pada putri kita, hm? Tenang, jangan banyak pikiran" ucap Vincent berusaha menenangkan Claudia sambil sesekali mengecup puncak kepala sang istri.
Hingga tak lama kemudian, lampu di atas pintu operasi yang awalnya merah kini berubah menjadi hijau, yang menandakan bahwa operasi telah selesai.
Vincent, Claudia dan yang lainnya langsung berlari cepat ke arah depan pintu bersamaan dengan pintu yang terbuka dengan keluarnya sang dokter.
"Dokter, bagaimana? Apa putriku baik-baik saja?" serbu Claudia. Dalam hatinya berusaha tenang dengan apa yang akan dokter tersebut katakan. Sedangkan Vincent masih setia merangkul dan mengelus punggungnya.
Dokter itu nampak menghela nafas panjang "Untung saja Nyonya membawa pasien dengan cepat, jika terlambat sedikit saja maka saya tidak memastikan akan keselamatannya" dokter itu lalu membuka maskernya dan menatap kedua pasangan suami istri itu secara bergantian.
"Operasi nya berjalan lancar. Ada beberapa pecahan kaca yang harus dikeluarkan sehingga kami memakan waktu yang cukup lama".
"Untuk bagian telapak tangan dan lututnya ada beberapa luka sobekan yang tentunya sudah kami jahit. Selama masa pemulihan, pasien dilarang untuk mandi. Cukup tubuhnya dibersihkan saja menggunakan kain basah. Jangan sampai luka jahitannya basah, tak menutup kemungkinan jika jahitannya akan kembali terbuka".
Dokter itu beralih menatap Claudia "Untuk Nyonya, tetap berikan dia ASI seperti biasanya. Dan yang seperti saya katakan tadi, cukup bersihkan tubuhnya dengan kain basah, untuk bagian kepala tidak ada masalah, jadi masih bisa untuk dikeramas".
Mereka yang mendengar itupun menghela nafas lega.
"Apa dia sudah sadar, dok?" tanya Claudia.
"Untuk sekarang, pasien masih dalam pengaruh anestesi. Mungkin akan sadar sekitar satu jam kedepan".
"Terimakasih banyak, dok" ucap Vincent.
Dokter itu tersenyum simpul dan menundukkan kepalanya "Itu sudah menjadi tugas saya, Tuan".
***
Setelah sadar, Lea banyak menangis. Lukanya yang dijahit terasa menyakitkan karena seperti nyut-nyutan. Jelas mereka yang melihat itupun tak tega. Kedua tangan anak itu diperban, dua lututnya juga begitu, serta ada beberapa luka kecil yang juga sama diperban.
Lea baru bisa sedikit tenang setelah Claudia memberikannya ASI. Dia menatap Claudia dengan mata sayunya [Bangsat! Senjata makan tuan kan gue! Sialan banget! Mana sakit lagi! Trauma gue! Nanti gak gitu lagi dah biarpun gue pengen!] batinnya mengomeli diri sendiri.
Claudia mengelus jejak air mata yang ada di pipi gembul anaknya "Jangan lakukan hal itu lagi oke? Lihat kan jadi membahayakan diri baby sendiri. Mengerti?" ujarnya lembut.
"Kasihan cucu, Grandma" Lena pun mengelus puncak kepala sang cucu.
Para lelaki sedang berada diluar untuk mengurus beberapa keperluan untuk Lea. Sedangkan Cindy sedang melakukan kegiatan kampus keluar kota. Ya. Vincent berhasil membujuk William untuk membiarkan Cindy mengejar mimpinya untuk menjadi seorang dokter.
Dalam hisapannya Lea masih sesegukan. Luka-lukanya terasa sangat menyakitkan.
Claudia hanya diam dan terus mengelus pipi gembul sang anak. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Yang jelas, tadi dia sempat kalang kabut. Ini akan menjadi pelajaran untuknya agar kedepannya harus mengawasi anaknya yang begitu nakal itu.
"Claudia, apa tidak sebaiknya kau mencarikan seorang Nany untuk Baby?" ucap Lena pelan.
Claudia menggeleng "Tidak, ma. Lebih baik aku sendiri yang mengurus dan mengawasi putriku. Aku ingin agar hanya aku yang dapat melihat pertumbuhannya. Aku juga tidak ingin jika putriku lebih dekat dengan orang lain dari pada aku, ibunya sendiri. Mama tahu bukan jika ak-...".
"Susstt iya-iya, mama minta maaf ya" ucap Lena.
Plop.
"Hiks...tatit.." lirih Lea setelah melepaskan hisapannya.
Sontak kedua wanita itu langsung menatapnya.
"Sakit, hm? Baby tidak mau milk lagi?" tanya Claudia pelan.
Lea menggeleng cepat dan kembali melahap sumber kehidupannya itu [Kok gue jadi cengeng gini sih?! Udah ah! Tahan Lea! Tahan sakitnya bodoh! Jangan jadi cengeng sialan!].
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Andry Lenny
mknya jgn nakal lg y baby Lea... senjata makan tuan ga tuh... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-07-06
0
Liaastmrg
terlalu banyak tingkah, emosi sendiri dahla
2024-05-11
0