Setelah melewati satu Minggu yang menegangkan, kini Vincent, Claudia maupun Lea tengah duduk tepat didepan seorang dokter spesialis jantung. Vincent maupun Claudia sama-sama menunggu dengan harap-harap cemas, takut jika operasinya belum bisa dilakukan.
Raut wajah sang dokter terlihat raut keseriusan disana, seakan yang akan dia sampaikan adalah berita buruk, nyatanya mereka salah.
"Kesehatan Nona muda Lea lumayan dikatakan untuk bisa melakukan operasi tersebut. Jika Tuan dan Nyonya menyetujuinya, maka operasi nya akan kami lakukan dalam satu-dua hari kedepan. Kami akan menunggu keputusan yang akan Tuan dan Nyonya ambil, kami tidak memaksa. Jadi diskusikan ini dengan keluarga besar, agar semuanya bisa berpendapat dan bisa menemukan jalannya" jelas dokter itu.
Terlihat Vincent menghela nafas lega, bersyukur karena ada orang baik yang akan mendonorkan jantungnya hanya untuk anaknya tercinta. Sebenarnya Vincent sendiri ingin mencari kebenaran tentang siapa yang dengan suka rela mendonorkan jantungnya untuk anaknya. Dia ingin membalaskan budinya, mungkin dengan bayaran? Atau sesuai yang bisa terbilang mewah? Tapi entahlah, yang jelas dia harus mencari dulu siapa sebenarnya orang yang murah hati itu?.
Disisi lain, Claudia terlihat resah. Walaupun dia lega akan adanya pendonor dan operasi bisa segera dilakukan, tapi Claudia takut, bagaimana jika operasi anak semata wayangnya ini gagal? Dan terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan? Tidak! Dia tidak menginginkan itu! Dia menggeleng kepalanya kuat, berusaha menepis pikiran buruk yang melintas dalam pikirannya.
"Tapi dok, apa resiko tentang operasi ini? Apa kemungkinannya..." Claudia menghentikan ucapannya karena tidak sanggup dengan apa yang ingin dia katakan.
Vincent mengelus punggung istrinya, mencoba menyalurkan rasa ketenangan.
Dokter itu terdiam sebentar, namun sesaat setelahnya dia kembali bersuara "Untuk kemungkinannya saya tidak bisa menjamin ataupun menjanjikan sesuatu. Saya hanya bekerja sesuai kemampuan saya, seterusnya saya serahkan pada Tuhan yang maha kuasa. Selamat dan tidak selamatnya pasien, hanya tergantung dari keputusannya. Jika dia berkehendak, maka akan ada keajaiban. Jika tidak, kita juga harus menerimanya" jelas dokter itu panjang lebar.
Claudia menghela nafas gusar, bersamaan dengan itu bahunya juga luruh seketika. Ternyata semua pikiran buruknya bisa saja terjadi jika Tuhan tidak berkehendak.
Sementara Lea, hanya bisa diam. Dikarenakan raganya diisi oleh orang dewasa, maka tentunya dia mengerti akan arah pembicaraan itu. Sebenarnya dia juga tidak menginginkan hal buruk itu terjadi. Dia juga sudah berjanji dengan jiwa Lea yang sebenarnya. Lea Draper telah memberikan semua hidupnya untuk Lea Dirgantara, membiarkan agar Lea Dirgantara lah yang menjalankan dan meneruskan kehidupannya. Namun, jika hal buruk itu terjadi, maka apa boleh buat? Lea hanya bisa pasrah, menentang pun dia tak akan pernah bisa karena Tuhan yang berkuasa.
Tanpa pamit Claudia langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan Vincent dan Lea yang masih di pangkuannya.
Melihat itu, Vincent memutuskan untuk membiarkan saja. Dia mengerti bahwa istrinya membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya dulu.
"Maaf atas sikap istri saya, Dok" sesalnya.
Dokter itu tersenyum simpul "Tidak masalah, ini sudah sering terjadi dengan beberapa keluarga pasien".
"Hey Nona muda! Harus sehat ya? Agar Mommy bisa senang dan tidak sedih lagi. Nona muda juga harus kuat dan bertahan oke?" ujarnya menatap Lea yang masih terdiam.
Lea yang bersandar dibahu Vincent pun hanya menoleh sekilas "Iya. Baby atan tehat dan tuat!" balas anak itu membuat dokter dan Vincent tersenyum simpul.
Nampak dokter itu mencatat sesuatu di sebuah kertas, lalu memberikannya pada Vincent "Ini resep vitamin agar daya tahan tubuh Nona muda bisa lebih meningkat. Dan juga operasinya bisa saja satu hari kedepan. saya hanya akan melihat kondisi kesehatannya, jika menurun maka operasinya akan saya tunda. Silahkan Tuan tebus ini di apotik terdekat ataupun di rumah sakit ini".
Vincent menerima surat itu "Terimakasih, dok. Permisi".
***
Disisi Claudia, kini wanita itu duduk di taman rumah sakit sambil sesekali terisak. Tatapannya kosong ke arah langit "Tuhan, aku mohon...tolong jangan mengambil putriku, hanya dia yang aku miliki. Tolong...".
Claudia kembali tertunduk dengan kedua tangan yang sudah menutupi seluruh wajahnya. Dadanya terasa begitu sesak, hati dan batinnya benar-benar hancur dengan ekspektasi yang mungkin buruk, mungkin juga tidak. Pikirannya selalu berkeliaran kesana kemari, semuanya melintas begitu saja tanpa dia minta.
"Jangan berekspektasi yang tidak-tidak, Nyonya. Sebagaimana pun keburukannya, Nyonya harus bisa percaya diri, yakinkan diri Nyonya bahwa semua pasti baik-baik saja, semua pikiran buruk pasti tidak akan terjadi. Jika Nyonya masih dalam pikiran buruk itu, maka semuanya akan terasa terjadi" ucap seseorang yang tiba-tiba saja datang dan duduk disamping Claudia.
Sontak Claudia menoleh, menatap bingung ke arah wanita yang berbicara dengannya itu "Kamu...siapa?" tanya Claudia sambil menghapus air matanya.
Wanita itu tersenyum tipis, dia membuang nafasnya panjang "Saya bisa menebak, pasti Nyonya sedang terpuruk dengan keadaan anak Nyonya kan?".
"Dari mana..." Claudia tak mampu meneruskan kata-katanya. Dirinya kembali sakit saat ingin membahas tentang anaknya. Rasanya begitu menyakitkan.
"Ingat, Nyonya. Semua akan baik-baik saja, adakalanya kita hanya butuh sedikit waktu dan kesabaran. Nyonya harus percaya diri, percaya bahwa semua akan baik-baik saja" setelah mengucapkan itu wanita tersebut langsung pergi tanpa pamit.
Claudia menatap nanar punggung yang mulai menjauh itu "Benar, apa yang dia katakan benar. Aku harus percaya diri, pasti semua akan baik-baik saja".
"Kamu harus percaya, Claudia. Tuhan pasti mendengar doa-doa mu".
Claudia duduk diam disana dan berusaha menenangkan pikirannya. Saat dia hendak berdiri, datanglah dua orang yang paling berharga dalam hidupnya.
Claudia langsung memaksakan senyumannya saat suara kecil yang menggemaskan itu terdengar dalam gendang telinganya.
"Mommy tenapa ada ditini tih? Tan baby tama Daddy tudah tali tetana temali, telnata Mommy ditini! Lain tali Janan beditu! Nanti talau Mommy tenapa-tenapa dimana don? Tan nanti Mommy tendili Yan lepot!" omel anak itu sambil berkacak pinggang. Dia menampilkan raut menakutkan, tapi tidak bagi Vincent dan Claudia, bagi mereka itu sangatlah menggemaskan.
"Maaf dong sayang, Mommy kan han-...".
"Menenantan pitilan. Belantan?" potong anak itu dengan cepat. Dia segera merentangkan kedua tangannya, meminta agar Claudia segera menggendongnya.
Claudia yang mengerti langsung mengambil alih Lea yang ada di gendongan Vincent.
"Itu tahu".
***
Kini mereka sudah ada dalam mobil, Vincent maupun Claudia sama-sama dibuat sakit kepala oleh bocah tengil itu. Berbagai pertanyaan aneh dan tidak masuk akal selalu saja keluar dari bibir mungilnya itu.
"Mommy, tenapa itan idup di ail? Apatah dia bita belnapat di ail? Telut dia bita belenan? Apa dia tida tedidinan?" tanya anak itu bertuntun.
Vincent terkekeh mendengarnya, sedangkan Claudia hanya menghela nafas lelah. Dia sedikit memijat pelipisnya, guna menghilangkan pusingnya akibat pertanyaan anaknya itu.
Anak itu menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal "Ihh! Tan itan meman halut idup di dalam ail, telut tenapa atu tana beditu ya?".
"Mom?".
"Hemm?" sahut Claudia dengan gemas.
"Tenapa Olang ada yan botat? Telut, ada Juda Yan botat tenahh?".
Claudia menepuk jidatnya, rasanya dia ingin sekali mencubit bibir mungil yang menggemaskan itu.
"Mommy tidak tahu, sayang".
Nampak Lea mengangguk paham, seolah benar-benar percaya dengan apa yang Mommy-nya katakan.
"Mom".
"Apa lagi sayang?" kali ini Claudia sudah benar-benar greget dengan anaknya ini. Sedari tadi Claudia saja yang ditanyakan, kenapa Vincent tidak? Lihatlah wajah songong sih bapak anak satu itu!.
"Uyyu".
Tanpa kata Claudia langsung memberikan apa yang Lea inginkan. Selang beberapa saat Lea sudah tertidur dengan hisapannya yang masih aktif.
Claudia senantiasa mengelus kepala anaknya, sesekali dia mengecup kening sang anak.
"Dia pasti akan sehat. Dia anak kuat sayang. Percayalah, operasi itu pasti akan berjalan dengan sangat lancar dengan kondisi putri kita yang baik-baik saja" ujar Vincent yang mengerti akan tatapan mata istrinya pada sang anak.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments