Setelah kejadian hari itu, rupanya anak tersebut tidak jera. Semakin hari dia semakin nakal! Setelah kembali ke mansion Daddy-nya, Lea kembali membuat ulah dengan menghancurkan laptop kerja milik sang Daddy. Awalnya Vincent ingin memarahi anaknya, namun apa mau dikata dia tak akan tega untuk memarahi anaknya. Baginya lebih penting anaknya dari pada laptop yang terbilang penting itu.
Kini, ibu dan anak itu tengah berada di perusahaan Vincent. Hari ini adalah jadwalnya ke perusahaan Vincent.
"Vin, kamu...Shh! Baby! Jangan digigit! Sakit loh!" Claudia menatap anaknya yang sedang asik menyusu padanya, terlebih lagi pada saat anak itu menggigit nipple nya.
Sedangkan sang anak, tengah sibuk menggoyang-goyangkan kakinya yang tergantung dengan tangannya yang bermain di sebelah melon Mommy-nya.
Vincent melihat itu terkekeh geli "Aku sudah mengurus semuanya, sayang. Tenanglah, file pentingnya sudah aku pulihkan".
Claudia menggangguk paham. Dia menatap sang anak yang sudah terlihat mengantuk dengan mata sayu nya, juga dengan hisapannya sesekali melemah.
Cupp!
"Tidur saja, baby".
Lea yang belum sepenuhnya tertidur menatap Mommy-nya dengan bingung "Tapi, baby mau tidul di tamal".
Claudia tersenyum lembut sambil mengusap-usap kepala anaknya "Disini ada kamar yang sudah Daddy desain khusus untuk baby disaat baby datang berkunjung" ujarnya.
"Yatudah. Talo beditu ayo tita tidul. Baby tudah menantut" ujarnya kembali melanjutkan hisapannya.
***
Lea terbangun dan melihat Mommy-nya masih tertidur dengan melon yang masih berada diluar sarangnya karena Lea sudah tidak menyusu.
Lea tersenyum lembut "Ue dat nanta, telnata Mommy ue tantit banet (Gue Gak nyangka, ternyata mommy gue cantik banget)" gumamnya pelan.
Senyumnya semakin mengembang ketika ide jahilnya kembali muncul "Xixixi lebih bait baby telual taja" ujarnya terkikik.
Dia mulai menuruni ranjang dengan perlahan, dan berjalan ke arah pintu.
"Anat tutin meonn...meonn" Lea benyanyi sambil berusaha untuk meraih gagang pintu itu.
Dikarenakan gagang pintu terlalu tinggi, jadilah dia tak bisa keluar hingga sekarang. Dia melompat-lompat, guna untuk meraih dan membuka gagang pintu itu.
"Ish! Tindi banet tih! Baby tida tampai! Baby tetal!" ujarnya.
Claudia yang berdiri dibelakang anaknya hanya terkekeh geli tanpa mengeluarkan suara. Dia ingin melihat, sejauh mana anaknya itu akan berusaha untuk keluar.
"Anat tutin meonn...meonn".
"Badaimana baby bita tabul, tuntina teltunti lapat! Ishh! Tetel!" Lea masih belum menyadari keberadaan Mommy-nya.
Claudia semakin terkikik ketika mendengar ucapan anaknya itu. Untung saja dia sempat menutup dan mengunci pintunya. Jika tidak, maka sudah dipastikan jika anak nakal itu sudah keluar dan membuat kerusuhan diluar sana.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Claudia memilih untuk merekam anaknya itu.
"Badaimana ini? Tala untut tabul badaimana?" Lea menyentuh dagunya, berpikir untuk mencari cara "Apa ya? Hemm".
Anak itu tampak tak menyadari jika Claudia sudah berada disampingnya dan masih saja merekam wajah menggemaskan sang anak.
"Toba tetali taja deh! Tiapa tau baby bita" Monolongnya.
Lalu Lea mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat dan mencoba meraih gagang pintu itu. Bahkan dia masih belum menyadari tentang keberadaan Mommy-nya yang tengah tertawa kecil disampingnya.
"Ote, Tatu...dua...tidaa!".
Brukk!.
Bukannya berhasil, justru anak itu terjedot di balik pintu. Dia mundur beberapa langkah sambil menyentuh dahinya.
"Aww. Tatit banet! Tialan ni pintu!".
Mendengar itu sontak Claudia membulatkan matanya, dengan cepat dia menghentikan rekamannya dan meraih tubuh mungil putrinya.
"Baby! Siapa yang mengajarkan baby berbicara seperti itu?" ujarnya.
"Loh? Mommy tejat Tapan dititu?" tanya Lea tanpa menjawab pertanyaan Mommy-nya.
Claudia tak menghiraukannya, dia masih penasaran dengan kata-kata baik yang keluar dari bibir anaknya itu.
"Siapa yang mengajari baby berbicara seperti itu?".
Lea mengerjapkan matanya dengan kepala yang miring ke kiri "Tida ada".
Claudia mengerut "Tidak ada?".
Lea mengangguk "Hum! Baby mendenal itu dali Daddy. Daddy telin belbitala denan pontel Daddy dan belbitala tepelti ini...".
Lea mengubah raut wajahnya menjadi datar "Tialan tau! taya atan membunuhnu jita tau dadal! Blentek!" dia menatap polos ke arah Mommy-nya "Ditu, Mommy".
Claudia menghela nafas panjang dengan mata yang terpejam sebentar "Lihat saja kamu Vincent!" gumamnya pelan.
"Mommy bilan apa tadi?".
"Tidak-tidak. Kita pulang sekarang, hm?".
Lea murung "Baby mau belmain dulu, Mommy".
Claudia menatap anaknya "Mau main apa, hm? Mau menjahili mereka? Seperti sebelum-sebelumnya?" ucapnya selembut kain sutra.
Lea cengengesan "Hehe. Tida tot, baby tuma inin main taja".
"Kita pulang sekarang! Mommy tidak menerima bantahan! Jika baby membantah, Mommy tidak akan memberikan baby Milk!" ancamnya.
***
Kini anak nakal itu sedang berada di pantry. Dikarenakan pantry dalam keadaan tidak ada orang, jadilah dia akan melakukan sesuatu.
Dengan berdiri diatas kursi, Lea mulai memainkan tepung di atas meja yang dia ambil dari dalam kulkas.
"Anat tutin meonn...meonn".
Dia bertepuk-tepuk tangan membuat tepung itu menyebar keberbagai tempat. Dengan kepala yang bergoyang kekiri dan kekanan, dia tertawa senang.
"Hihi! Hole! Telu banet!".
"Ote duyt! Tahap peltama, tita matutin dalam tetutupna lalu adut-adut tampai melata!".
"Haha! Telu banet! Lebih bait baby tampul taja denan totlat itu. Xixixi" ujarnya sembari meraih susu coklat yang ada di atas meja itu.
Dia mulai memain-mainkan tepung yang sudah berubah warna menjadi coklat itu, tak lupa dengan wajahnya yang ikut juga menjadi warna coklat.
"Xixi! Ini patti enat! Digolen, dilebut, lalu dimatan!" ujarnya.
"BABY!".
Lea sontak terkejut dengan dada yang tiba-tiba saja terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Tubuhnya perlahan mulai oleng dan terhuyung kebelakang. Untungnya seseorang dengan cepat menahan tubuhnya, jika tidak pasti dia sudah terjun ke atas lantai.
"Kenapa sayang? Sakit ya dadanya? Maaf ya, mommy sudah membuat baby terkejut. Kita kerumah sakit saja oke? Baby tahan ya?" ujar Claudia dengan raut wajah yang begitu khawatir. Dia tak bisa melihat anaknya yang menahan sakit seperti itu.
Lea menggeleng "Tida, Mommy...hiks...baby...ti-tida mau...huaaa!...tatitt!".
"Iya sayang, sakit ya? Ututu anak Mommy".
"Hiks...a-anat tutin...hiks...meonn...meonn".
"Tarik nafas lalu buang perlahan, sayang. Ayo, agar dadanya tidak sakit lagi" pinta Claudia. Walau sejujurnya dia sedang takut setengah mampus, tapi dia berusaha untuk tenang dan tidak panik.
***
"Kenapa baby nakal sekali sih?" tanya Claudia disela-sela menyusui anaknya.
Plop.
"Baby tida natal! Tapi, Baby pintal! Tanat pintal tepelti Mommy yan tantit ini" Lea kembali menghisap nipple Claudia dengan rakus.
"Pelan saja, baby. Tidak akan ada yang mengambilnya".
Lea menuruti, dia memelankan hisapannya dengan tangannya yang mulai menjelajahi setiap unsur wajah cantik milik Mommy-nya. Matanya mengerjap lucu dengan bibirnya yang bergerak maju mundur.
Claudia terkekeh kecil sambil menggeleng "Anak nakal. Anak kesayangan Mommy Claudia dan Daddy Vincent!".
Dalam hisapannya, sudut mulut Lea terangkat membentuk senyum lebar "Mwommwy dwan dwaddwy awdlwah twetayanwan, Bwabwy! Telamwanwa! (Mommy dan Daddy adalah kesayangan, baby! Selamanya!)".
Claudia tersenyum, dia lalu mengecup kening anak nakalnya itu "Aw You're so sweet, darling".
Plop.
"Of toulte. Baby meman manit dan tantit! Xixixi!".
Claudia hanya terkekeh. Anaknya ini kadang-kadang sayang, kadang-kadang seperti anak setan yang nakalnya membuat siapapun bisa sakit kepala.
***
Diatas kasur dengan pengawasan Claudia, Lea memainkan dan menyusun Lego baru yang Vincent berikan padanya. Tentunya Lego itu adalah Lego keluaran terbaru dan limited edition.
"Coba kamu lihat ini deh" Claudia memperlihatkan rekaman yang dia ambil pada saat berada didalam kamar yang ada di perusahaan Vincent.
|"Badaimana ni? Tala untut tabul badaimana?" Lea menyentuh dagunya, berpikir untuk mencari cara "Apa ya? Hemm".
Anak itu tampak tak menyadari jika Claudia sudah berada disampingnya dan masih saja merekam wajah menggemaskan sang anak.
"Toba tetali taja deh! Tiapa tau baby bita" Monolongnya.
Lalu Lea mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat dan mencoba meraih gagang pintu itu. Bahkan dia masih belum menyadari tentang keberadaan Mommy-nya yang tengah tertawa kecil disampingnya.
"Ote, Tatu...dua...tidaa!".
Brukk!.
Bukannya berhasil, justru anak itu terjedot di balik pintu. Dia mundur beberapa langkah sambil menyentuh dahinya.
"Aww. Tatit banet! Tialan ni pintu!"|.
"Buahahaha! Haha! Aduh! Haha!" Claudia dan Vincent sama-sama tertawa ketika melihat video tersebut.
Lea menatap keduanya dengan bingung "Tenapa tih? Apana yan lutu?".
Vincent pun memberikan ponselnya, membiarkan putrinya menonton video tersebut. Setelah selesai, Lea memberikan ponsel itu dengan gaya yang sangat santai, seolah tidak terjadi apa-apa.
Vincent dan Claudia saling tatap dan kembali menatap putri mereka yang nampak terdiam.
Hingga lima menit berlalu, barulah terdengar suara dari anak itu.
"Haha! Lutu banet! Haha!" tawa anak itu.
"Lah?".
Sontak Vincent dan juga Viona saling tatap "Hahah! Hahaha! Oh God! Haha! Perutku sakit! Haha!".
Lea menatap polos mereka dengan kepala yang miring ke kiri. Sejenak mereka bertiga saling tatap.
"Haha! Tenapa baby tanat lutu di video itu? Haha!".
"Lah?".
"Hahaha! Ya Tuhan! Anak siapa ini! Hahaha! Haha!".
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
nadira ST
anak setan
2024-04-28
3