Lea berkunci dalam kamarnya hingga malam hari. Didalam sana dia tidak melakukan apapun, setelah melamun dan meratapi nasib Lea langsung tertidur hingga terbangun akan elusan yang dia rasakan dikedua pipinya.
Claudia. Ya. Dia dan Vincent langsung membuka kamar anak mereka dengan kunci cadangan. Keduanya sama-sama ketakutan jika anak itu akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Untungnya ketika masuk mereka mendapati Lea sudah tertidur dengan boneka kesayangannya yang sudah dia peluk dengan erat tanpa menggunakan selimut.
"Baby, bangun yuk. Sudah waktunya makan malam, sayang" Claudia berucap lembut sambil mengusap-usap kepala anaknya itu.
"Eungh...nantut! Baby mau tidul dulu" Lea beringsut memeluk perut Claudia dan kembali tertidur.
Claudia hanya terkekeh, dia menggendong anaknya dan mulai berjalan keluar dari kamar "Makan dulu, habis itu barulah Baby tidur lagi, hm?".
"Iya" jawab Lea dengan malas. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Claudia dan kembali tertidur karena saking mengantuk nya.
Sesampainya dimeja makan, disana sudah ada Vincent dan juga Cindy yang nampak sedang menunggu mereka berdua.
"Sakit, kak?" tanya Cindy. Pandangannya lurus ke arah sang ponakan yang sedang bersandar dibahu Claudia.
Claudia menggeleng "Baru bangun".
"Baru bangun apa? Itu anaknya masih tidur sayang" ucap Vincent.
Claudia pun mengerut "Tidur?" dia lalu beralih mengelus punggung anaknya itu "Baby, kenapa tidur lagi? Makan dulu habis itu tidur lagi".
Lea yang terusik pun merengek "Mommy! Baby mau tidul! No Matan! Mau tidul! Tidul!" berontaknya sambil berontak digendongan Claudia.
"Makan dulu, sayang. Nanti jika Baby sakit, bagaimana?" ucap Claudia selembut mungkin.
"No! Baby matih tenan! Baby tida mau matan! No! Tidul!".
Claudia menghela nafas lelah, lalu memandang ke arah Vincent.
Vincent tersenyum dan mengangguk "Malam ini jangan dipaksa, sayang. Berikan saja dia ASI mu. Jika nanti dia ingin makan, maka berikan saja" ucap Vincent yang diangguki oleh Claudia.
Claudia lalu membawa Lea kembali ke kamarnya dan mulai memberikan ASI-nya. Dia terus memandang anaknya yang nampak fokus dengan ASI-nya. Mata anak itu sayu dan mulai tertutup.
Kening Claudia mengerut. Tidak biasanya anaknya akan seperti ini. Biasanya anaknya yang akan paling semangat jika menyangkut tentang makanan. Namun kali ini berbeda, justru anak itu melewatkan makan malamnya.
Claudia memandang wajah tidur anaknya dengan dalam "Love you anaknya Mommy".
Cupp!.
Setelah Lea sudah benar-benar tertidur pulas Claudia pun bangkit lalu pergi berlalu dari kamar itu. Sebelum pergi dia sudah membentengi sekitar Lea dengan bantal agar anaknya itu tidak jatuh dari atas kasur.
"Loh? Kenapa kalian belum makan?" tanya Claudia heran. Pasalnya dua orang itu belum juga memakan makanan mereka dan nampak memang sengaja menunggu Claudia.
"Kita menunggumu, sayang" blas Vincent. Cindy hanya mengangguki ucapan kakaknya itu.
Claudia tersenyum tipis, lalu duduk di kursinya setelah dia mengambilkan makanan untuk Vincent dan juga Cindy. Setelah itu barulah dia menyendok makanannya.
"Lea sakit, kak?" tanya Cindy di sela-sela makannya.
Claudia menggeleng "Kakak tidak tahu. Dia tidak demam. Tapi nanti kakak cek lagi setelah ini".
"Makan! Jangan berbicara jika makan malam sedang berlangsung!" sarkas Vincent yang langsung membuat kedua wanita itu bungkam.
Setelah makan malam selesai, kini ketiga orang itu sudah berada diruang keluarga dengan Vincent yang tengah sibuk dengan iPad miliknya.
"Kak, bagaimana kakak menjelaskannya kepada Lea?" tanya Cindy.
Claudia menghela nafas kasarnya "Kakak juga tidak tahu. Tapi akan kakak usahakan agar dia bisa mengerti".
Cindy pun mengangguk paham. Hingga lama mereka terdiam. Terdengarlah suara tangisan Lea yang begitu kencang memekik seluruh isi mansion. Dengan panik ketiga orang itu langsung pergi ke kamar dimana ada Lea dengan tergesa-gesa.
Brakk!
Pintu kamar itu dibuka secara kasar oleh Vincent dan nampaklah Lea yang sudah tidur tengkurap di atas lantai dengan pelipis yang sudah memerah.
Claudia dengan cepat langsung mengangkat anak itu ke dalam gendongannya. Dia menimang-nimang anak itu sambil mengelus punggung Lea.
"Astaga sayang! Kenapa bisa jatuh?" tanyanya panik.
Lea menggeleng sambil terus menangis kuat "Huaaa! Hiks! Tatittt! Tepala Baby tatit! Huaaa!".
"Iya sayang, Cindy, tolong ambilkan air kompres" pintanya pada Cindy.
Cindy langsung menurutinya dan langsung keluar dari kamar itu. Sedangkan Claudia fokus menenangkan anaknya.
Vincent menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal karena kebingungan. Di atas kasur itu bantal yang sudah Claudia susun sama sekali tidak terbongkar.
"Bagaimana princess bisa jatuh, hm?" tanyanya lembut.
Lea nampak sudah berhenti menangis walaupun masih sesegukan. Kepalanya bersembunyi didada Claudia, enggan untuk berbicara.
Tadi dia jatuh karena ingin turun dari kasur itu, dia terbangun karena merasa lapar. Ketika ingin turun, dia sontak terjatuh karena salah pegangan.
Tak lama setelah itu datanglah Cindy. Claudia pun langsung mengompres pelipis anaknya itu yang nampak merah dan sedikit membengkak.
"Huaa! Tatit! Huaaa! No! Tatitt!" pekik anak itu ketika Claudia sedikit menekannya. Vincent yang memeluk Lea menahan tubuh anaknya itu dengan erat agar tidak memberontak.
"Tahan sebentar sayang".
Kepala Lea menggeleng cepat "No! Tatit! Huaaa! No! Hiks...no!...Milt...hiks...ba-baby mau milt!".
"Iya sayang, iya" Claudia lalu meraih tubuh anaknya itu dan langsung menyusuinya. Tentunya Lea langsung tenang meskipun masih sesegukan.
Lea menatap wajah cantik Claudia dengan mata bulatnya yang mengerjap [Bisa-bisanya gue jatuh tadi. Mana sakit lagi! Au ah! Bangsat emang! Lagian kenapa gue nangis sih?! Apa mungkin ini perasaan sih bocah tengik ini?!] batinnya.
Claudia mengelus pipi Lea "Tenang sayang, jangan menangis lagi, hm?" Dia membiarkan satu tangan Lea bermain di melon sebelahnya.
"Cindy, kau tidurlah. Kakak juga mengantuk".
***
Besoknya, Lea bangun lebih dulu dari kedua orangtuanya. Dia melihat ke arah sampingnya yang nampak ada Claudia yang tertidur dengan sebelah melon yang masih ada diluar kaos. Lea yang melihatnya langsung tersenyum senang.
Dia menelan salivanya "Huh? Milt? Yey! Milt!" Lea langsung melahap melon itu dengan rakus. Hal itu tentu membuat tidur Claudia terganggu dan langsung terbangun. Dia lalu memandang anaknya dengan terkekeh geli.
Cupp!.
"Morning sayang" ucapnya setelah memberikan kecupan di dahi anak itu.
Dalam hisapannya Lea tersenyum "Mwolnin Mwommwy".
Claudia hanya tersenyum. Dia masih dalam posisi yang sama, membiarkan sampai Lea puas menyusu padanya barulah dia bangun. Dia hanya memandang dan menikmati wajah cantik milik putrinya itu. Dia seperti melihat bayang-bayang masa kanak-kanaknya pada wajah Lea. Wajah anaknya itu dapat membuatnya tenang dalam segala hal apapun.
Jika dibilang, Claudia ini adalah wanita yang begitu cantik. Dia tinggi, memiliki body goals walaupun sudah beranak satu, serta rambutnya yang warna coklat panjang. Kecantikan dan pesonanya mampu membuat seorang Vincent terpikat akan pesonanya.
Beruntungnya mereka berdua adalah sama-sama memulai hubungan kekasih ketika keduanya sama-sama belum pernah menjalani hal itu. Atau dalam kata lain adalah, Claudia adalah cinta pertama dan terakhir bagi Vincent, begitupun sebaliknya.
Setelah berpacaran kurang lebih sembilan tahun, keduanya memutuskan untuk menikah. Setelah menikah, mereka sempat menunda untuk memiliki momongan. Setelah dirasa cukup, lantas keduanya pun melakukan program kehamilan, dimana perjuangan mereka dimulai dari situ. Dimana mereka harus berjuang dengan susah payah agar bisa mendapatkan anak, setelah perjuangan yang begitu berat akhirnya mereka berhasil. Claudia mengandung. Namun, disaat dia akan melahirkan terjadilah pilihan yang begitu sulit. Dokter meminta untuk melakukan operasi saja, tapi Claudia dengan keras meminta ingin melahirkan secara normal. Jelas dokter dan Vincent tidak bisa berkutik. Dokter pun mengizinkannya untuk melahirkan secara normal, tapi konsekuensinya masih sama jika dia melakukan operasi saja, yaitu rahimnya tidak akan bertahan. Dengan terpaksa rahimnya diangkat setelah kelahiran Putri semata wayang mereka.
Penderitaan mereka tidak sampai disitu, putri mereka yang baru saja dilahirkan harus dimasukkan kedalam ruang inkubator dikarenakan memiliki penyakit jantung turunan yang ternyata menurun dari almarhum ayah dari Claudia. Tidak hanya itu, dikarenakan Claudia memaksa kandungannya terjadilah bayinya yang harus memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Ya, setelah dinyatakan mengandung, Claudia diminta untuk menggugurkan kandungannya dikarenakan tidak memungkinkan untuk mempertahankannya. Selain itu, rahimnya juga harus ikut diangkat, namun Claudia tetap mempertahankannya sehingga lahirlah putri mereka. Dimana setelah lahir, anaknya sempat dinyatakan meninggal sebelum dinyatakan koma. Dan saat itulah Eleanor Luna Dirgantara masuk ke dalam tubuh bayi yang bernama Eleanor Zoey Draper. Jiwa bayi itu sudah hilang, dan tergantikan dengan jiwa Lea yang tertarik masuk ke dalam raga bayi itu.
Itulah mengapa Claudia sangat takut jika terjadi sesuatu kepada putrinya itu, terlebih putrinya itu adalah anak semata wayang. Dan dialah yang akan menjadi pewaris tunggal kekayaan Daddy-nya, Vincent.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments