Seminggu setelah dirawat, Lea akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Luka jahitannya sudah mengering dengan beberapa luka yang sudah kering sempurna. Masa pemulihan Lea selama dirumah membutuhkan sekitar satu bulan lebih.
Sekarang Lea sedang berada di pangkuan Claudia sembari menyusu. Sedangkan Claudia memandang anaknya itu, yang paling Claudia sukai adalah Lea yang menyusu sambil menatapnya. Bola matanya yang bulat menatap penuh binar ke arahnya, membuatnya merasa tenang.
"Clau" panggil seseorang.
Claudia sontak menoleh ke asal suara. Disana ada mertuanya, Lena. Terlihat ditangan wanita itu terdapat satu dus Lego yang mungkin saja baru dia beli.
"Untuk Lea, ma?" tanya Claudia.
Lena tersenyum dan mengangguk. Dia berjalan mendekat, lalu ikut duduk disamping Claudia yang nampak masih menyusui cucu kesayangannya itu.
"Bagaimana keadaannya?" tangannya terulur membelai kaki Lea yang bergelantungan.
Claudia tersenyum "Sudah membaik, ma. Luka jahitannya mulai mengering. Syukurnya dia tidak lagi merengek kesakitan".
Lena mengangguk singkat, meletakan Lego bawaannya diatas kasur. Dia kembali menatap Claudia dengan raut yang terlihat serius.
Claudia mengerut "Kenapa, ma? Apa ada yang ingin mama bicarakan?".
Lena menatap Claudia lekat, lalu menghela nafas panjangnya "Kamu benar-benar tidak menginginkan Nany untuk membantumu menjaga Lea?".
Mendengar itu sontak Claudia mengerut tak suka "Bukankah mama sudah membicarakan ini kemarin?" ucapnya sedikit ketus.
Sungguh Claudia tak menyukai jika ada orang yang membahas ataupun ikut campur dalam pengurusan Lea. Lea hanyalah anaknya seorang, hanya dia yang bisa mengurus dan membesarkan Lea. Karena Lea anaknya, anak semata wayangnya. Claudia tidak akan membiarkan orang asing mendekati Lea, karena baginya orang bisa saja berbuat hal jahat kepada anaknya itu. Siapa yang tahu bukan? Itulah mengapa Claudia menentangnya dengan keras. Sampai akhir hayatnya pun Claudia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Lena kembali menghela nafasnya lelah "Claudia, mama tidak ingin kamu lelah. Mengurus Lea memerlukan waktu dua puluh empat jam. Sedangkan kamu harus mengurus butikmu, apalagi butikmu ini semakin banyak dikenal oleh kalangan manapun" Lena berusaha menjelaskannya.
"Masalah itu mudah bagiku, Ma. Aku sudah menyerahkan butik itu kepada orang yang tepat. Pastinya dia tidak akan menghancurkan butik milikku itu" jawab Claudia santai.
"Cindy? Kau memberikannya kepadanya?" tanya Lena menebak.
Tanpa ragu Claudia mengangguk mantap. Dirinya tak pernah melupakan dimana Cindy sendiri yang meminta akan mengurus butiknya demi Claudia bisa mengawasi anak semata wayangnya itu.
Lena mangut-mangut paham "Baguslah. Setidaknya kamu memberikannya kepada Cindy, jika kepada temanmu ataupun orang kepercayaan mu. Jelas mama akan menolak dan menentangnya keras" ujarnya tegas.
"Tentu saja, aku tidak akan pernah untuk melakukan hal itu, Ma".
Pembicaraan mereka itu terpotong karena sebuah suara yang menggemaskan terdengar ditelinga mereka. Suara kecil yang begitu menggemaskan, membuat siapa saja akan merasa gemas sendiri.
"Mommy" panggilnya.
Sontak kedua wanita itu langsung memandang kearahnya.
"Eoh? Kenapa baby bangun?" tanya Claudia membelai pipi gembul anaknya.
Mata Lea mengerjap polos, dia melepaskan hisapannya lalu beralih duduk dan dibantu oleh Claudia. Dirinya terduduk berhadapan dengan Claudia.
"Dlandma ada ditini?" tanya anak itu.
Lena tersenyum lebar, merasa gemas dengan penuturan cucu kesayangan yang cadel ini. "Ya, karena Grandma membawa hadiah untuk Baby".
Mendengar itu Lea tersenyum lebar dengan kedua matanya yang indah membinar sempurna "Woahh! Benaltah?".
Masih dengan senyuman Lena mengangguk.
"Mana-mana?" tanya anak itu tak sabaran.
"Tada!" ujar Lena menampilkan sebuah dus Lego.
"Woahhh! Ledo?!" namun sedetik kemudian Lea murung, membuat dua wanita itu bingung.
"Kenapa? Apa baby tidak menyukainya?" tanya Lena. Apakah Lego yang mahal ini akan terbuang dengan begitu saja?.
Pelan Lea menggeleng "Butan beditu".
"Lalu kenapa?".
Lea menatap Claudia, memeluk Mommy-nya itu dengan kepala yang bersembunyi di kedua melon favoritnya "Badaimana Baby bita main? Tan tedua Tanan baby matih luta, tatit talo pedan-pedan Yan telat" lirihnya.
Lena dan Claudia pun saling pandang "Maaf, mama lupa" sesal Lena.
Claudia hanya tersenyum, lalu mengangguk. Selanjutnya kembali fokus pada anaknya itu "It's oke, Lego itu bisa Baby mainkan setelah Baby sehat bukan?".
"Tapi..." Lea menatap Claudia.
"Tapi apa?".
Lea kembali menyembunyikan kepalanya didada sang Mommy "Tapi Baby lapal, mau matan".
Sontak Lena dan Claudia sama-sama tertawa karena mendengar penuturan anak itu. Lucu dan menggemaskan. Luar biasa memang kecebong keluaran Vincent dan Claudia ini.
***
Setelah makan, Claudia menemani anaknya untuk menonton. Dipangkunya anak itu dengan terus mengelus surai panjang milik anaknya. Sedangkan sang anak sedang fokus ke depan, menonton tayangan kanak-kanak kesukaannya.
"Mommy".
"Hem?".
"Tapan tita pulan?".
Claudia sontak menatap anaknya "Baby tidak nyaman disini?".
Lea menggeleng cepat "Butan".
"Lalu?".
"Baby hana inin pulan".
Claudia tersenyum lembut "Nanti ya? Tunggu setelah Baby benar-benar sehat. Ini semua atas perintah Daddy loh".
Lea mendesah pelan dengan mulutnya yang manyun "Ith! Daddy menebaltan! Tenapa halut ditini telut tih!".
Terlampau gemas Claudia langsung mencubit kedua pipi anaknya dengan gemas "Anak siapa sih ini? Kenapa menggemaskan sekali, hm?".
"Anat tetan!" ucap anak itu ketus.
Mendengar itu sontak Claudia tertawa "Haha! Artinya Mommy juga setan dong?".
Lea mendelik, menatap sengit Mommy-nya "Butan! Mana ada tetan tantit bedini? Yan ada itu, Mommy bidadali, atau Dewi!".
Claudia terkekeh geli "Jika Mommy cantik, artinya baby juga Cantik".
Dengan wajah sombong dan lipatan tangan didepan dadanya "Tentu taja! Baby bahtan lebih tantit dali Mommy!".
"The reality is like that, sayang".
Lea tersenyum penuh kemenangan, senang dengan Claudia yang mendukung dirinya. Padahal dia hanya bermaksud untuk menjahili Claudia saja. Kenyataannya Claudia justru mendukung dirinya.
"Baby boleh beltana?".
Claudia tersenyum lembut "Mau bertanya apa, hm?".
"Apa Mommy tida bita hamil ladi?".
Degh!.
Claudia menelan salivanya kasar. Dia tersenyum paksa "Ke-kenapa? Baby ingin adik?".
Sontak Lea menggeleng cepat "No! Mommy jawab Taja peltanaan baby".
Claudia tersenyum kecut sambil menggeleng pelan.
Sontak Lea tersenyum lebar. Artinya dia tidak akan memiliki saingan dalam kasih sayang Vincent dan Claudia. Kasih sayang kedua orangtuanya hanya akan terfokus pada dirinya seorang. Karena pada dasarnya Lea memang tidak menginginkan seorang adik, begitupun pada kehidupan pertamanya. Dia sudah lebih dulu trauma dengan kehidupan pertamanya. Perlu ditahu jika di kehidupan pertamanya Lea memiliki seorang adik yang berhasil merebut semua kasih sayang kedua orang tuanya. Dan dengan tega memfitnah dirinya dengan fitnahan yang tidak-tidak. Sehingga tiba dimana mereka meninggalkan dirinya untuk selamanya.
"Tenapa Mommy tedih?".
Claudia memandang anaknya dengan tatapan sayu "Pasti Baby kecewa sama mommy. Karena Mommy tidak bisa memberikan Baby adik".
Kening Lea mengerut tak suka "No! Baby tenan talena Baby tida atan pelnah untut memiliti adit! Talena meman halut tepelti itu! Halut Baby Yan jadi tatu-tatunya anat Daddy Vinten dan Mommy Tlaudia!" penuturannya mampu membuat Claudia sedikit terkejut.
Setidaknya Claudia cukup senang karena anaknya tidak menginginkan seorang adik. Biarlah dia dicap egois, karena memang benar adanya jika dirinya juga tidak menginginkan seorang anak kedua, sekalipun dia masih bisa mengandung. Entah alasannya apa, yang jelas hanya Vincent, Claudia dan Author yang tahu hehe.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments